Perhatian!!!
Mohon untuk tidak meng-COPAS Tulisan di Blog ini!!!
Bagi yang ingin mengambil Tulisan dari Blog ini harap menyertakan LINK HIDUP
Di bawah postingan yang diambil dari Blog ini!
Baik itu nantinya di ubah atau Dirapikan
Mohon hargai penulis!! Terima Kasih ^^
Corner
With Love Eps 9 Part 1
Xin Lei akhirnya memutuskan ia akan pindah
malam ini. ia berterima kasih dengan tulus pada Ah Da dan Nenek. Keduanya
sama-sama merasa sedih, Ah Da da n Nenek berpura-pura pergi ke dapur untuk
menyembunyikan kesedihannya di depan Xin Lei.
Tinggallah
Qin Lang dan Xin Lei saja, “Aku..” ucap keduanya serentak. Mereka lalu
sama-sama memalingkan muka. Xin Lei pasrah, ia hanya bilang kalau ia hendak
pergi bekerja.
Qin lang terus memandangi Xin lei. Xin lei mengenakan sepatu
pemberian Qin lang dengan rasa sedih karena akan berpisah dengan pemiliknya.
Qin Lang seakan ingin bicara saat Xin lei hendak pergi, namun ia tak bisa
berbuat apa-apa. Begitu pun Xin Lei terdiam sejenak di depan pintu pagar
menanti panggilan dari Qin lang, namun Qin Lang terus terdiam dan Xin lei pun
pergi dari sana.
Qin
Lang seakan mengutuki dirinya, sementara Nenek menangis tersedu menghapus air
matanya dan Ah Da menangis dengan hebohnya.
Xin
Lei menatap rumah itu sekali lagi dari luar, ia teringat akan segala hal yang
ia alami selama disana bersama Nenek, Ah Da serta Qin Lang yang membuatnya
sedikit bisa tersenyum.
Teng
Feng bersiap untuk melaksanakan pertunjukannya, sebelum pergi ia membuka dulu
brankasnya untuk memakai cincinnya. Namun saat itu ia kaget melihat cincin itu
telah hilang. Manajer Ken terus bicara, ia lalu bertanya ada apa saat melihat
Teng Feng terpaku di depan brankas.
“Dimana cincinku, cincinku hilang” ucap
Teng Feng kebingungan.
Manajer
Ken juga tak kalah bingung karena hanya ia dan Teng Feng saja yang tahu kode
brankas tersebut. “Kecuali Xin Lei” ucapnya. Teng Feng tanya kenapa Xin Lei mesti
dicurigai. Manajer Ken tak bermaksud apa-apa, ia hanya bilang kalau Xin Lei punya kunci kamar mereka, "Tapi dia juga tidak tahu kode brankas ini kan?" ucap Manajer Ken membuat Teng Feng berfikir sejenak. Ia ingat Xin Lei tahu kalau ia memakai tanggal lahir kakaknya sebagai
kode. Teng Feng mulai merasa sedikit curiga.
Bi
Zhu menghampiri Xin lei yang duduk melamun. Ia tanya mengapa Xin lei begitu
buru-buru pindah ke asrama. Xin Lei bilang itu keinginan nenek.
Bi Zhu tanya
apa Qin Lang tak melakukan apapun. Xin Lei tak menjawab, ia lalu menjawab
telfon yang berdering didepannya. Ia mendapat perintah untuk berkumpul di ruang loker.
Qin
Lang tak bisa konsentrasi menyelesaikan pekerjaannya mencuci sayur. Hal ini
karena Xin lei yang akan pindah nanti malam, Qin lang bertekad untuk
menghentikan itu.
ia pun mencuci sayur lebih cepat agar bisa cepat pulang untuk
mencegah Xin Lei. Ah Da memarahi Qin Lang melakukannya karena akan merusak
sayur mereka. Qin Lang menyuruhnya diam dan mengurusi pekerjaannya saja.
Para
pegawai dibariskan di depan tempat loker mereka termasuk juga Xin Lei. Disana
sudah ada Teng Feng dan Manajer Ken yang turut menyaksikan. Loker itu dibuka
satu per satu oleh Sherry. Sejenak Teng Feng sempat melirik Xin Lei.
“Aku
dengar Teng Feng kehilangan sesuatu, apa mungkin ia mencurigai kita
mencurinya?” bisik Bi Zhu pada Xin Lei.
Loker
milik Xin Lei akhirnya dibuka dan cincin itu ternyata juga ada disana. Sontak
Teng Feng kaget melihatnya. “Apa ini yang anda cari Tuan? Ini ditemukan dari
loker Xin lei” ucap Manajer Liu.
Xin lei tak kalah kaget melihat hal itu. Manajer
Ken memandang sini pada Xin lei. Xin lei menatap Teng Feng sambil menggeleng
seolah berkata bahwa itu bukan perbuatannya. Teng Feng mendekati Xin lei,
“Kenapa? Kenapa kau melakukan ini padaku?” ucap Teng Feng tak menyangka.
“Tidak,
itu bukan aku, itu sungguh bukan aku” bantah Xin lei. Manajer Ken meminta
Manajer Liu menelfon polisi.
Xin Lei dan Bi Zhu saling pandang dengan
cemas.
Bi
Zhu berlari kencang mencari Qin lang.
Qin
lang permisi pulang pada neneknya, Ah da menahannya dan tanya kenapa Qin lang
buru-buru. “Kebahagiaannya akan pergi tentu dia buru-buru” ucap Nenek. Qin Lang
pun hendak berlari namun ia bertemu Bi Zhu di depan. Dengan nafas
terengah-engah Bi Zhu memberitahu kalau Xin lei berada di kantor polisi. Nenek
dan Ah Da turut kaget mendengarnya.
“Kenapa?”
tanya keduanya.
Bi
Zhu pun memberitahu kalau Xin Lei telah mencuri cincin milik Teng Feng. “Tidak
mungkin” ungkap nenek. Qin Lang segera pergi ke sana. Nenek turut mengajak Ah
Da untuk pergi melihat Xin Lei.
Qin
lang mengayuh kencang sepedanya, ia bahkan tak peduli lagi dengan lampu lalu
lintas dan hampir saja tertabrak mobil. Mobil yang membawa Xin Lei akhrinya
tiba di depan kantor polisi. Ia pun digiring masuk oleh kedua polisi itu ke
dalam.
Tak lama Qin lang tiba dan segera menghambur mendekati Xin lei. “Apa kau
tak apa-apa?’ tanya Qin lang. Qin lang menegaskan pada polisi itu kalau Xin lei
tak mungkin mencuri. Xin lei tetap dibawa masuk, Xin lei menatap Qin lang yang
memanggilnya dengan sedih.
Qin
lang terus berdiri menunggu Xin lei yang tengah diperiksa diluar. Sementara itu
Nenek, Ah Da dan Bi Zhu akhirnya sampai disana. Mereka segera menghampiri Qin
lang, nenek tanya apa yang sebenarnya telah terjadi. Bi Zhu pun mulai
menceritakan hal itu pada nenek.
Xin
lei akhirnya dimasukkan ke dalam sel tahanan. Ia merasa ketakutan, belum lagi
sekelompok penjahat yang berada disebelah sel nya juga ikut menakut-nakutinya.
Xin lei bergidik ketakutan. Ia pun akhirnya duduk dan menangis sambil menelungkupkan wajahnya.
Nenek
akhirnya tahu apa yang terjadi. Mereka tetap tak percaya Xin Lei mencuri, namun mereka bingung apa yang harus dilakukan. Qin lang
bertekad untuk masuk untuk mencari tahu apa yang terjadi.
Nenek menghentikannya
dan berkata kalau orang yang harus masuk adalah dia. “Dengan emosimu sekarang
kau hanya akan memperburuk keadaan, lagipula aku mengenal polisi lokal ini
selama lebih dari 10 tahun, mereka pasti akan sedikit hormat kepadaku” nenek
pun masuk.
Perbincangannya
di dalam terlihat alot. Qin Lang terus uring-uringan. Ia tak bisa bersabar lagi
dan memutuskan menyusul masuk. Ah Da segera menghalangi. “Apa nenek sedang
minum teh dan berbincang-bincang dengan polisi itu” ucap Qin lang. Ah Da
menyuruhnya untuk sabar menunggu.
Tak lama nenek pun keluar, sepertinya ia tak
berhasil bernegosiasi. Qin lang tanya apa yang terjadi. Nenek dengan lemah
menjawab kalau Xin lei akan dipindahkan ke kantor Jaksa besok.
Lalu
Manajer Teng Feng akan menghitung denda dari apa yang terjadi ini. Mendengar
nama Teng Feng Qin lang pun segra mengambil sepedanya dan pergi.
Qin
lang mencari Teng Feng ke Hotel, ia sempat dihalangi oleh anak buah Teng Feng
namun Teng Feng datang dan mempersilahkannya masuk. Saat sudah di dalam kamar
Qin lang langsung meninju wajah Teng Feng hingga terjatuh, Qin Lang menariknya
lagi namun Teng Feng balas memukulnya,”Cukup” bentak Teng Feng.
“Kenapa
kau memperlakukan Xin lei seperti ini”
“Karena
cincin itu sangat penting untukku” ucap Teng Feng
“Cincin
seperti apa yang lebih penting daripada Xin lei?”
“Cincin
yang merupakan satu-satunya peninggalan dari kakakku”
Qin
lang menegaskan kalau Xin lei takkan melakukan hal seperti itu, “Kau bilang dia
satu-satunya temanmu tapi kau bahkan tak percaya padanya” ungkap Qin lang.
Teng
Feng bilang cincin itu ditemukan di lokernya, Qin lang tak peduli dia hanya
ingin Teng Feng percaya pada Xin Lei.
“kau
juga tak percaya padanya kan?” balas Teng Feng. Qin Lang bingung, “Apa
maksudmu?”
“Kau
juga tak percaya kalau dia menyukaimu, kan”
Qin
Lang tak bisa menjawab, ia sendiri salah tingkah. Teng Feng lalu menunjukkan
foto saat Xin Lei rela masuk ke dalam air demi menyelamatkan sepatu Qin lang.
Qin lang terkejut melihat gambar itu. Qin Lang lalu berlari keluar kamar dengan
kalap menuju kantor polisi lagi setelah mendengar penjelasan Teng Feng tentang
foto itu.
Di
depan kantor polisi Qin lang yang hendak menemui Xin lei ditahan masuk oleh
petugas. Qin lang mengaku kalau ia yang mencuri cincin itu dan meminta polisi
untuk menahannya dan melepaskan Xin lei. Polisi itu menyuruhnya pulang.
Qin
lang benar-benar emosi ia tetap ngotot agar si polisi membebaskan Xin lei,
namun si polisi tetap menyuruhnya pulang. Qin lang lalu minta dipertemukan
dengan Xin lei.
Si polisi tak mengijinkan karena waktu berkunjung telah habis
dan menyuruhnya datang besok. Qin lang keluar dengan lemas dan semakin
mencemaskan Xin Lei.
Di
rumah nenek mengajak Ah Da mengemas beberapa baju untuk Xin lei karena mereka
tak tahu berapa lama Xin lei akan ditahan. Nenek sedih, Xin lei pasti akan
kesulitan berganti baju disana.
Nenek membuka pintu kamar Xin lei, ia kembali
bersedih melihat Xin lei yang telah bersiap-siap pindah dengan mengemasi
seluruh bajunya ke koper. Ah Da tanya
kenapa nenek memaksanya untuk segera pindah.
Nenek berkata ia tak bermaksud
seperti itu, “itu semua karena ia telah melanggar peraturan, tapi sebenarnya
peraturan bisa diubah” nenek terlihat menyesali sikapnya pada Xin Lei.
Teng
Feng memandangi cincinnya, ia teringat pada Xin Lei. Bagaimana Xin lei dulu
membelanya saat ketahuan membeli minuman, lalu Xin lei yang membelanya saat
jatuh bertanding di kolam renang dengan Qin lang dan memeluknya saat ia
bersedih mengingat kakaknya. Teng Feng memikrikan itu semua.
Manajer
Ken muncul dan mengajak Teng Feng ke kantor polisi. Teng Feng bilang takkan
pergi, ia ingin Manajernya melakukan sesuatu untuknya. Manajer Ken lalu
menelfon kantor polisi.
Di
kantor polisi, si petugas mengatakan pada Qin Lang dan Nenek kalau pihak Teng
Feng setuju mencabut gugatan kasus Xin Lei. Mereka semua merasa lega namun si
petugas menambahkan kalau Xin lei tetap harus membayar denda dari jaksa..
“Jadi
kapan Xin lei bisa bebas?” tanya Qin lang.
“Dia
akan bebas setelah membayar jaminan”
Manajer
Liu mengatakan kalau Teng Feng bersedia untuk membayarkan itu. Nenek menolak,
ia tak mau meremehkan dan bilang akan membayarnya sendiri. Si petugas
memperbolehkan mereka menemui Xin Lei.
Xin
lei pun dibawa ke mereka. Nenek langsung tanya apa yang sebenarnya terjadi. Xin
Lei bilang ia tak tahu.
“Apa
kau masih tak ingat salah satu hal yang paling penting dalam hidup di rumah
kami adalah...”
“Tak
pernah berbohong” lanjut Xin lei. Nenek mengangguk
“Jadi bukan kau yang
mencurinya?’ tanya nenek.
Xin
lei menangis dan bilang bukan dia. Nenek bilang kalau mereka semua percaya
padanya. Xin lei menangis terharu mendengar ucapan mereka semua. Qin lang tak
tega melihat Xin Lei.
Nenek
menyuruh Qin lang kembali saja bersiap untuk berjualan. Qin lang menolak ia tak
bsia bekerja melihat kondisi Xin Lei seperti ini. Nenek mengingatkan kalau
mereka tak boleh membiarkan konsumen datang dan kecewa. Ah Da mengatakan kalau
ia bisa menanganinya sendiri.
Nenek tak setuju, “kalau kau membiarkannya
menganggur hanya hal buruk yang akan ia pikirkan”
“Aku
takkan menganggur, aku akan membantu Xin lei membayar jaminan”
Nenek tanya darimana Qin lang akan dapat uang sementara temannya juga tak ada yang bisa diandalkan. “Aku akan pergi mencurinya” jawab Qin Lang.
Nenek tanya darimana Qin lang akan dapat uang sementara temannya juga tak ada yang bisa diandalkan. “Aku akan pergi mencurinya” jawab Qin Lang.
“kau
bahkan tak punya bakat untuk mencuri”
Qin Lang mengeluh, ia ingin melakukan
sesuatu untuk Xin lei. Nenek menyuruhnya untuk kembali ke pasar dan
membiarkannya sendiri mencari dana. Qin lang pun akhirnya membiarkan neneknya
pergi seorang diri.
Di
pasar Ah Da tanya apa Qin lang tahu kemana neneknya mencari uang. Qin Lang tak
menjawab, ia hanya fokus pada jualannya saja. Qin lang mengantarkan pesanan
tapi tak meminta uangnya, Ah Da segera datang mengambil uang itu.
Ah
Da lalu berkata kalau ia akan mencoba meminjam uang dari temannya juga meminta
Ba Dao dan Ah Yi untuk turut membantu. “baiklah” ucap Qin lang lemah.
Ah Da
minta Qin lang bicara sesuatu.
Qin Lang berkata kalau tak ada yang bisa ia
ucapkan karena ia bahkan tak bisa mengeluarkan Xin lei dari penjara. Ia merasa
pasti sangat berat bagi orang seperti Xin lei diperlakukan seperti seorang
penjahat dan melihat senyum Xin lei kemarin pastilah senyum yang ia paksakan
agar mereka tak khawatir padanya.
Tiba-tiba
seseorang datang dan bertanya apa benar Xin Lei dipenjara. Seorang wanita juga
ikut bicara. Ia bilang kalau mereka para pedagang telah mencoba mengumpulkan
dana untuk menolong Xin lei namun uang yang mereka juga hanya sedikit, ia lalu
menyerahkan amplop berisi uang kepada Ah Da.
Qin
lang merasa bersyukur ia tak menyangka mereka semua mau membantunya. Si wanita
lalu tanya dimana nenek.
Nenek
ternyata datang menemui ayahnya Xiao Yang. Disana juga ada Xiao Yang, ia tanya
apa ini ada hubungannya dengan masalah Xin Lei. Nenek menyerahkan akte
rumahnya, ia ingin menjadikan itu jaminan untuknya meminjam uang. Ayah Xiao
Yang tanya kenapa nenek tidak pinjam saja ke Bank. Nenek bilang ia tak bisa
menunggu terlalu lama.
Xiao
Yang tanya kenapa nenek begitu baik pada Xin lei. Nenek bilang itu karena Xin
lei tinggal di rumah mereka. Xiao Yang menegaskan kalau Xin lei adalah seorang
pencuri. Nenek terlihat tak suka, “Kalau kau tak mau meminjamkan lupakan saja”
ia pun hendak pergi. Xiao Yang lalu memanggilnya.
Bi
Zhu berusaha membujuk Manajer Liu kalau Xin lei tak mungkin melakukan hal tiu,
terlebih dulunya ia adalah orang kaya. Yang Ling menghadang jalan mereka, ia
mengajukan diri untuk menjadi pengganti Xin lei. Bi Zhu dengan tegas bilang
kalau itu tak perlu karena Xin Lei akan segera kembali namun Manajer Liu
menyetujiu hal itu.
Ia
pun membawa Yan Ling menghadap Teng Feng dan tugas yang tinggal 2 hari lagi
berniat digantikan oleh Yan Ling. Manajer Ken setuju saja namun tidak dengan
Teng Feng. Ia tetap menolak Yan Ling. Yan Ling bilang kalau kekurangannya
dibanding Xin lei hanyalah soal bahasa dan ia telah meningkatkannya, ia memohon
untuk diberi kesempatan. Teng Feng tak menjawab, ia pergi begitu saja.
Yan
Ling terdiam, “kenapa? Aku sudah mencoba yang terbaik untuk meningkatkan
kekuranganku, dibagian mana aku kalah dengan Xin Lei”
Manajer
Liu memintanya menenangkan diri.
Qin
lang duduk dengan gusar, tiba-tiba telfonnya berbunyi. Qin lang terlihat
gembira setelah mengangkatnya. Ia permisi pada Ah Da untuk menemui nenek.
Qin
lang buru-buru masuk ke dalam rumah menemui neneknya. Nenek langsung memberikan
uang yang ia dapat pada Qin lang. Qin lang dengan heran tanya darimana neneknya
mendapat uang itu. Nenek memintanya untuk tak khawatir dan menyuruh untuk
segera membebaskan Xin Lei.
Teng
Feng tiba di depan gedung pertunjukan, tiba-tiba ia meminta untuk diantarkan ke
kantor polisi. Manajer ken terlihat malas namun ia tetap menuruti permintaan
Teng Feng.
Xin
Lei akhirnya dibebaskan ia melihat Qin lang lah yang telah membayarkan uang
jaminannya. Qin lang mengajak Xin lei pergi. Xin lei menolak, “Tuntutan
pidanaku belum beres, aku tak mau pergi”
Qin
lang menariknya keluar dengan kesal. Xin Lei menghentakkan pegangan Qin lang,
“Apa kau tuli? Apa kau tak dengar aku tak mau pergi?”
“Apa kau buta, apa kau tak lihat betapa banyak orang mengkhawatirkanmu”
“
Jangan pedulikan aku”
“kuharap
aku bisa begitu” bentak Qin lang. Teng Feng telah tiba di depan kantor polisi
tanpa mereka sadari ia mengintip keduanya dari dalam mobil.
Qin
lang mengatakan semua yang telah ia lakukan untuk membebaskan Qin lang. “Apa
aku memintamu untuk melakukannya?”
Qin lang lalu mengatakan bagaimana orang-orang di pasar turut khawatir dan membantu Xin lei serta Ah Da yang terus- menerus menelfon teman-temannya. Dan bahkan nenek yang diam-diam mencari uang tanpa ia ketahui darimana asalnya.
Qin lang lalu mengatakan bagaimana orang-orang di pasar turut khawatir dan membantu Xin lei serta Ah Da yang terus- menerus menelfon teman-temannya. Dan bahkan nenek yang diam-diam mencari uang tanpa ia ketahui darimana asalnya.
“Bukankah
kalian semua membenciku? Apa aku memohon pada kalian melakukan ini?” ucap Xin Lei
Qin
Lang marah ia berkata lebih baik Xin Lei kembali saja ke penjara dan menarik
tangan Xin Lei untuk masuk. Xin Lei menghempaskan tangan Qin lang dan berlari
pergi. Qin Lang pun mengejarnya. Teng Feng merasa tak ada yang perlu ia lakukan
lagi dan memilih pergi.
Xin
Lei berlari sambil menangis di tengah hujan lebat, ia menepi ke halte dan
menangis sepuasnya disana. Perlahan Qin Lang maju mendekat dan mengusap lembut kepala
Xin Lei.
“Tak
apa-apa, aku disini” ucap Qin Lang pelan.
Xin
Lei menatap dan memukuli Qin Lang, Qin Lang tak membalas dan hanya diam
menerimanya.
“Ayo
pulang ke rumah” ucap Qin Lang
“Aku
tak punya rumah” teriak Xin Lei sambil menangis.
“Kau
punya, apa kau lupa rumahku adalah rumahmu juga”
Xin
Lei semakin menangis dan memeluk erat Qin Lang dan Qin lang pun balas memeluk Xin
Lei.
Sementara
itu di pertunjukannya, Teng Feng pun memulai pertunjukannya, ia menatap
cincinnya dan kursi kosong milik Xin Lei disana.Teng Feng bertanya dalam hati
apakah ia telah kehilangan Xin Lei sekarang sebagai teman satu-satunya.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.