Perhatian!!!
Mohon untuk tidak meng-COPAS Tulisan di Blog ini!!!
Bagi yang ingin mengambil Tulisan dari Blog ini harap menyertakan LINK HIDUP
Di bawah postingan yang diambil dari Blog ini!
Baik itu nantinya di ubah atau Dirapikan
Mohon hargai penulis!! Terima Kasih ^^
Aku ingin mencoba dengan Bi Zhu tapi...(tampak wajah Bi Zhu yang murung dan bilang kalau ia tak mau"
Corner
With Love Eps 16 FINAL
Hui
Mei tanya apa putrinya ingin kembali ke rumah Qin Lang. Xin Lei bingung,ia lalu bilang jika rumah
Qin Lang itu tak ada yang ada hanya jalan Wu Xin no 69.
Hui Mei bilang itulah
rumahnya, Xin Lei bersikeras tidak, itu adalah resort mereka bukan rumah Qin
lang.
“Alasan
aku pergi ke Taiwan adalah untuk tinggal di resort mewah kita, maka tak ada
rumah milik Qin lang, tak ada nenek, tak ada Ah Da, tak satupun mereka” ucap
Xin Lei mulai terisak menangis.
Hui
Mei merasa kasihan dan tak tega melihat putrinya itu.
Qin
lang yang dalam perjalanan dihentikan oleh telfon dari Cui Gue yang memberitahu
kalau ayahnya telah datang ke restauran. Qin Lang terlihat kaget setelah
menerima telfon itu dan memutuskan kembali dengan tergesa-gesa.
Qin
Lang pun tiba, Cui Gue menunggunya di depan pintu dan menunjuk ke seseorang
yang sedang makan di restauran itu.
Qin
lang berjalan mendekat dan duduk di depan pria tersebut sambil terus
memperhatikannya. Qin lang memesan anggur pada Cui Gue sementara si pria terus
makan mie dengan lahap dan tak mengubris Qin lang.
Cui Gue datang membawakan
makanan si pria, si pria lalu menunjukkan lukisannya dan hendak membayar
makanannya dengan lukisan itu. Cui Gue terdiam, Qin lang mengajak si pria untuk
minum bersamanya. Si pria menerima dengan senang hati, ia menebak dari logatnya
Qin lang pasti berasal dari Taiwan, Qin lang mengangguk.
Si pria tak sungkan lagi karena Qin lang lah yang mentraktirnya. Ia juga menuang anggur ke gelas Qin lang kemudian meminum segera bagiannya. Qin Lang terus memperhatikan raut wajah ayahnya itu, ayah yang selama ini ia rindukan.
Hui
Mei tak tega melihat Xin Lei menangis, Hui Mei meletakkan 2 kunci ke genggaman
Xin Lei, 1 kunci rumah mereka di Shanghai dan satunya lagi kunci rumah mereka
di Taiwan, ia minta Xin lei memilih salah satu.
Keduanya tak menyadari kedatangan Shan
Dong yang kini diam-diam memperhatikan mereka.
Xin
Lei terlihat bingung, ia tanya bagaimana dengan ayahnya. Hui Mei minta putrinya
itu tak usah mengkhawatirkan mereka.
“Sama
seperti yang kau katakan tak ada yang salah dengan belajar beradaptasi pada
kehidupan yang baru, kau juga bisa jadi aku yakin kalau aku dan ayahmu juga
pasti bisa” ucapnya.
Hui Mei berterima kasih karena putrinya ia jadi ingat kalau ia
punya rumah lain. Hui Mei juga menyerahkan sebuah kotak merah titipan Qin lang
untuk Xin Lei.
Shan Dong memilih pergi, ia bersandar pada dinding dan
memikirkan keputusan apa yang akan diambilnya. Setelah ibunya pergi Xin Lei
terus menatap kotak tersebut sebelum membukanya perlahan, ia lalu tersenyum melihat isinya yang ternyata adalah sebuah mainan kalung berbentuk lampu jin sebagai restu Qin Lang untuk Xin Lei.
Shan Dong diam-diam menangis di luar.
Cerita
pun berlanjut antara Qin lang dan ayah yang tak mengenali putranya itu. si pria
menasehati Qin lang untuk mengganti profesinya dari seorang pelukis.Qin lang
tanya kenapa si pria memilih melukis. Si pria menjawab karena ia tak tahu lagi
apa yang harus dilakukan. Qin lang tanya bukankah si pria punya tangan dan kaki
lengkap kenapa tak cari kerjaan lain.
Si pria bilang ia tak bisa bekerja di bawah perintah orang lain. "lagipula aku hanya sendiri jadi tak mungkin aku mati kelaparan”
“Kau
tak punya anak atau istri?” tanya QIn lang
Si
pria berfikir sebentar, “Mereka tak butuh aku” ucapnya santai.
Qin
lang tanya darimana si pria tahu kalau keluarganya tak butuh dia. Si pria
bingung lagi menjawabnya.
“Apakah
mereka yang tak butuh kau atau kau yang tak butuh mereka? Apa mereka hidup
dengan baik? Apa istrimu masih menunggumu? Apa anakmu sepertimu? Apa kau tak
tahu?” ucap Qin lang dengan mata mulai berkaca-kaca.
Si
pria dengan enteng bilang kalau hidup itu hanya milik sendiri, bagaimana untuk
kita hidup harus diputuskan sendiri dan berkata kalau jenis kehidupan dimana
ada seseorang yang saling merindukan adalah hal yang melelahkan.
“Lalu
kenapa kau punya anak!” bentak Qin lang. Si pria terdiam, Qin lang menatapnya
tajam, “kau mengajarkannya bagaimana bersepeda, siapa yang membawanya ke atap
melihat kembang api?, memukulnya ketika hasil ujiannya tak bagus? Siapa yang
membawanya ke rumah sakit di tengah malam ketika ia sakit?”
si pria tampak
mulai berfikir.
“Putra
orang lain selalu bermimpi mereka bisa tumbuh hebat seperti ayahnya, apa kau
pernah memikirkannya?” mengabaikan putramu berharap dengan sepenuh hati menjadi
seseorang yang tak bertanggung jawab seperti kau, aku orang yang suka melukis,
ayahku selalu ingin menjadi seniman, baginya itu adalah mimpinya, dia
mengabaikan aku dan ibuku dan tak pernah memberi berita pada kami, karena ini
aku sedikit kehilangan mimpiku untuk melukis”
“Aku
sangat senang bertemu denganmu karena aku tahu aku berbeda denganmu kau
sebenarnya tak suka melukis kau hanya menyukai dirimu sendiri tapi bagiku aku
akan menjadikan lukisan sebagai hal yang paling aku cintai di dunia ini” Qin
lang lalu segera pergi dari sana, ia sempat berbalik sebentar dan bertanya apa
si pria pernah merasa menyesal.
Si
pria menggeleng, “Tak seharipun” ucapnya. Qin lang bilang ia senang mendapat
jawaban itu jawaban yang selalu dicarinya selama 26 tahun. Qin lang lalu pergi
meninggalkan begitu saja si pria.
“Tak
seharipun aku tak merasa menyesal” ucap si pria lemah setelah Qin lang pergi.
Si
pria ternyata mengejar Qin lang dan memanggilnya saudara dari Taiwan.
“kau
benar, ayahmu tak pernah memikirkan keluarganya termasuk putranya, ia tak
membutuhkan mereka, ia orang yang memalukan, kau harus melupakannya”
Qin
lang menangis, ia tak sanggup berbalik ke belakang dan meneruskan jalannya.
Sang ayah terlihat sedih melihat kepergian putranya.
“Qin
lang kau harus melanjutkan melukis, jangan menyerah pada bakatmu hanya karena
kesalahan ayahmu ayah tak pantas untuk menyesal karena aku menyebabkan ibumu
menderita dan kau kehilangan harapan, aku hany akan menyebabkan masalah untuk
kalian, tanpaku kalian akan hidup lebih baik, aku tak pantas menjadi ayah,
maafkan aku, aku sungguh minta maaf”
Senyum
Xin Lei terhenti saat Shan Dong mengambil kotak merah itu dari tangannya. Namun
Shan Dong justru tersenyum menatap hadian itu.
“Bisakah
kau katakan padaku kenapa kau memilih Qin Lang?”
“Karena
dia membuatku marah’ ucap Xin Lei tersenyum
“Apakah
ini berarti akan salah jika aku membuatmu menjadi tuan putri?”
“Sebenarnya
seorang putri hanyalah wanita yang berharap menerima cinta sejati” jawab Xin Lei
“Apa
itu cinta sejati?” tanya Shan Dong
“Cinta
sejati sangat sederhana, menggunakan baju sederhana, hidup di rumah sederhana
menjalani hidup sederhana dengan bersepeda dan masih merasa bersyukur, itulah
cinta sejati”
Shan
Dong tersenyum mengangguk. Ia lalu membantu Xin lei mengenakan kalung hadiah
dari Qin lang dan melepaskan cincin yang ia berikan ke Xin lei.
Shan
Dong membawa Xin Lei keluar, “Xin Lei ini restuku padamu” Xin Lei terkejut, ia
kemudian merasa amat sangat bahagia. Xin Lei mengangkat gaun pengantinnya dan
terlihat kalau ia sedang mengenakan sepatu kets pemberian Qin lang.
Xin Lei pun
segera berlari mencari Qin lang nya.
Shan Dong melepas Xin Lei dengan senyuman,
ia berterima kasih karena akhirnya ia mengerti apa arti kesederhanaan.
“Qin
Lang, Xin Lei adalah mawar dari hati kita mawar seharusnya tinggal di rumah
hijau, tapi apa kau tau apa yang paling dibutuhkan mawar? dia butuh matahari
dan kau Qin lang kau lah mataharinya, Xin
lei aku harap kau dan Qin lang bisa bahagia" (Shan Dong)
Xin Lei berlari dengan gaun pengantinnya mencari QIn Lang. sementara itu langkah QIn lang kembali terhenti ketika melihat dinding kosong pada sebuah belokan. Qin lang memutuskan menggambar disana sambil mengingat permohonan ketiganya.
"Permohonan ketigaku adalah agar Xin Lei selalu bahagia, Xin Lei kau harus bahagia (QIn lang mulai mencampur cat dan memulai kegiatannya) tak peduli milik siapa kebahagiaannya itu" (Qin Lang)
Xin Lei telah sampai di restauran 131, penampilannya langsung membuat Che Ren, Xiao Pang serta Cui Gue takjub. Xin Lei langsung tanya dimana Qin Lang. "Qin Lang pergi" jawab mereka berttiga serempak. Xin Lei langsung lari lagi mengejar Qin Lang. setelahnya Che Ren, Xiao Pang serta Cui Gue menyatukan tangan seraya memberi semangat untuk Qin lang.
Qin Lang tersenyum, ia merasa amat puas dengan gambar yang dibuatnya. sementara Xin Lei terus berlari berusaha menemukan Qin lang.
langkahnya terhenti saat melihat gambar yang baru saja QIn lang buat. Xin Lei tersenyum melihat gambar itu persis seperti gambar yang dihadiahkan QIn lang padanya.
di dekat sana, Qin lang yang tadinya berjongkok agaknya merasakan kehadiran Xin Lei. Kelihatannya QIn lang tak dapat langsung melihat Xin Lei karena ia berada di sudut satunya, namun ia seakan tahu langkah kaki yang ia dengar adalah Xin Lei nya. ia pun berjalan mendekat.
Begitupun dengan Xin Lei yang yakin kalau Qin Lang ada di sudut satunya, ia pun perlahan berjalan mendekat dan mereka berdua seakan berada dalam gambar.
langkahnya terhenti saat melihat gambar yang baru saja QIn lang buat. Xin Lei tersenyum melihat gambar itu persis seperti gambar yang dihadiahkan QIn lang padanya.
di dekat sana, Qin lang yang tadinya berjongkok agaknya merasakan kehadiran Xin Lei. Kelihatannya QIn lang tak dapat langsung melihat Xin Lei karena ia berada di sudut satunya, namun ia seakan tahu langkah kaki yang ia dengar adalah Xin Lei nya. ia pun berjalan mendekat.
Begitupun dengan Xin Lei yang yakin kalau Qin Lang ada di sudut satunya, ia pun perlahan berjalan mendekat dan mereka berdua seakan berada dalam gambar.
The End. Setelahnya kilasan peristiwa antara Qin Lang dan Xin Lei kembali diputar, dari mulai Xin Lei pertama kali bertemu Qin Lang di Taiwan dan pertengkaran pertengkaran baik dengan QIn lang maupun keluarganya.
Beberapa waktu sepertinya telah berlalu. Xin lei terlihat mengenakan setelan mewah dan duduk menghadap pemirsa.
"Aku pernah bilang bahwa suatu hari aku akan membuktikan kalau rumah itu adalah rumahku. aku tak yakin ada yang bisa mengusirku" Xin Lei menyesap teh nya.
"Tapi rumah ini sungguh kumuh dengan 4 orang tinggal di dalamnya, terlebih ku pikir harus ada pembantu rumah tangga, tukang kebun, tukang masak dan supir dan terlebih harus ada ahli kecantikan yang membantuku mencuci rambutku serta manicure" XIn Lei menyesap teh nya kembali.
"Tapi rumah ini sungguh kumuh dengan 4 orang tinggal di dalamnya, terlebih ku pikir harus ada pembantu rumah tangga, tukang kebun, tukang masak dan supir dan terlebih harus ada ahli kecantikan yang membantuku mencuci rambutku serta manicure" XIn Lei menyesap teh nya kembali.
lalu muncullah Qin lang dengan gaya barunya untuk menyindir Xin Lei, "Berhenti bersikap seperti orang kaya, ini waktunya pulang" Xin Lei pun meletakkan teh nya dan pulang bersama Qin Lang.
Xin Lei mulai menjalani harinya di rumah nenek dengan berbagai kesalahan, seperti saat membantu nenek memasak, ia salah memberikan sabun padahal yang diminta adalah minyak.
Xin Lei tampak berebut makanan dengan Ah Da dan mulai bernarasi.
"Ah Da masih sama, suka makan terus. pada akhirnya ia masih berharap aku mencarikan pasangan untuknya (Xin Lei berhasil memenangkan makanannya, Ah Da memohon untuk dibagi,Xin Lei memberikan sepotong untuk Ah Da)
Xin Lei bernarasi :
"Doodle art sneakers sangat populer, karena banyak warna maka jalan pun terlihat lebih berwarna (Tampak disana-sini orang banyak yang memakai gaya sepatu milik Qin lang)
"Qin Lang bekerja keras sebagai desainernya, karena aku takut ia kehilangan inspirasi aku sering mengajaknya untuk bersepeda"
Xin Lei tampak tenang berdiri di belakang Qin Lang yang sedang memikirkan desain gambarnya.
QIn lang tengah menggambar desain, Xin Lei tanya apa itu bebek panggang atau bebek rebus.
QIn lang tengah menggambar desain, Xin Lei tanya apa itu bebek panggang atau bebek rebus.
"Apa itu lucu?' tanya QIn lang kesal gambarnya diejek
"Ah... aku tahu itu bebek rebus"
Xin Lei merasa itu lebih mirip bebek rebus, Qin lang memintanya berhenti bicara.
"Baiklah aku akan pergi" ancam Xin lei
"Terima kasih"
"Sama-sama"
"Selamat tinggal"
"Dikehidupan selanjutnya" keduanya saling buang muka, Xin lei lalu menjitak kepala Qin lang. ia lantas tak pergi dan tetap mengamati QIn lang.
"Meskipun rumah ini kecil namun terasa hangat, aku harus jujur dan mengatakan satu hal yang salah, aku harus bilang kalau rumah ini benar-benar kumuh sampai kami tak bisa meninggalkannya