SINOPSIS

Thursday, 12 December 2013

Corner With Love Eps 9 Part1

Perhatian!!!
Mohon untuk tidak meng-COPAS Tulisan di Blog ini!!!
Bagi yang ingin mengambil Tulisan dari Blog ini harap menyertakan LINK HIDUP
Di bawah postingan yang diambil dari Blog ini!
Baik itu nantinya di ubah atau Dirapikan
Mohon hargai penulis!! Terima Kasih ^^

Corner With Love Eps 9 Part 1
 Xin Lei akhirnya memutuskan ia akan pindah malam ini. ia berterima kasih dengan tulus pada Ah Da dan Nenek. Keduanya sama-sama merasa sedih, Ah Da da n Nenek berpura-pura pergi ke dapur untuk menyembunyikan kesedihannya di depan Xin Lei.

Tinggallah Qin Lang dan Xin Lei saja, “Aku..” ucap keduanya serentak. Mereka lalu sama-sama memalingkan muka. Xin Lei pasrah, ia hanya bilang kalau ia hendak pergi bekerja. 
Qin lang terus memandangi Xin lei. Xin lei mengenakan sepatu pemberian Qin lang dengan rasa sedih karena akan berpisah dengan pemiliknya. Qin Lang seakan ingin bicara saat Xin lei hendak pergi, namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Begitu pun Xin Lei terdiam sejenak di depan pintu pagar menanti panggilan dari Qin lang, namun Qin Lang terus terdiam dan Xin lei pun pergi dari sana.


Qin Lang seakan mengutuki dirinya, sementara Nenek menangis tersedu menghapus air matanya dan Ah Da menangis dengan hebohnya.
Xin Lei menatap rumah itu sekali lagi dari luar, ia teringat akan segala hal yang ia alami selama disana bersama Nenek, Ah Da serta Qin Lang yang membuatnya sedikit bisa tersenyum.

Teng Feng bersiap untuk melaksanakan pertunjukannya, sebelum pergi ia membuka dulu brankasnya untuk memakai cincinnya. Namun saat itu ia kaget melihat cincin itu telah hilang. Manajer Ken terus bicara, ia lalu bertanya ada apa saat melihat Teng Feng terpaku di depan brankas. 
“Dimana cincinku, cincinku hilang” ucap Teng Feng kebingungan.

Manajer Ken juga tak kalah bingung karena hanya ia dan Teng Feng saja yang tahu kode brankas tersebut. “Kecuali Xin Lei” ucapnya. Teng Feng tanya kenapa Xin Lei  mesti dicurigai. Manajer Ken tak bermaksud apa-apa, ia hanya bilang kalau Xin Lei punya kunci kamar mereka, "Tapi dia juga tidak tahu kode brankas ini kan?" ucap Manajer Ken membuat Teng Feng berfikir sejenak. Ia ingat Xin Lei  tahu kalau ia memakai tanggal lahir kakaknya sebagai kode. Teng Feng mulai merasa sedikit curiga.


Bi Zhu menghampiri Xin lei yang duduk melamun. Ia tanya mengapa Xin lei begitu buru-buru pindah ke asrama. Xin Lei bilang itu keinginan nenek. 
Bi Zhu tanya apa Qin Lang tak melakukan apapun. Xin Lei tak menjawab, ia lalu menjawab telfon yang berdering didepannya. Ia mendapat perintah untuk berkumpul di ruang loker.

Qin Lang tak bisa konsentrasi menyelesaikan pekerjaannya mencuci sayur. Hal ini karena Xin lei yang akan pindah nanti malam, Qin lang bertekad untuk menghentikan itu.
ia pun mencuci sayur lebih cepat agar bisa cepat pulang untuk mencegah Xin Lei. Ah Da memarahi Qin Lang melakukannya karena akan merusak sayur mereka. Qin Lang menyuruhnya diam dan mengurusi pekerjaannya saja.

Para pegawai dibariskan di depan tempat loker mereka termasuk juga Xin Lei. Disana sudah ada Teng Feng dan Manajer Ken yang turut menyaksikan. Loker itu dibuka satu per satu oleh Sherry. Sejenak Teng Feng sempat melirik Xin Lei.

“Aku dengar Teng Feng kehilangan sesuatu, apa mungkin ia mencurigai kita mencurinya?” bisik Bi Zhu pada Xin Lei.


Loker milik Xin Lei akhirnya dibuka dan cincin itu ternyata juga ada disana. Sontak Teng Feng kaget melihatnya. “Apa ini yang anda cari Tuan? Ini ditemukan dari loker Xin lei” ucap Manajer Liu. 
Xin lei tak kalah kaget melihat hal itu. Manajer Ken memandang sini pada Xin lei. Xin lei menatap Teng Feng sambil menggeleng seolah berkata bahwa itu bukan perbuatannya. Teng Feng mendekati Xin lei, “Kenapa? Kenapa kau melakukan ini padaku?” ucap Teng Feng tak menyangka.
“Tidak, itu bukan aku, itu sungguh bukan aku” bantah Xin lei. Manajer Ken meminta Manajer Liu  menelfon polisi. 
Xin Lei dan Bi Zhu saling pandang dengan cemas.


Bi Zhu berlari kencang mencari Qin lang.
Qin lang permisi pulang pada neneknya, Ah da menahannya dan tanya kenapa Qin lang buru-buru. “Kebahagiaannya akan pergi tentu dia buru-buru” ucap Nenek. Qin Lang pun hendak berlari namun ia bertemu Bi Zhu di depan. Dengan nafas terengah-engah Bi Zhu memberitahu kalau Xin lei berada di kantor polisi. Nenek dan Ah Da turut kaget mendengarnya.
“Kenapa?” tanya keduanya.
Bi Zhu pun memberitahu kalau Xin Lei telah mencuri cincin milik Teng Feng. “Tidak mungkin” ungkap nenek. Qin Lang segera pergi ke sana. Nenek turut mengajak Ah Da untuk pergi melihat Xin Lei.


Qin lang mengayuh kencang sepedanya, ia bahkan tak peduli lagi dengan lampu lalu lintas dan hampir saja tertabrak mobil. Mobil yang membawa Xin Lei akhrinya tiba di depan kantor polisi. Ia pun digiring masuk oleh kedua polisi itu ke dalam. 

Tak lama Qin lang tiba dan segera menghambur mendekati Xin lei. “Apa kau tak apa-apa?’ tanya Qin lang. Qin lang menegaskan pada polisi itu kalau Xin lei tak mungkin mencuri. Xin lei tetap dibawa masuk, Xin lei menatap Qin lang yang memanggilnya dengan sedih.

Qin lang terus berdiri menunggu Xin lei yang tengah diperiksa diluar. Sementara itu Nenek, Ah Da dan Bi Zhu akhirnya sampai disana. Mereka segera menghampiri Qin lang, nenek tanya apa yang sebenarnya telah terjadi. Bi Zhu pun mulai menceritakan hal itu pada nenek.

Xin lei akhirnya dimasukkan ke dalam sel tahanan. Ia merasa ketakutan, belum lagi sekelompok penjahat yang berada disebelah sel nya juga ikut menakut-nakutinya. Xin lei bergidik ketakutan. Ia pun akhirnya duduk dan menangis sambil menelungkupkan wajahnya.

Nenek akhirnya tahu apa yang terjadi. Mereka tetap tak percaya Xin Lei mencuri, namun mereka bingung apa yang harus  dilakukan. Qin lang bertekad untuk masuk untuk mencari tahu apa yang terjadi. 
Nenek menghentikannya dan berkata kalau orang yang harus masuk adalah dia. “Dengan emosimu sekarang kau hanya akan memperburuk keadaan, lagipula aku mengenal polisi lokal ini selama lebih dari 10 tahun, mereka pasti akan sedikit hormat kepadaku” nenek pun masuk.

Perbincangannya di dalam terlihat alot. Qin Lang terus uring-uringan. Ia tak bisa bersabar lagi dan memutuskan menyusul masuk. Ah Da segera menghalangi. “Apa nenek sedang minum teh dan berbincang-bincang dengan polisi itu” ucap Qin lang. Ah Da menyuruhnya untuk sabar menunggu. 
Tak lama nenek pun keluar, sepertinya ia tak berhasil bernegosiasi. Qin lang tanya apa yang terjadi. Nenek dengan lemah menjawab kalau Xin lei akan dipindahkan ke kantor Jaksa besok.

Lalu Manajer Teng Feng akan menghitung denda dari apa yang terjadi ini. Mendengar nama Teng Feng Qin lang pun segra mengambil sepedanya dan pergi.
Qin lang mencari Teng Feng ke Hotel, ia sempat dihalangi oleh anak buah Teng Feng namun Teng Feng datang dan mempersilahkannya masuk. Saat sudah di dalam kamar Qin lang langsung meninju wajah Teng Feng hingga terjatuh, Qin Lang menariknya lagi namun Teng Feng balas memukulnya,”Cukup” bentak Teng Feng.

“Kenapa kau memperlakukan Xin lei seperti ini”
“Karena cincin itu sangat penting untukku” ucap Teng Feng
“Cincin seperti apa yang lebih penting daripada Xin lei?”
“Cincin yang merupakan satu-satunya peninggalan dari kakakku”
Qin lang menegaskan kalau Xin lei takkan melakukan hal seperti itu, “Kau bilang dia satu-satunya temanmu tapi kau bahkan tak percaya padanya” ungkap Qin lang.
Teng Feng bilang cincin itu ditemukan di lokernya, Qin lang tak peduli dia hanya ingin Teng Feng percaya pada Xin Lei.

“kau juga tak percaya padanya kan?” balas Teng Feng. Qin Lang bingung, “Apa maksudmu?”
“Kau juga tak percaya kalau dia menyukaimu, kan”
Qin Lang tak bisa menjawab, ia sendiri salah tingkah. Teng Feng lalu menunjukkan foto saat Xin Lei rela masuk ke dalam air demi menyelamatkan sepatu Qin lang. Qin lang terkejut melihat gambar itu. Qin Lang lalu berlari keluar kamar dengan kalap menuju kantor polisi lagi setelah mendengar penjelasan Teng Feng tentang foto itu.

Di depan kantor polisi Qin lang yang hendak menemui Xin lei ditahan masuk oleh petugas. Qin lang mengaku kalau ia yang mencuri cincin itu dan meminta polisi untuk menahannya dan melepaskan Xin lei. Polisi itu menyuruhnya pulang. 
Qin lang benar-benar emosi ia tetap ngotot agar si polisi membebaskan Xin lei, namun si polisi tetap menyuruhnya pulang. Qin lang lalu minta dipertemukan dengan Xin lei. 
Si polisi tak mengijinkan karena waktu berkunjung telah habis dan menyuruhnya datang besok. Qin lang keluar dengan lemas dan semakin mencemaskan Xin Lei.

Di rumah nenek mengajak Ah Da mengemas beberapa baju untuk Xin lei karena mereka tak tahu berapa lama Xin lei akan ditahan. Nenek sedih, Xin lei pasti akan kesulitan berganti baju disana. 
Nenek membuka pintu kamar Xin lei, ia kembali bersedih melihat Xin lei yang telah bersiap-siap pindah dengan mengemasi seluruh bajunya ke koper.  Ah Da tanya kenapa nenek memaksanya untuk segera pindah. 
Nenek berkata ia tak bermaksud seperti itu, “itu semua karena ia telah melanggar peraturan, tapi sebenarnya peraturan bisa diubah” nenek terlihat menyesali sikapnya pada Xin Lei.

Teng Feng memandangi cincinnya, ia teringat pada Xin Lei. Bagaimana Xin lei dulu membelanya saat ketahuan membeli minuman, lalu Xin lei yang membelanya saat jatuh bertanding di kolam renang dengan Qin lang dan memeluknya saat ia bersedih mengingat kakaknya. Teng Feng memikrikan itu semua.
Manajer Ken muncul dan mengajak Teng Feng ke kantor polisi. Teng Feng bilang takkan pergi, ia ingin Manajernya melakukan sesuatu untuknya. Manajer Ken lalu menelfon kantor polisi.

Di kantor polisi, si petugas mengatakan pada Qin Lang dan Nenek kalau pihak Teng Feng setuju mencabut gugatan kasus Xin Lei. Mereka semua merasa lega namun si petugas menambahkan kalau Xin lei tetap harus membayar denda dari jaksa..
“Jadi kapan Xin lei bisa bebas?” tanya Qin lang.
“Dia akan bebas setelah membayar jaminan”
Manajer Liu mengatakan kalau Teng Feng bersedia untuk membayarkan itu. Nenek menolak, ia tak mau meremehkan dan bilang akan membayarnya sendiri. Si petugas memperbolehkan mereka menemui Xin Lei.

Xin lei pun dibawa ke mereka. Nenek langsung tanya apa yang sebenarnya terjadi. Xin Lei bilang ia tak tahu.
“Apa kau masih tak ingat salah satu hal yang paling penting dalam hidup di rumah kami adalah...”
“Tak pernah berbohong” lanjut Xin lei. Nenek mengangguk
“Jadi bukan kau yang mencurinya?’ tanya nenek.
Xin lei menangis dan bilang bukan dia. Nenek bilang kalau mereka semua percaya padanya. Xin lei menangis terharu mendengar ucapan mereka semua. Qin lang tak tega melihat Xin Lei.

Nenek menyuruh Qin lang kembali saja bersiap untuk berjualan. Qin lang menolak ia tak bsia bekerja melihat kondisi Xin Lei seperti ini. Nenek mengingatkan kalau mereka tak boleh membiarkan konsumen datang dan kecewa. Ah Da mengatakan kalau ia bisa menanganinya sendiri. 
Nenek tak setuju, “kalau kau membiarkannya menganggur hanya hal buruk yang akan ia pikirkan”
“Aku takkan menganggur, aku akan membantu Xin lei membayar jaminan” 
Nenek tanya darimana Qin lang akan dapat uang sementara temannya juga tak ada yang bisa diandalkan. “Aku akan pergi mencurinya” jawab Qin Lang.
“kau bahkan tak punya bakat untuk mencuri” 
Qin Lang mengeluh, ia ingin melakukan sesuatu untuk Xin lei. Nenek menyuruhnya untuk kembali ke pasar dan membiarkannya sendiri mencari dana. Qin lang pun akhirnya membiarkan neneknya pergi seorang diri.

Di pasar Ah Da tanya apa Qin lang tahu kemana neneknya mencari uang. Qin Lang tak menjawab, ia hanya fokus pada jualannya saja. Qin lang mengantarkan pesanan tapi tak meminta uangnya, Ah Da segera datang mengambil uang itu.
Ah Da lalu berkata kalau ia akan mencoba meminjam uang dari temannya juga meminta Ba Dao dan Ah Yi untuk turut membantu. “baiklah” ucap Qin lang lemah. 
Ah Da minta Qin lang bicara sesuatu.
Qin Lang berkata kalau tak ada yang bisa ia ucapkan karena ia bahkan tak bisa mengeluarkan Xin lei dari penjara. Ia merasa pasti sangat berat bagi orang seperti Xin lei diperlakukan seperti seorang penjahat dan melihat senyum Xin lei kemarin pastilah senyum yang ia paksakan agar mereka tak khawatir padanya.

Tiba-tiba seseorang datang dan bertanya apa benar Xin Lei dipenjara. Seorang wanita juga ikut bicara. Ia bilang kalau mereka para pedagang telah mencoba mengumpulkan dana untuk menolong Xin lei namun uang yang mereka juga hanya sedikit, ia lalu menyerahkan amplop berisi uang kepada Ah Da.
Qin lang merasa bersyukur ia tak menyangka mereka semua mau membantunya. Si wanita lalu tanya dimana nenek.

Nenek ternyata datang menemui ayahnya Xiao Yang. Disana juga ada Xiao Yang, ia tanya apa ini ada hubungannya dengan masalah Xin Lei. Nenek menyerahkan akte rumahnya, ia ingin menjadikan itu jaminan untuknya meminjam uang. Ayah Xiao Yang tanya kenapa nenek tidak pinjam saja ke Bank. Nenek bilang ia tak bisa menunggu terlalu lama.
Xiao Yang tanya kenapa nenek begitu baik pada Xin lei. Nenek bilang itu karena Xin lei tinggal di rumah mereka. Xiao Yang menegaskan kalau Xin lei adalah seorang pencuri. Nenek terlihat tak suka, “Kalau kau tak mau meminjamkan lupakan saja” ia pun hendak pergi. Xiao Yang lalu memanggilnya.

Bi Zhu berusaha membujuk Manajer Liu kalau Xin lei tak mungkin melakukan hal tiu, terlebih dulunya ia adalah orang kaya. Yang Ling menghadang jalan mereka, ia mengajukan diri untuk menjadi pengganti Xin lei. Bi Zhu dengan tegas bilang kalau itu tak perlu karena Xin Lei akan segera kembali namun Manajer Liu menyetujiu hal itu.

Ia pun membawa Yan Ling menghadap Teng Feng dan tugas yang tinggal 2 hari lagi berniat digantikan oleh Yan Ling. Manajer Ken setuju saja namun tidak dengan Teng Feng. Ia tetap menolak Yan Ling. Yan Ling bilang kalau kekurangannya dibanding Xin lei hanyalah soal bahasa dan ia telah meningkatkannya, ia memohon untuk diberi kesempatan. Teng Feng tak menjawab, ia pergi begitu saja.

Yan Ling terdiam, “kenapa? Aku sudah mencoba yang terbaik untuk meningkatkan kekuranganku, dibagian mana aku kalah dengan Xin Lei”
Manajer Liu memintanya menenangkan diri.

Qin lang duduk dengan gusar, tiba-tiba telfonnya berbunyi. Qin lang terlihat gembira setelah mengangkatnya. Ia permisi pada Ah Da untuk menemui nenek.

Qin lang buru-buru masuk ke dalam rumah menemui neneknya. Nenek langsung memberikan uang yang ia dapat pada Qin lang. Qin lang dengan heran tanya darimana neneknya mendapat uang itu. Nenek memintanya untuk tak khawatir dan menyuruh untuk segera membebaskan Xin Lei.

Teng Feng tiba di depan gedung pertunjukan, tiba-tiba ia meminta untuk diantarkan ke kantor polisi. Manajer ken terlihat malas namun ia tetap menuruti permintaan Teng Feng.

Xin Lei akhirnya dibebaskan ia melihat Qin lang lah yang telah membayarkan uang jaminannya. Qin lang mengajak Xin lei pergi. Xin lei menolak, “Tuntutan pidanaku belum beres, aku tak mau pergi”

Qin lang menariknya keluar dengan kesal. Xin Lei menghentakkan pegangan Qin lang, “Apa kau tuli? Apa kau tak dengar aku tak mau pergi?”
“Apa kau buta, apa kau tak lihat betapa banyak orang mengkhawatirkanmu”
“ Jangan pedulikan aku”
“kuharap aku bisa begitu” bentak Qin lang. Teng Feng telah tiba di depan kantor polisi tanpa mereka sadari ia mengintip keduanya dari dalam mobil.

Qin lang mengatakan semua yang telah ia lakukan untuk membebaskan Qin lang. “Apa aku memintamu untuk melakukannya?” 
Qin lang lalu mengatakan bagaimana orang-orang di pasar turut khawatir dan membantu Xin lei serta Ah Da yang terus- menerus menelfon teman-temannya. Dan bahkan nenek yang diam-diam mencari uang tanpa ia ketahui darimana asalnya.

“Bukankah kalian semua membenciku? Apa aku memohon pada kalian melakukan ini?” ucap Xin Lei
Qin Lang marah ia berkata lebih baik Xin Lei kembali saja ke penjara dan menarik tangan Xin Lei untuk masuk. Xin Lei menghempaskan tangan Qin lang dan berlari pergi. Qin Lang pun mengejarnya. Teng Feng merasa tak ada yang perlu ia lakukan lagi dan memilih pergi.

Xin Lei berlari sambil menangis di tengah hujan lebat, ia menepi ke halte dan menangis sepuasnya disana. Perlahan Qin Lang maju mendekat dan mengusap lembut kepala Xin Lei.
“Tak apa-apa, aku disini” ucap Qin Lang pelan.
Xin Lei menatap dan memukuli Qin Lang, Qin Lang tak membalas dan hanya diam menerimanya.
“Ayo pulang ke rumah” ucap Qin Lang
“Aku tak punya rumah” teriak Xin Lei sambil menangis.
“Kau punya, apa kau lupa rumahku adalah rumahmu juga”
Xin Lei semakin menangis dan memeluk erat Qin Lang dan Qin lang pun balas memeluk Xin Lei.


Sementara itu di pertunjukannya, Teng Feng pun memulai pertunjukannya, ia menatap cincinnya dan kursi kosong milik Xin Lei disana.Teng Feng bertanya dalam hati apakah ia telah kehilangan Xin Lei sekarang sebagai teman satu-satunya.


No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.