SINOPSIS

Thursday, 12 December 2013

Corner With Love Eps 9 Part1

Perhatian!!!
Mohon untuk tidak meng-COPAS Tulisan di Blog ini!!!
Bagi yang ingin mengambil Tulisan dari Blog ini harap menyertakan LINK HIDUP
Di bawah postingan yang diambil dari Blog ini!
Baik itu nantinya di ubah atau Dirapikan
Mohon hargai penulis!! Terima Kasih ^^

Corner With Love Eps 9 Part 1
 Xin Lei akhirnya memutuskan ia akan pindah malam ini. ia berterima kasih dengan tulus pada Ah Da dan Nenek. Keduanya sama-sama merasa sedih, Ah Da da n Nenek berpura-pura pergi ke dapur untuk menyembunyikan kesedihannya di depan Xin Lei.

Tinggallah Qin Lang dan Xin Lei saja, “Aku..” ucap keduanya serentak. Mereka lalu sama-sama memalingkan muka. Xin Lei pasrah, ia hanya bilang kalau ia hendak pergi bekerja. 
Qin lang terus memandangi Xin lei. Xin lei mengenakan sepatu pemberian Qin lang dengan rasa sedih karena akan berpisah dengan pemiliknya. Qin Lang seakan ingin bicara saat Xin lei hendak pergi, namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Begitu pun Xin Lei terdiam sejenak di depan pintu pagar menanti panggilan dari Qin lang, namun Qin Lang terus terdiam dan Xin lei pun pergi dari sana.


Qin Lang seakan mengutuki dirinya, sementara Nenek menangis tersedu menghapus air matanya dan Ah Da menangis dengan hebohnya.
Xin Lei menatap rumah itu sekali lagi dari luar, ia teringat akan segala hal yang ia alami selama disana bersama Nenek, Ah Da serta Qin Lang yang membuatnya sedikit bisa tersenyum.

Teng Feng bersiap untuk melaksanakan pertunjukannya, sebelum pergi ia membuka dulu brankasnya untuk memakai cincinnya. Namun saat itu ia kaget melihat cincin itu telah hilang. Manajer Ken terus bicara, ia lalu bertanya ada apa saat melihat Teng Feng terpaku di depan brankas. 
“Dimana cincinku, cincinku hilang” ucap Teng Feng kebingungan.

Manajer Ken juga tak kalah bingung karena hanya ia dan Teng Feng saja yang tahu kode brankas tersebut. “Kecuali Xin Lei” ucapnya. Teng Feng tanya kenapa Xin Lei  mesti dicurigai. Manajer Ken tak bermaksud apa-apa, ia hanya bilang kalau Xin Lei punya kunci kamar mereka, "Tapi dia juga tidak tahu kode brankas ini kan?" ucap Manajer Ken membuat Teng Feng berfikir sejenak. Ia ingat Xin Lei  tahu kalau ia memakai tanggal lahir kakaknya sebagai kode. Teng Feng mulai merasa sedikit curiga.


Bi Zhu menghampiri Xin lei yang duduk melamun. Ia tanya mengapa Xin lei begitu buru-buru pindah ke asrama. Xin Lei bilang itu keinginan nenek. 
Bi Zhu tanya apa Qin Lang tak melakukan apapun. Xin Lei tak menjawab, ia lalu menjawab telfon yang berdering didepannya. Ia mendapat perintah untuk berkumpul di ruang loker.

Qin Lang tak bisa konsentrasi menyelesaikan pekerjaannya mencuci sayur. Hal ini karena Xin lei yang akan pindah nanti malam, Qin lang bertekad untuk menghentikan itu.
ia pun mencuci sayur lebih cepat agar bisa cepat pulang untuk mencegah Xin Lei. Ah Da memarahi Qin Lang melakukannya karena akan merusak sayur mereka. Qin Lang menyuruhnya diam dan mengurusi pekerjaannya saja.

Para pegawai dibariskan di depan tempat loker mereka termasuk juga Xin Lei. Disana sudah ada Teng Feng dan Manajer Ken yang turut menyaksikan. Loker itu dibuka satu per satu oleh Sherry. Sejenak Teng Feng sempat melirik Xin Lei.

“Aku dengar Teng Feng kehilangan sesuatu, apa mungkin ia mencurigai kita mencurinya?” bisik Bi Zhu pada Xin Lei.


Loker milik Xin Lei akhirnya dibuka dan cincin itu ternyata juga ada disana. Sontak Teng Feng kaget melihatnya. “Apa ini yang anda cari Tuan? Ini ditemukan dari loker Xin lei” ucap Manajer Liu. 
Xin lei tak kalah kaget melihat hal itu. Manajer Ken memandang sini pada Xin lei. Xin lei menatap Teng Feng sambil menggeleng seolah berkata bahwa itu bukan perbuatannya. Teng Feng mendekati Xin lei, “Kenapa? Kenapa kau melakukan ini padaku?” ucap Teng Feng tak menyangka.
“Tidak, itu bukan aku, itu sungguh bukan aku” bantah Xin lei. Manajer Ken meminta Manajer Liu  menelfon polisi. 
Xin Lei dan Bi Zhu saling pandang dengan cemas.


Bi Zhu berlari kencang mencari Qin lang.
Qin lang permisi pulang pada neneknya, Ah da menahannya dan tanya kenapa Qin lang buru-buru. “Kebahagiaannya akan pergi tentu dia buru-buru” ucap Nenek. Qin Lang pun hendak berlari namun ia bertemu Bi Zhu di depan. Dengan nafas terengah-engah Bi Zhu memberitahu kalau Xin lei berada di kantor polisi. Nenek dan Ah Da turut kaget mendengarnya.
“Kenapa?” tanya keduanya.
Bi Zhu pun memberitahu kalau Xin Lei telah mencuri cincin milik Teng Feng. “Tidak mungkin” ungkap nenek. Qin Lang segera pergi ke sana. Nenek turut mengajak Ah Da untuk pergi melihat Xin Lei.


Qin lang mengayuh kencang sepedanya, ia bahkan tak peduli lagi dengan lampu lalu lintas dan hampir saja tertabrak mobil. Mobil yang membawa Xin Lei akhrinya tiba di depan kantor polisi. Ia pun digiring masuk oleh kedua polisi itu ke dalam. 

Tak lama Qin lang tiba dan segera menghambur mendekati Xin lei. “Apa kau tak apa-apa?’ tanya Qin lang. Qin lang menegaskan pada polisi itu kalau Xin lei tak mungkin mencuri. Xin lei tetap dibawa masuk, Xin lei menatap Qin lang yang memanggilnya dengan sedih.

Qin lang terus berdiri menunggu Xin lei yang tengah diperiksa diluar. Sementara itu Nenek, Ah Da dan Bi Zhu akhirnya sampai disana. Mereka segera menghampiri Qin lang, nenek tanya apa yang sebenarnya telah terjadi. Bi Zhu pun mulai menceritakan hal itu pada nenek.

Xin lei akhirnya dimasukkan ke dalam sel tahanan. Ia merasa ketakutan, belum lagi sekelompok penjahat yang berada disebelah sel nya juga ikut menakut-nakutinya. Xin lei bergidik ketakutan. Ia pun akhirnya duduk dan menangis sambil menelungkupkan wajahnya.

Nenek akhirnya tahu apa yang terjadi. Mereka tetap tak percaya Xin Lei mencuri, namun mereka bingung apa yang harus  dilakukan. Qin lang bertekad untuk masuk untuk mencari tahu apa yang terjadi. 
Nenek menghentikannya dan berkata kalau orang yang harus masuk adalah dia. “Dengan emosimu sekarang kau hanya akan memperburuk keadaan, lagipula aku mengenal polisi lokal ini selama lebih dari 10 tahun, mereka pasti akan sedikit hormat kepadaku” nenek pun masuk.

Perbincangannya di dalam terlihat alot. Qin Lang terus uring-uringan. Ia tak bisa bersabar lagi dan memutuskan menyusul masuk. Ah Da segera menghalangi. “Apa nenek sedang minum teh dan berbincang-bincang dengan polisi itu” ucap Qin lang. Ah Da menyuruhnya untuk sabar menunggu. 
Tak lama nenek pun keluar, sepertinya ia tak berhasil bernegosiasi. Qin lang tanya apa yang terjadi. Nenek dengan lemah menjawab kalau Xin lei akan dipindahkan ke kantor Jaksa besok.

Lalu Manajer Teng Feng akan menghitung denda dari apa yang terjadi ini. Mendengar nama Teng Feng Qin lang pun segra mengambil sepedanya dan pergi.
Qin lang mencari Teng Feng ke Hotel, ia sempat dihalangi oleh anak buah Teng Feng namun Teng Feng datang dan mempersilahkannya masuk. Saat sudah di dalam kamar Qin lang langsung meninju wajah Teng Feng hingga terjatuh, Qin Lang menariknya lagi namun Teng Feng balas memukulnya,”Cukup” bentak Teng Feng.

“Kenapa kau memperlakukan Xin lei seperti ini”
“Karena cincin itu sangat penting untukku” ucap Teng Feng
“Cincin seperti apa yang lebih penting daripada Xin lei?”
“Cincin yang merupakan satu-satunya peninggalan dari kakakku”
Qin lang menegaskan kalau Xin lei takkan melakukan hal seperti itu, “Kau bilang dia satu-satunya temanmu tapi kau bahkan tak percaya padanya” ungkap Qin lang.
Teng Feng bilang cincin itu ditemukan di lokernya, Qin lang tak peduli dia hanya ingin Teng Feng percaya pada Xin Lei.

“kau juga tak percaya padanya kan?” balas Teng Feng. Qin Lang bingung, “Apa maksudmu?”
“Kau juga tak percaya kalau dia menyukaimu, kan”
Qin Lang tak bisa menjawab, ia sendiri salah tingkah. Teng Feng lalu menunjukkan foto saat Xin Lei rela masuk ke dalam air demi menyelamatkan sepatu Qin lang. Qin lang terkejut melihat gambar itu. Qin Lang lalu berlari keluar kamar dengan kalap menuju kantor polisi lagi setelah mendengar penjelasan Teng Feng tentang foto itu.

Di depan kantor polisi Qin lang yang hendak menemui Xin lei ditahan masuk oleh petugas. Qin lang mengaku kalau ia yang mencuri cincin itu dan meminta polisi untuk menahannya dan melepaskan Xin lei. Polisi itu menyuruhnya pulang. 
Qin lang benar-benar emosi ia tetap ngotot agar si polisi membebaskan Xin lei, namun si polisi tetap menyuruhnya pulang. Qin lang lalu minta dipertemukan dengan Xin lei. 
Si polisi tak mengijinkan karena waktu berkunjung telah habis dan menyuruhnya datang besok. Qin lang keluar dengan lemas dan semakin mencemaskan Xin Lei.

Di rumah nenek mengajak Ah Da mengemas beberapa baju untuk Xin lei karena mereka tak tahu berapa lama Xin lei akan ditahan. Nenek sedih, Xin lei pasti akan kesulitan berganti baju disana. 
Nenek membuka pintu kamar Xin lei, ia kembali bersedih melihat Xin lei yang telah bersiap-siap pindah dengan mengemasi seluruh bajunya ke koper.  Ah Da tanya kenapa nenek memaksanya untuk segera pindah. 
Nenek berkata ia tak bermaksud seperti itu, “itu semua karena ia telah melanggar peraturan, tapi sebenarnya peraturan bisa diubah” nenek terlihat menyesali sikapnya pada Xin Lei.

Teng Feng memandangi cincinnya, ia teringat pada Xin Lei. Bagaimana Xin lei dulu membelanya saat ketahuan membeli minuman, lalu Xin lei yang membelanya saat jatuh bertanding di kolam renang dengan Qin lang dan memeluknya saat ia bersedih mengingat kakaknya. Teng Feng memikrikan itu semua.
Manajer Ken muncul dan mengajak Teng Feng ke kantor polisi. Teng Feng bilang takkan pergi, ia ingin Manajernya melakukan sesuatu untuknya. Manajer Ken lalu menelfon kantor polisi.

Di kantor polisi, si petugas mengatakan pada Qin Lang dan Nenek kalau pihak Teng Feng setuju mencabut gugatan kasus Xin Lei. Mereka semua merasa lega namun si petugas menambahkan kalau Xin lei tetap harus membayar denda dari jaksa..
“Jadi kapan Xin lei bisa bebas?” tanya Qin lang.
“Dia akan bebas setelah membayar jaminan”
Manajer Liu mengatakan kalau Teng Feng bersedia untuk membayarkan itu. Nenek menolak, ia tak mau meremehkan dan bilang akan membayarnya sendiri. Si petugas memperbolehkan mereka menemui Xin Lei.

Xin lei pun dibawa ke mereka. Nenek langsung tanya apa yang sebenarnya terjadi. Xin Lei bilang ia tak tahu.
“Apa kau masih tak ingat salah satu hal yang paling penting dalam hidup di rumah kami adalah...”
“Tak pernah berbohong” lanjut Xin lei. Nenek mengangguk
“Jadi bukan kau yang mencurinya?’ tanya nenek.
Xin lei menangis dan bilang bukan dia. Nenek bilang kalau mereka semua percaya padanya. Xin lei menangis terharu mendengar ucapan mereka semua. Qin lang tak tega melihat Xin Lei.

Nenek menyuruh Qin lang kembali saja bersiap untuk berjualan. Qin lang menolak ia tak bsia bekerja melihat kondisi Xin Lei seperti ini. Nenek mengingatkan kalau mereka tak boleh membiarkan konsumen datang dan kecewa. Ah Da mengatakan kalau ia bisa menanganinya sendiri. 
Nenek tak setuju, “kalau kau membiarkannya menganggur hanya hal buruk yang akan ia pikirkan”
“Aku takkan menganggur, aku akan membantu Xin lei membayar jaminan” 
Nenek tanya darimana Qin lang akan dapat uang sementara temannya juga tak ada yang bisa diandalkan. “Aku akan pergi mencurinya” jawab Qin Lang.
“kau bahkan tak punya bakat untuk mencuri” 
Qin Lang mengeluh, ia ingin melakukan sesuatu untuk Xin lei. Nenek menyuruhnya untuk kembali ke pasar dan membiarkannya sendiri mencari dana. Qin lang pun akhirnya membiarkan neneknya pergi seorang diri.

Di pasar Ah Da tanya apa Qin lang tahu kemana neneknya mencari uang. Qin Lang tak menjawab, ia hanya fokus pada jualannya saja. Qin lang mengantarkan pesanan tapi tak meminta uangnya, Ah Da segera datang mengambil uang itu.
Ah Da lalu berkata kalau ia akan mencoba meminjam uang dari temannya juga meminta Ba Dao dan Ah Yi untuk turut membantu. “baiklah” ucap Qin lang lemah. 
Ah Da minta Qin lang bicara sesuatu.
Qin Lang berkata kalau tak ada yang bisa ia ucapkan karena ia bahkan tak bisa mengeluarkan Xin lei dari penjara. Ia merasa pasti sangat berat bagi orang seperti Xin lei diperlakukan seperti seorang penjahat dan melihat senyum Xin lei kemarin pastilah senyum yang ia paksakan agar mereka tak khawatir padanya.

Tiba-tiba seseorang datang dan bertanya apa benar Xin Lei dipenjara. Seorang wanita juga ikut bicara. Ia bilang kalau mereka para pedagang telah mencoba mengumpulkan dana untuk menolong Xin lei namun uang yang mereka juga hanya sedikit, ia lalu menyerahkan amplop berisi uang kepada Ah Da.
Qin lang merasa bersyukur ia tak menyangka mereka semua mau membantunya. Si wanita lalu tanya dimana nenek.

Nenek ternyata datang menemui ayahnya Xiao Yang. Disana juga ada Xiao Yang, ia tanya apa ini ada hubungannya dengan masalah Xin Lei. Nenek menyerahkan akte rumahnya, ia ingin menjadikan itu jaminan untuknya meminjam uang. Ayah Xiao Yang tanya kenapa nenek tidak pinjam saja ke Bank. Nenek bilang ia tak bisa menunggu terlalu lama.
Xiao Yang tanya kenapa nenek begitu baik pada Xin lei. Nenek bilang itu karena Xin lei tinggal di rumah mereka. Xiao Yang menegaskan kalau Xin lei adalah seorang pencuri. Nenek terlihat tak suka, “Kalau kau tak mau meminjamkan lupakan saja” ia pun hendak pergi. Xiao Yang lalu memanggilnya.

Bi Zhu berusaha membujuk Manajer Liu kalau Xin lei tak mungkin melakukan hal tiu, terlebih dulunya ia adalah orang kaya. Yang Ling menghadang jalan mereka, ia mengajukan diri untuk menjadi pengganti Xin lei. Bi Zhu dengan tegas bilang kalau itu tak perlu karena Xin Lei akan segera kembali namun Manajer Liu menyetujiu hal itu.

Ia pun membawa Yan Ling menghadap Teng Feng dan tugas yang tinggal 2 hari lagi berniat digantikan oleh Yan Ling. Manajer Ken setuju saja namun tidak dengan Teng Feng. Ia tetap menolak Yan Ling. Yan Ling bilang kalau kekurangannya dibanding Xin lei hanyalah soal bahasa dan ia telah meningkatkannya, ia memohon untuk diberi kesempatan. Teng Feng tak menjawab, ia pergi begitu saja.

Yan Ling terdiam, “kenapa? Aku sudah mencoba yang terbaik untuk meningkatkan kekuranganku, dibagian mana aku kalah dengan Xin Lei”
Manajer Liu memintanya menenangkan diri.

Qin lang duduk dengan gusar, tiba-tiba telfonnya berbunyi. Qin lang terlihat gembira setelah mengangkatnya. Ia permisi pada Ah Da untuk menemui nenek.

Qin lang buru-buru masuk ke dalam rumah menemui neneknya. Nenek langsung memberikan uang yang ia dapat pada Qin lang. Qin lang dengan heran tanya darimana neneknya mendapat uang itu. Nenek memintanya untuk tak khawatir dan menyuruh untuk segera membebaskan Xin Lei.

Teng Feng tiba di depan gedung pertunjukan, tiba-tiba ia meminta untuk diantarkan ke kantor polisi. Manajer ken terlihat malas namun ia tetap menuruti permintaan Teng Feng.

Xin Lei akhirnya dibebaskan ia melihat Qin lang lah yang telah membayarkan uang jaminannya. Qin lang mengajak Xin lei pergi. Xin lei menolak, “Tuntutan pidanaku belum beres, aku tak mau pergi”

Qin lang menariknya keluar dengan kesal. Xin Lei menghentakkan pegangan Qin lang, “Apa kau tuli? Apa kau tak dengar aku tak mau pergi?”
“Apa kau buta, apa kau tak lihat betapa banyak orang mengkhawatirkanmu”
“ Jangan pedulikan aku”
“kuharap aku bisa begitu” bentak Qin lang. Teng Feng telah tiba di depan kantor polisi tanpa mereka sadari ia mengintip keduanya dari dalam mobil.

Qin lang mengatakan semua yang telah ia lakukan untuk membebaskan Qin lang. “Apa aku memintamu untuk melakukannya?” 
Qin lang lalu mengatakan bagaimana orang-orang di pasar turut khawatir dan membantu Xin lei serta Ah Da yang terus- menerus menelfon teman-temannya. Dan bahkan nenek yang diam-diam mencari uang tanpa ia ketahui darimana asalnya.

“Bukankah kalian semua membenciku? Apa aku memohon pada kalian melakukan ini?” ucap Xin Lei
Qin Lang marah ia berkata lebih baik Xin Lei kembali saja ke penjara dan menarik tangan Xin Lei untuk masuk. Xin Lei menghempaskan tangan Qin lang dan berlari pergi. Qin Lang pun mengejarnya. Teng Feng merasa tak ada yang perlu ia lakukan lagi dan memilih pergi.

Xin Lei berlari sambil menangis di tengah hujan lebat, ia menepi ke halte dan menangis sepuasnya disana. Perlahan Qin Lang maju mendekat dan mengusap lembut kepala Xin Lei.
“Tak apa-apa, aku disini” ucap Qin Lang pelan.
Xin Lei menatap dan memukuli Qin Lang, Qin Lang tak membalas dan hanya diam menerimanya.
“Ayo pulang ke rumah” ucap Qin Lang
“Aku tak punya rumah” teriak Xin Lei sambil menangis.
“Kau punya, apa kau lupa rumahku adalah rumahmu juga”
Xin Lei semakin menangis dan memeluk erat Qin Lang dan Qin lang pun balas memeluk Xin Lei.


Sementara itu di pertunjukannya, Teng Feng pun memulai pertunjukannya, ia menatap cincinnya dan kursi kosong milik Xin Lei disana.Teng Feng bertanya dalam hati apakah ia telah kehilangan Xin Lei sekarang sebagai teman satu-satunya.


Sunday, 8 December 2013

The Prince Who Turns Into a Frog Eps 30 (Final)

Perhatian!!!
Mohon untuk tidak meng-COPAS Tulisan di Blog ini!!!
Bagi yang ingin mengambil Tulisan dari Blog ini harap menyertakan LINK HIDUP
Di bawah postingan yang diambil dari Blog ini!
Baik itu nantinya di ubah atau Dirapikan
Mohon hargai penulis!! Terima Kasih ^^


The Prince Who Turns Into a Frog Eps  30 (Final)

Setelah peristiwa kemarin,Tian Yu tak sadarkan diri selama lebih dari sebulan. Selama itu pula Junhao menemani Tian Yu dan mengajaknya berbicara seolah hal itu bisa Tian Yu dengar. Junhao berharap Tian Yu dapat segera sadar.
Tuan Tang yang sedari tadi di belakang Junhao berdehem agar Junhao menyadari kehadirannya beserta Jinzhi dan Zhengzhe. Tuan Tang khawatir melihat Tian Yu lama tak juga sadar. Jinzhi mengingatkan kalau Tian Yu itu sama kuatnya dengannya, ia yakin Tian Yu akan segera sembuh.

Minghan datang membawa seikat bunga bersama Ziqian. Minghan mengucapkan terima kasih atas nama Senwell atas jasa Tian Yu, ia lalu menyerahkan bunga tersebut kepada Jinzhi.
Jinzhi juga berterima kasih pada Minghan yang telah menangung semua biaya perobatan Tian Yu, ia lalu menanyakan apakah Mr. Yuan sudah dihukum atas kejahatannya. Minghan bilang Tuan Yuan akan dipenjara selama beberapa tahun. Jinzhi merasa lega mendengarnya.

Ziqian turut merasa bersalah pada Tian Yu padahal Tian Yu selalu menganggap dirinya sebagai bagian dari keluarganya. Jinzhi berkata Ziqian tak perlu terlalu mengkhawatirkan hal itu karena ia dan Tian Yu selalu menganggap Ziqian bagian dari keluarga mereka.
Ziqian amat berterima kasih dan memeluk Jinzhi dengan erat. Jinzhi menambahakan kalau Ziqian boleh datang kapanpun ke rumah mereka, ia lalu memberikan kunci rumahnya di genggaman Ziqian, Ziqian mengangguk bahagia.

Junhao lalu tanya kenapa Yunxi tak datang, Ziqian bilang kalau Yunxi sedang memeriksa kesehatannya, dokter bilang Yunxi boleh berhenti periksa setelah sebulan pemeriksaaan.
Junhao memberitahukan hal itu pada Tian Yu dan menyuruhnya untuk segera bangun, Ziqian juga melakukan hal yang sama, ia berjanji kapanpun Tian Yu sadar dimanapun ia berada ia akan pulang menemui Tian Yu. Junhao dan yang lain merasa kaget, Zhengzhe tanya kemana Ziqian hendak pergi.
“Yunxi tak membutuhkanku lagi, aku ingin pergi ke luar negeri dan beristirahat sedikit” Ziqian lalu mengumumkan kalau pesawatnya akan berangkat pada pukul 3, ia pun segera pamit untuk segera ke bandara.

Di Koridor Junhao tanya kemana Ziqian hendak pergi. Ziqian bilang ia belum punya tempat khusus yang ingin dikunjungi dan hanya ingin merasakan kebebasan dari segala kesibukannya.
Minghan merasa Ziqian seenaknya saja meninggalkan pekerjaannya sebagai Direktur Senwell. Ziqian merangkul Minghan dan berkata ia tak akan khawatir selama ada Minghan disana begitu juga dengan Junhao akan punya waktu untuk menemani Tian Yu.
Junhao tanya bukankah terlalu buru-buru untuk ke luar negeri sementara Yunxi sedang berencana mengejar gelar sarjananya. Ziqian berkata kalau ia akan pergi tanpa Yunxi

Minghan merasa bingung, bukankah Ziqian selalu berusaha agar Yunxi mengetahui perasaannya. Ziqian berkata bahwa ia sudah sebulan tak bertemu Yunxi, apa yang dilakukannya selama ini hanyalah menjaga Yunxi sesuai petunjuk dokter disaat ia sakit dan kini setelah Yunxi sembuh ia tak punya alasan lagi untuk tetap bersama.
“Kau tahu bahwa Yunxi membutuhkanmu, kaulah orangnya yang telah menyadarkannya” ucap Junhao
“Mencintai dan membutuhkan adalah 2 hal yang berbeda” ucap Ziqian.
Ziqian menyudahi pembicaraan itu dan bergegas untuk pergi, Minghan berpesan untuk tak pergi terlalu lama karena ia pasti akan kewalahan menjaga Senwell sendiri.
Ziqian mengangguk dan menyuruh Minghan menelfonnya kalau rindu, ia pun berlalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Setelahnya Junhao dan Minghan bertemu dengan Yunxi yang baru saja keluar dari ruangan Tian Yu, ia pun menanyakan Ziqian pada keduanya. 
Junhao dan Minghan saling pandang, “Apa kau tahu Ziqian akan pergi ke luar negeri? Apa kau tau ia akan berangkat pukul 3 ini?” tanya Junhao. Yunxi merasa bingung “Dia  tak memberitahuku apa-apa”

Junhao menyuruh Yunxi mengejar Ziqian karena Ziqian pasti berfikir kalau Yunxi telah mengabaikannya. “Bagaimana bisa begitu, aku tak menghubunginya karena....” Yunxi lalu mengeluarkan kotak yang berisi sebuah kalung yang ingin ia berikan pada Ziqian dan menunjukkannya pada keduanya. 
Yunxi ingin membalas Ziqian yang pernah mengambil banyak kerjaan untuk memberikannya hadiah dan sekarang ia juga melakukan hal yang sama untuk hadiah pertamanya pada Ziqian. Kalung berhiaskan batu itu adalah kalung pasangan dan pasangan yang memakainya takkan pernah berpisah.

“Kalau begitu beritahu dia, dia baru saja pergi kau pasti bisa mengejarnya” ucap Minghan memberi semangat. Yunxi terlihat ragu, Junhao memberi semangat agar Yunxi segera pergi. 
Yunxi mengangguk dan segera pergi, Junhao memberi semangatnya lagi, Yunxi mengangguk senang kemudian segera berlari mengejar Ziqian.

Minghan mengajak Junhao taruhan kalau Yunxi bisa mengejar Ziqian Junhao harus membayarnya NT$10, “Kedua pasangan bitu pasti akan bahagia selamanya” ungkap Minghan. 
Junhao menolak karena ia juga merasa seperti itu, keduanya lalu tersenyum bersama.

Dari balik jendela mereka bisa melihat Yunxi berhasil berjumpa dengan Ziqian di bawah, Yunxi menunjukkan kalung itu dan memakaikannya ke Ziqian. Keduanya tersenyum dan meminggalkan mereka.
Ziqian lalu membalas Yunxi dengan menariknya ke pelukannya.



Malam harinya Junhao terbangun kaget karena kondisi Tian Yu tiba-tiba memburuk. Junhao memanggil dokter dengan panik. Tak lama para dokter masuk memeriksa kondisi Tian Yu. Layar telah menunjukkan garis lurus, dokter menggeleng Tian Yu sudah tak bisa tertolong lagi. Junhao seakan tak percaya, ia memanggil-manggil Tian Yu memintanya bangun, Junhao menangis berharap Tian Yu tak meninggalkannya.

Junhao pun tersadar dari mimpi buruknya itu. Yah.. itu hanyalah mimpi yang dialami Junhao. Ia pun merasa bersyukur atas hal itu, namun Tian Yu sudah tak ada lagi di ranjangnya. Junhao langsung saja panik dan keluar mencari Tian Yu. Ia melihat Tian Yu tengah berdiri membelakanginya, “Tian Yu apakah itu kau?” tanya Junhao. 

Junhao mendekat lalu memanggilnya lagi, Tian Yu menoleh, Junhao pun tersenyum senang melihat Tian Yu akhirnya sadar. Junhao mendekat hendak memeluk namun ia keburu mendapat tamparan keras di pipinya dari Tian Yu. Junhao terbengong kaget.
“Dasar kurang ajar, pergilah kau” Junhao syok sambil memegangi pipinya “Tian Yu ada apa denganmu? Aku Junhao?”
“Pergilah...!”
Junhao tak juga pergi, ia kembali mendekat hingga akhirnya mendapat bogem mentah di wajahnya.

Junhao akhirnya mengompres luka di wajahnya itu sambil dikelilingi Jinzhi dan yang lain yang penasaran setelah tahu Tian Yu hilang ingatan dari Junhao. Mereka semua merasa cemas sementara Tian Yu menyendiri di dekat tangga sambil menikmati susu kotak.

Junhao berkata dokter memberitahunya kalau Tian Yu tak dapat mengingat dan tak tahu entah sampai kapan hal itu akan terjadi, ia merasa sedih karena Tian Yu bahkan tak ingat dengan dirinya.

Jinzhi dan yang lain lalu mengerumuni Tian Yu. Tian Yu berteriak kesal ditatap seperti itu. ia tanya apa yang mereka diskusikan tadi apakah membicarakan tentangnya atau tidak dan tolong jangan melihatanya dengan cara yang aneh.
Jinzhi tanya apa Tian Yu mengenalnya. Tian Yu mengecek kening ibunya dan tanya apa ibunya baik-baik saja. Jinzhi senang Tian Yu masih mengenalnya. 

Zhengzhe mengetes dengan tanya berapa jumlah jari yang ditunjukkannya, Tian Yu kesal dan berkata kalau ia tidak bodoh. Tuan Tang kemudian mengetes Tian Yu untuk menyebutkan nama mereka semua. Tian Yu berhasil menyebut nama mereka setu per satu dengan benar, Junhao tersenyum senang. 

Namun saat Zhengzhe minta Tian Yu menebak nama Junhao Tian Yu terlihat kebingungan, ia lalu mendekati Junhao ia menyebut Junhao sebagai Pria kurang ajar  yang telah mengenggam tangannya dan hendak memeluknya saat di rumah sakit. Ia meminta Jinzhi untuk mengusir Junhao pergi. Junhao pun berubah kecewa. Jinzhi membawa Tian Yu untuk beristirahat ke kamar. 



Tuan Tang berkata pada Junhao kalau Tian Yu masih mengingat mereka semua kecuali Junhao, Tuan Tang dan yang lain merasa heran mengapa bisa seperti itu. Chef mengatakan ketika Junhao tak mengingat mereka dulu Tian Yu juga menderita. 
Junhao berkata kalau sekarang adalah gilirannya untuk mengejar kembali Tian Yu. Bibi dan yang lain turut memberi semangat pada Junhao untuk mendapatkan Tian Yu kembali.
Bibi memberi ide untuk menyadarkan Tian Yu dengan mengulang aksi saat Junhao dan Tian Yu bertemu pertama kali. Hal ini diharapkan dapat membawa ingatan Tian Yu kembali akan Junhao.

Ide itu pun dilakukan. Masih ingatkan Junhao pertama kali bertemu Tian Yu saat menanyakan jalan ke Motel Guan Mei dan saat itu Tian Yu menyuruhnya untuk membeli permen karetnya dulu? Maka hal itu pulalah yang diulangi Junhao sekarang. Junhao menunggu Tian Yu lewat di jalan itu, sementara Bibi, Chef serta Sheng bersembunyi untuk memantau kesuksesan rencana mereka.  Junhao terlihat gugup. 

Tian Yu pun tiba, Junhao mengingat-ngingat apa yang harus ia lakukan. Ia lalu berjalan mendekati mobil Tian Yu hendak menanyakan jalan. Perlakuan Tian Yu ternyata sama, ia keluar dan menyodorkan permen untuk dibeli. Namun karena terlalu bersemangat Junhao malah mengiyakan dengan cepat dan menyodorkan uang NT$100. Tian Yu menjauhkan permennya, ia merasa Junhao sangat aneh mau membeli permen dengan mahal begitu saja. 

Tian Yu menuduh Junhao ingin berbuat macam-macam dengannya dan mengambil linggis dari mobilnya untuk mengancam Junhao agar menjauh. Junhao tak bisa berbuat apa-apa, Tian Yu segera memacu mobilnya.

Rencana kedua adalah mengulang kejadian di pelabuhan saat Junhao hendak dikirim ke Filipina kemudian ia tercebur ke air dan Tian Yu terjun menyelamatkannya.
Jinzhi membantu Junhao membenahi pakaiannya, ia telah memaksa Tian Yu untuk datang kesini, Jinzhi mengingatkan agar Junhao segera menendang Tian Yu jatuh ke air lalu menyelamatkannya. “Apa itu akan berhasil?’ tanya Junhao ragu. “Memang begitu cara kau menyelamatkannya kemarin, pada saat itu kalian berdua terjerat dalam jalinan cinta, makanya kau harus melakukannya, mengerti?”

Tiba-tiba Tian Yu muncul dari kejauhan memanggil ibunya. Mereka segera bersiap mengambil posisi. Tian Yu tanya kenapa ibunya menyuruhnya kesana. Tian Yu menatap tak suka melihat Junhao. Jinzhi bilang kapten kapal ingin mereka untuk mengantarkan gas untuknya. 
Tian Yu merasa itu tak masuk akal, ia hendak pergi menanyakan itu sendiri ke kapten. 

Melihat ada kesempatan Jinzhi mengikuti Tian Yu diam-diam dari belakang dan hendak menendang Tian Yu, namun ia gagal. “Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Tian Yu berbalik
“Aku sedang olah raga” Jinzhi pun mencoba berkali-kali namun tak juga berhasil.

Lixin datang kesana menemui Zhengzhe. Ia tanya kenapa Zhengzhe menolak bertemu teman-temannya. Ia sangat marah kepada Zhengzhe dan pergi meninggalkannya. 
Lixin melewati Jinhzhi yang bersiap untuk menolak Tian Yu. Namun bukan Tian Yu yang kena melainkan Lixin yang akhirnya terjatuh. Zhengzhe segera masuk ke air, Lixin teriak bilang kalau Zhengzhe tak bisa berenang. Lixin lalu teriak agar Junhao menyelamatkan Zhengzhe.

Akhirnya Lixin dan Zhengzhe terselamatkan. Mereka berempat terduduk lemas sementara Tian Yu sendiri telah pergi. Junhao tak menyerah dan akan mencari cara lain. Ia lalu marah ke Zhengzhe yang melompat padahal tak bisa berenang. 
Zhengzhe menanyakan keadaan Lixin, Jinzhi menyuruhnya memikirkan dirinya sendiri.

Disaat sedang bekerja Junhao menyempatkan dirinya menatap cincinnya. Zhengzhe memintanya untuk tak menyerah akan kakaknya. “memenangkan hati kakakmu lagi seperti mendapat pengalaman baru bagiku” Junhao tak tahu Tian Yu diam-diam menguping pembicaraan itu.
 “Apa kau tahu ada jenis paus yang hidup di kutub utara bisa berenang di laut pasifik yang hangat meskipun cuacanya sangat berbeda untuk menemui takdir? Aku ingin seperti hiu itu tak peduli seberapa keras aku akan mencobanya” Tian Yu terdiam, ia kemudian pergi.
Zhengzhe tak paham, ia bilang kakaknya itu bukan ikan. 
Ia lalu menyerahkan barang milik Tian Yu yang diambil dari kamar. Junhao mengenali poster yang dulu pernah Tian Yu gunakan untuk membuat perjanjian, ia kemudian membaca buku harian Tian Yu lagi dan membuatnya teringat dengan rumah kosong dan mendapat ide baru.

Tian Yu yang telah didandani cantik dibawa oleh Jinzhi dan Zhengzhe ke rumah kosong itu dengan membohongi Tian Yu kalau TuanTang membuat pesta disana. Tian Yu sempat curiga karena tak melihat orang lain disana. Jinzhi memaksanya untuk segera masuk.

Di dalam Junhao telah menunggu sambil bermain piano. Tian Yu tanya lagi apa yang hendak dilakukan Junhao kali ini. Junhao mengajaknya bermain, Tian Yu dengan ketus menolaknya. Junhao meminta lagi, Tian Yu pun melakukannya dengan enggan.

Meski demikian Tian Yu terlihat enjoy sambil tersenyum gembira memainkan piano itu, sesekali kenangan saat mereka bermain piano dulu juga turut muncul. 
Tian Yu tersadar apa yang ia lakukan, ia berhenti tersenyum dan hendak pergi. Junhao memanggil memintanya tinggal sebentar, “Untuk apa?” tanya Tian Yu.


Junhao pun maju dan memberikan poster itu pada Tian Yu.
 “Festival budaya? Memangnya apa ini?” Junhao lalu membalik poster itu. mata Tian Yu melotot, “Memangnya apa bedanya antara CPR dan ciuman” ucapnya ketus. 
Ia pun segera merobek poster itu dengan kesal lalu membuang poster itu dan pergi menghindar.

Junhao melihat ke jendela “Ini sedang hujan, kau tak bisa pulang sekarang” ucap Junhao senang. Tian Yu merasa panik.

Sementara itu di luar jendela, Sheng dan yang lain sedang sibuk bekerjasama menciptakan hujan itu. Zhengzhe tanya apa ini ide ibunya, Jinzhi bilang Junhao memberinya uang untuk menyewa tangki air. 

Tiba-tiba air yang sedari tadi Zhengzhe semprotkan berhenti mengalir. Akhirnya ketahuan kalau Jinzhi ternyata hanya membeli setengah tangki air saja untuk mendapat untung, Tuan Tang dan yang lainnya merasa kesal dan tak habis pikir atas ulah Jinzhi.

Dengan demikian berhenti pulalah hujan itu. Tian Yu merasa kini punya peluang untuk pulang. Sekarang giliran Junhao yang panik dan mengejar Tian Yu hingga di dekat kolam renang. 
Junhao menarik lengan Tian Yu. “Menyingkirlah dariku, jangan ikuti aku” teriak Tian Yu.

Bibi Fengjiao dan yang lain tengah mengintip. Bibi menyuruh Sheng menghidupkan musik romantis pada tape yang sudah mereka sediakan. Tian Yu mencari-cari asal sumber suara itu, sementara Junhao menjulurkan tangannya hendak mengajak berdansa. 

Tian Yu kaget, “Ini adalah permintaanku yang terakhir” pinta Junhao. Tian Yu mengiyakan dengan malas, “Tapi jangan berisik, aku tak mau dengar cerita tentang Waltz menjadi raja dansa atau yang lain” Junhao terdiam sejenak, lalu ia tersenyum. 

Tian Yu mengulurkan tangannya dan mereka pun mulai berdansa. Yang lain melihat dengan bahagia.Sepanjang dansa itu Tian Yu terlihat gugup dan mencoba mengalihkan pandangannya dari Junhao. 
Junhao semakin mendekatkan diri seakan hendak mencium kening Junhao. 

Tian Yu segera melepaskan diri. “Sudah selesai, aku pergi” Junhao memanggil Tian Yu. “Bukankah kau bilang aku telah menyelamatkanmu 2 kali? Sekarang giliranmu untuk menyelamatkanku” Junhao berjalan ke pinggir kolam renang, ia mengingatkan kalau air kolam pasti sangat dingin di musim ini. 
Junhao bersiap menjatuhkan diri, Tian Yu segera berbalik, ia berlari dan menarik Junhao. Junhao tak jadi jatuh ke kolam tapi jatuh ke pelukannya Tian Yu. 

“Apa tidak cukup bagimu setelah jatuh saat mencari cincin” bentak Tian Yu.
“Ye Tian Yu, kapan kau akan berhenti berbohong kalau kau amnesia?” ucap Junhao. Mendengar hal itu membuat yang lain kebingungan. 

“Apa yang kau katakan?” ucap Tian Yu dengan gugup.
Junhao menyebutkan kesalahan yang Tian Yu perbuat. Pertama Tian Yu bisa mengingat ucapannya saat menjadi Dang Ou yaitu apa beda CPR dan ciuman dan yang kedua cerita tentang Waltz. 
Junhao mendesak Tian Yu untuk mengaku. Tian Yu merasa tersudut dengan mulai menangis ia membenarkan hal itu dan menyalahkan Junhao yang telah menghilang selama ini dan pergi meninggalkannya begitu saja. 


Junhao terdiam, ia lalu tersenyum dan memeluk Tian Yu sambil meminta maaf. Ia minta Tian Yu tak melakukan itu lagi dan ia pun bersedia untuk dihukum. 
“kalau begitu hukumanmu adalah selalu berada disisiku, kau tak boleh meninggalkan aku” 
Junhao mengangguk tersenyum. “Tapi ada sesuatu yang harus kita selesaikan sebelum membahas pernikahan kita” Junhao memberikan poster yang sudah Tian Yu koyak tadi. 
“Aku Shan Junhao tidak suka berhutang apapun tanpa terkecuali” Tian Yu terlihat bingung menatap kertas koyak itu, saat ia mendongakkan kepalanya Junhaoa langsung menyambutnya dengan memberikan ciuman. Yang lain pun tersenyum bahagia melihat mereka.


Acara pernikahan Junhao dan Tian Yu pun dilangsungkan. Lixin mengapit lengan Zhengzhe yang berdiri menyambut para tamu. Begitu pula dengan Bibi, Chef dan Sheng. 
Sementara itu Jinzhi dan Tuan Tang berdiri bersama ibunya Junhao. Tak lama, Ziqian datang menggandeng Yunxi. Jinzhi, Tuan Tang serta ibunya Junhao menyambut keduanya dengan bahagia. 

Ziqian memberikan anggur sebagai hadiah, Jinzhi mengambil anggur mahal itu dengan segera. 
Yunxi cerita kalau mereka baru dari Mesir. Ziqian lalu tanya dimana Junhao dan Tian Yu. Jinzhi menjelaskan kalau mereka berdua sedang memperbaiki pipa ke rumah seorang nenek tua.
 Ibu Junhao kesal, bisa-biasnya Jinzhi menyuruh keduanya bekerja di hari pernikahan seperti ini. keduanya kembali bertengkar, Tuan Tang tak tahan dan memilih menyingkir.

Bibi Fengjiao mendekati Dawei dan mengajaknya bersulang. Sheng dan Chef merasa iri. Dengan genit bibi Fengjiao bilang kalau ia harus menangkap bunganya nanti. 
Dawei memuji penampilan bibi dan tanya apa ada seseorang yang Bibi kejar. Bibi dengan percaya diri mengatakan kalau ia mempercayakan kebahagiaannya pada Dawei sambil mengandeng erat tangannya. 

“Bibi maaf kurasa ada sedikit kesalahpahaman diantara kita” Dawei bilang kalau ia menganggap Bibi sudah seperti ibunya selama ini. Bibi segera memukuli kepala Dawei dengan pukulan lalat. Chef dan Sheng akhirnya tertawa.

Dengan gaun pengantin Tian Yu dan Junhao bekerja membetulkan gas di rumah nenek Huazi. Mereka hendak permisi pergi, tapi nenek Huazi meminta tolong membantu di dapur dengan alasan ia bahkan tak bisa membedakan mana garam dan beras. Nenek terus mengeluh sambil memotongi rumput rumahnya. Tian Yu dan Junhao saling bertatapan.

Para tamu telah menunggu tapi kedua penganti tak kunjung tiba. Jinzhi pun meminta pendeta menunggu sebentar lagi.

Tian Yu dan Junhao bergegas pulang melewati Devil’s Meadow. Junhao menatap seakan tak asing dengan tempat itu.
Tian Yu menyuruhnya untuk buru-buru. “Ini disebut Devi’s Meadow?” tanya Junhao. Tian Yu coba menjelaskan namun karena tak melihat jalan ia malah terperosok jatuh ke dalam lubang bersama Junhao.

Pendeta dan para tamu semakin terlihat gusar, Sheng menyalahkan bibi yang heboh ingin menangkap bunga, Bibi Fengjiao tak terima, Jinzhi menyuruh keduanya berhenti bicara. Ibu Junhao turut bicara dan memancing kembali perdebatan dengan Jinzhi. Yunxi dan Ziqian hanya memandang keduanya dengan kagum. “Sepertinya kehidupan Tian Yu dan Junhao takkan pernah damai” ucap Ziqian. “Aku yakin mereka bisa mengatasinya” Ucap Yunxi.


Junhao dan Tian Yu tersadar, mereka kembali terjatuh di lubang yang sama. Tian Yu mengingat pesta pernikahannya ia merasa kesal dan memaksa Junhao memikirkan cara untuk segera keluar. 
Junhao bilang percuma saja kalaupun mereka keluar gaun Tian Yu pasti sudah rusak. Tian Yu merengek, ia tetap mau menghadiri pestanya. 

Junhao menunjuk sebuah lilin di batu, ia bilang pasti ada jalan keluar karena itu membuktikan seseorang pernah ada disitu dan berhasil keluar. Tian Yu teringat itu adalah lilin yang dulu pernah Junhao nyalakan. “Kalau begitu daripada kita buru-buru ke acara kenapa kita tidak” Junhao menyalakan lili itu. ia mengangkat cincinnya dan bersumpah layaknya seorang yang akan menikah bahwa ia akan menjaga Tian Yu sebagai istrinya. 

Junhao memakaikan cincin di jari Tian Yu. Tian Yu menatap senang. Junhao menyuruhnya gantian. Tian Yu bilang ia tak bawa cincin. Ia lalu menjadikan tali jimat sebagai gantinya dan bersumpah sama seperti Junhao. Junhao tertawa  ia bilang itu cincin teraneh yang ia punya dan menerima cincin itu. 

"Bolehkah aku mencium pengantinnya sekarang?" ucap Junhao. Tian Yu mengangguk malu-malu, lalu memonyongkan bibirnya. keduanya lalu berciuman.

 Pada akhirnya kami berada di lubang ini dengan lilin, ini bukan tempat yang ideal untuk malam pertama kita.
Tian Yu :"Disini?"
Junhao :"ya, cepat"
Tian Yu : "tak mau! aku tak mau disini, aku mau keluar dari siniii..."