SINOPSIS

Tuesday, 17 September 2013

The Prince Who Turns Into a Frog Eps 28

Perhatian!!!
Mohon untuk tidak meng-COPAS Tulisan di Blog ini!!!
Bagi yang ingin mengambil Tulisan dari Blog ini harap menyertakan LINK HIDUP
Di bawah postingan yang diambil dari Blog ini!
Baik itu nantinya di ubah atau Dirapikan
Mohon hargai penulis!! Terima Kasih ^^


The Prince Who Turns Into a Frog Eps  28
Ibu dengan cemas tanya ke Junhao apa kata dokter tentang kondisi aneh Yunxi. Junhao bilang Yunxi masih belum mampu memulihkan diri dari trauma masa kecilnya yang ditinggal keluarganya.
ternyata Yunxi diam-diam berada di atas tangga mendengarkan itu semua. 
Junhao melanjutkan penjelasan dokter, kondisi mental Yunxi yang sekarang dipicu dari kegagalan pernikahan itu hingga membuatnya takut akan dibuang dari keluarga Junhao. Junhao juga menyarankan agar Yunxi sering diperiksa dokter.
Keesokan paginya, suasana rumah kembali heboh, Tian Yu berteriak kepada ibunya karena kesal air keran mati saat ia sedang menyikat gigi, Tian Yu bicara dengan mulut penuh busa. 
Tak lama Zhengzhe ikut mengadu kalau listrik mereka juga mati. Jinzhi menyalahkan tetangganya yang ia tuduh lupa membayarkan rekening listrik.  
Tian Yu meminta Jinzhi tak lagi menempel listrik pada tetangganya, Jinzhi dengan enteng bilang akan mencatatnya nantti.
Zhengzhe beralih ke makanan, ia protes hanya ada asinan di atas meja dan tanya mana telur untuknya. Jinzhi langsung sewot dan mengingatkan kalau mereka punya tambahan 3 orang dirumah mereka hingga mereka harus berhemat. 
Tian Yu tak berdaya dan hanya mengelap busa di wajahnya, ia lalu bilang kalau seperti ini mereka hanya akan membuat Junhao merasa tak berguna dan takutnya ia akan pergi meninggalkan Guan Mei. 
Zhengzhe setuju, mereka harus membuat seolah-olah keberadaan Junhao penting disana, Tian Yu segera pergi keluar untuk menyusun rencana dengan yang lain.
“Kalau Junhao percaya pada mereka itu artinya dia sudah bodoh” ucap Jinzhi pada Zhengzhe.
Zhengzhe : “Apa sama sepertiku?”
Jinzhi : “hah...tidak kau itu semakin pintar” Jinzhi lalu mengajak putranya itu makan.
Tian yu dan keempat pegawai Guan Mei (termasuk Lixin) berembuk. Chef dan yang lain setuju pada rencana Tian Yu, Sheng menyarankan agar mereka pura-pura jadi orang bodoh agar Junhao bisa memarahi mereka. Sepertinya yang lain merasa itu bukan ide buruk.
“kau tak perlu bersikap bodoh, jadi saja dirimu yang biasa oke” pesan Bibi Fengjiao pada Sheng yang sekaligus berarti kalau Sheng itu sudah bego dari sononya, haha...
Junhao datang, mereka semua bubar dan pura-pura melakukan berbagai kegiatan. Junhao jalan ke mereka seperti biasa, tiba-tiba sapu Sheng mengenai kakinya, Sheng yang tentunya sedang pura-pura minta maaf dan bilang kalau ia tak lihat Junhao, ia bahkan pura-pura tak bisa memegang sapunya dengan benar hingga jatuh.
Lanjut kke bibi Fengjiao yang seolah-olah memukul lalat hingga terjatuh. Junhao merasa heran melihat tingkah mereka di pagi ini. 
Tian Yu dan Chef pura-pura mengobrol yang tak penting sementara Lixin sungguh mengecewakan, ia hanya pura-pura sibuk melihat wajahnya yang berjerawat di cermin. Bibi dan yang lain melihat sekilas pada akting Lixin yang mengecewakan lalu kembali melanjutkan aktingnya.
“Kalian semua bisa berhenti berpura-pura, aku sudah tau apa yang kalian lakukan” ucap Junhao.
Semua terlihat kecewa, Tian Yu bilang mereka hanya khawatir pada Junhao, Junhao paham namun ia tetap minta agar semua berlaku seperti biasa saja padanya.

Tuan Tang datang meminta saran dari Junhao, yang lain langsung mendekat karena penasaran. Tuan Tang menunjukkan sebuah koran dengan artikel yang berjudul ”Desa Guan Mei adalah tempat terbaik untuk melihat bintang jatuh”
Perbincangan dilanjutkan di dalam, Tuan Tang ingin agar kesempatan ini mereka manfaatkan untuk membuat tur. Junhao memuji pemikiran Tuan Tang yang semakin berkembang
Bibi fengjiao meninggikan Dawei yang punya koneksi ke media dan dengan bantuan media diharapkan bisnis mereka bisa meledak.
Tian yu mengusulkan untuk menempel poster dan akan minta bantuan Inspektur Li untuk membantu. 
Chef akan membantu dalam urusan menyiapkan hidangan untuk piknik. Sheng bilang akan menggunakan lampu pohon natal mereka untuk menghias gedung. 
Dan yang terakhir Lixin bilang akan meminta agen perjalanan untuk merencanakan tur untuk melihat meteor tersebut. 

Tuan Tang mendukung seluruh ide karyawannya, mereka kembali sibuk merencanakan ini itu tanpa sadar telah membuat Junhao merasa kagum sekaligus sedih karena merasa Guan Mei sekarang tak butuh dirinya lagi sekarang.
Perhitungan biaya mulai dilakukan oleh Lixin namun masalah terbesar adalah mereka tak punya biaya untuk melakukan semua rencana. Tuan Tang mulai berfikir, mereka sekarang tak lagi punya hutang dengan begitu mereka bisa meminjam lagi ke bank untuk renovasi dapur dan membeli AC yang baru. 
Tuan Tang minta pendapat Junhao tentang hal itu, semua langsung mendekat ke Junhao menunggu jawaban.
Junhao merasa itu sedikit berisiko tapi jika bisa dimanfaatkan dengan baik maka ini adalah kesempatan baik bagi mereka. 
Tuan Tang merasa senang karena Junhao juga merasa ini kesempatan baik. Sheng ingin mengutarakan ide yang ia punya begitu juga dengan yang lain. Tian yu memberi isyarat agar mereka semua diam, ia melihat Junhao terus termenung terdiam, ia lalu tanya apa yang sedang Junhao pikirkan. Junhao tersadar dari lamunan dan bilang tak ada apa-apa.
“Senang rasanya melihat semua terlibat pada hal yang sama” ucap Junhao
“Benarkah? Aku ragu” tanya Tian Yu tak percaya. “Apa kau berencana untuk pergi karena kau tak mau menjadi beban bagi kami?”
“Apa yang kau bicarakan” elak Junhao dengan senyuman.
Ibu tiba-tiba muncul berteriak pada Junhao kalau Yunxi hilang, Junhao terlonjak kaget.
Yunxi ternyata pergi ke rumah lama Junhao yang telah disita. Yunxi merasa bingung melihat stempel penyitaan di depan pintu rumah itu. ia pun kembali pergi karena tak mendapati siapapun disana.
Dalam jalannya Yunxi merasa kalau ia telah ditinggalkan dan tak ada siapapun yang menginginkan dirinya. 
Seorang penjual kincir angin memanggil-manggil orang untuk membeli mainannya. Yunxi langsung tertarik untuk mendekat, mainan tersebut mengingatkannya kembali pada masa kecilnya dengan Ziqian, Yunxi tersenyum memandangi kincir angin yang berputar itu.
Setelahnya Yunxi berjalan kembali dengan setengah melamun sambil memegang kincir angin itu, 2 orang siswi SMU juga berjalan ke arahnya. 
Yunxi yang sedang melamun tak sengaja menyenggol lengan salah satu siswi yang tengah sibuk memamerkan Hp pada temannya, Hp itu terjatuh namun Yunxi tetap jalan seperti tak ada yang terjadi. 
Hal itu membuat siswi itu marah dan memanggil untuk menghentikan Yunxi, ia menarik lengan Yunxi dengan kasar dan menuntut ganti rugi, mainan kincir Yunxi juga ia buang hingga hancur berantakan. 
Yunxi tersentak berusaha menggapai mainannya yang hancur namun mainan itu malah dinjak-injak oleh siswi tersebut. Yunxi memungutnya dan menangis melihat kondisi mainan tersebut, kedua siswi itu masih tak berhenti dan justru mencemooh Yunxi yang bermain seperti anak kecil, Yunxi menangis ketakutan, keduanya lalu meminta harta yang dikenakan Yunxi, mereka mulai menggerayangi perhiasan yang dipakai Yunxi.
Ziqian menerima telfon yang membuatnya kaget, Yunxi menelfon meminta pertolongan Ziqian untuk menemuinya di kantor polisi karena ulah siswi SMU tadi. Yunxi terlihat duduk menyudut ketakutan sambil memegangi tas nya. Ziqian tentu saja akan melakukannya.

Ziqian membawa Yunxi yang telah ia jemput dari kantor polisi ke rumahnya. Ziqian mendudukkan Yunxi yang masih terlihat gemetar ketakutan di kursi. Yunxi segera mengambil bantal dan duduk sambil menekuk lutut.
Ziqian memperhatikan sikap Yunxi tersebut, hal itu membuatnya kembali teringat pada peristiwa di kantor polisi
Flashback: 
Ziqian sangat marah dan tanya dimana orang yang berani mengeroyok Yunxi. Polisi memintanya untuk tenang.Ternyata yang mengalami luka parah dari insiden tersebut justru kedua siswi SMU tadi, mereka berdua terlihat ketakutan melihat Yunxi saat digiring ke hadapan Ziqian dan Yunxi. Ziqian mendapat keterangan dari polisi kalau Yunxi mersa ketakutan yang berlebihan dan melakukan reaksi yang berlebihan kepada kedua siswi tersebut. End.
Ziqian memakaikan jas nya pada Yunxi, ia menyalahkan Junhao atas apa yang terjadi pada Yunxi.
Ziqian menerima telfon dari Junhao yang menanyakan keberadaan Yunxi karena ia tahu dari kantor polisi kalau Ziqian yang membawa Yunxi pulang. Ziqian tanya dimana Junhao.
Ziqian lalu keluar menemui Junhao di depan rumahnya, Junhao ternyata berdua dengan Tian yu hal itu membuat Ziqian bertambah kesal.
“Aku pikir kau datang sendirian untuk mengambilnya dari sini, tidak kusangka.....apa tak cukup kau melukainya?” ucap Ziqian.
Tian Yu coba bicara namun Ziqian menbentak dan bilang kalau ia sedang bicara pada Junhao, Tian Yu terdiam.
“kau tahu kalau Yunxi sedang sakit, aku ingin membawanya ke rumah dan merawatnya” ucap Junhao
Ziqian bilang kalau itu semua salah Junhao, “Apa kau masih bisa menjaganya? Apa  yang membuatmu merasa bisa membawanya pulang?” Junhao hanya diam
Ziqian tak sabar lagi dan langsung mencengkram kerah Junhao, Tian yu coba melerai
“Bagaimana sebenarnya perasaanmu pada Yunxi? Jangan lupakan janji pernikahanmu, kau janji untuk menjaganya bagaimana kau menangani itu” ucap Ziqian penuh emosi. 
Ibu tiba-tiba juga datang kesana dan mengagetkan yang lain, Ibu bilang ke Ziqian kalau Yunxi dan Junhao sudah bercerai, Yunxi sudah menandatangani surat cerai di hari yang sama mereka menikah
Ziqian tak percaya, Ibu bersumpah kalau yang dikatakannya itu benar.
Ibu : “Apa kau pikir aku akan bohong kepadamu?”
Ziqian menatapnya sinis, “kau membohongiku selama 20 tahun, bagaimana aku bisa percaya padamu?”
Ucapan Ziqian membuat ibu Junhao merasa tertohok. Ziqian tak mau mendengar apa-apa lagi dari mereka dan segera masuk ke dalam rumah.
Ziqian mendekat duduk disamping Yunxi yang tengah tertidur.
“Bagaimana perasaanmu ketika kau menandatangani surat perceraian itu? kau pasti merasa putus asa?” ucapnya sambil memandangi Yunxi.

Tiba-tiba Yunxi terbangun, Yunxi berkata ingin pulang ke rumah karena sudah terlalu lama berada di luar. Ziqian segera melarang dan minta Yunxi untuk tinggal disana. Yunxi malah khawatir pada Junhao dan Ibu dan tanya apa mereka juga boleh ikut tinggal disana.

Ziqian tentu berkata tidak, Yunxi langsung cemberut. Melihat itu Ziqian lalu mengeluarkan sekotak permen dihadapan Yunxi sama persis seperti yang sering ia lakukan ketika Yunxi bersedih. Wajah Yunxi berubah gembira dengan segera ia langsung mencomot permen tersebut ke mulutnya.
“kau tahu kenapa aku suka makan ini?” ucap Yunxi, Ziqian menggeleng.
Yunxi bilang kalau dulu ia selalu menangis setiap kali di Bully dan ketika ia menangis Ziqian sering memberinya permen. Ziqian merasa tersentuh pada alasan itu yang bahakan ia sendiri tidak mengingatnya.
Semnetara itu Senwell tengah kedatangan tamu yang tak lain adalag GM Yuan dari Hotel Anne Marie. Petugas memberitahu kalau GM Yuan tak bisa memarkirkan mobilnya di depan pintu masuk Senwell namun GM Yuan tak pedulid an malah memarahi si petugas dengan alasan tamu selalu benar.

GM Yuan masuk ke Senwell seolah-olah ia seorang bintang disana, ia bahkan menguji Resepsionis untuk tahu siapa dirinya namun kedua resepsionis itu sama sekali tak kenal dengannya. 

Tak lama Zhang Minghan muncul dan minta maaf atas sikap Resepsionis mereka sambil memperkenalkan GM Yuan kepada kedua pegawainya itu. Zhang Minghan menambahkan pada GM Yuan kalau Resepsionis mereka hanya kenal pada GM dari 5 Hotel terbesar saja dan sepertinya Hotel Anne marie tidak termasuk di dalamnya. 
Hal itu jelas sindiran bagi GM Yuan, ia menyikapi dengan tenang dan mengingatkan Minghan kalau Ziqian sudah setuju untuk membiarkan Anne Marie untuk mengelola Senwell.
Merasa GM Yuan mulai banyak bicara Minghan lalu mengusir kedua resepsionisnya, GM Yuan heran kenapa hal seperit itu masih saja dirahasiakan oleh Minghan dari para pegawai.
“Senwell adalah kerja keras dari generasi ke generasi, aku takkan membiarkan Ziqian mengkhianati Senwell, apa itu jelas bagimu?” ungkap Ziqian sambil ingin memegang pundak GM Yuan.
GM Yuan mundur tak mau dipegang. Minghan secara tegas mengusir GM Yuan dari Hotel.
GM Yuan meledek Minghan dengan pura-pura ketakutan, kemudian ia balik menegaskan jika nanti mereka berhasil mengambil kendali di Senwell maka Minghan akan menyesali kebodohannya saat ini. GM Yuan tetap melenggang masuk ke dalam dengan santainya sementara Minghan memandang kesal padanya.
Ziqian melihat Yunxi hendak keluar dengan membawa tas besarnya. Ziqian segera menghadang Yunxi. Yunxi tetap ingin pulang ke rumah Junhao dan Ibu.
“Mereka takkan kembali” ucap Ziqian, Yunxi kaget dan tanya apa mereka tak menginginkannya lagi. hal itu membuat Yunxi mulai panik kalau-kalau ia ditinggalkan oleh Junhao dan ibu.
“Aku tahu alasannya selama ini kita bersantai disini tanpa mereka, pasti karena itu ibu marah, ibu maafkan aku...aku takkan melakukannya lagi..” ucap Yunxi semakin histeris.

Ziqian minta Yunxi berhenti menyalahkan dirinya, Yunxi minta tolong Ziqian untuk mengantarkannya ke Junhao, Ziqian malas mendengar hal itu lagi karena selama ini selalu saja Junhao yang dikhawatirkan Yunxi. Yunxi terus merengek pada Ziqian tanpa sadar perubahan wajah Ziqian, hal itu membuat Ziqian akhirnya emosi dan menghardik Yunxi.
“Apa tak ada orang lain dihatimu selain Shan Junhao? Dia tak mencintaimu dan tak peduli lagi padamu apa kau mengerti!” ucap Ziqian dengan nada keras hingga membuat Yunxi ketakutan dan mundur menghindar.
Ziqian dengan marahnya tetap saja bicara, “Kenapa kau masih memikirkannya? Kenapa kau begitu cinta padanya!?”
Yunxi menunduk menutup kupingnya tak mau lagi mendengar ucapan kejam Ziqian padanya. Melihat Yunxi menangis seperti itu Ziqian akhirnya tersadar, Ziqian duduk mencoba menyentuh lengan Yunxi, Yunxi menepis lengan Ziqian.
“Maaf aku tak bermaksud bicara keras padamu” ucap Ziqian
Yunxi malah mencoba bertanya lagi dengan pelan apakah mereka bisa mencari Junhao. Ziqian mendelik namun akhirnya ia luluh dan mengangguk perlahan mengiyakan.
Junhao dan Sheng tengah sibuk menempelkan lampu kecil  kerlap-kerlip sebagai hiasan depan. Tian Yu datang dan tanya apa mereka sudah selesai, Sheng langsung mengatakan iya dan menyuruh Junhao untuk pergi saja mengingat Tian Yu pasti ingin berdua dengan Junhao. Sheng pun tersenyum melihat Tian Yu mengapit Junhao pergi. Sheng baru sadar kalau ia tak punya tangga untuk turun nanti.
Junhao bilang kalau ia sudah melihat tulisan yang dimuat oleh teman Dawei mengenai Guan Mei dan yakin kalau nanti pasti akan banyak tamu yang datang ke tempat mereka. Tian Yu juga ingin melihat Bintang Jatuh itu dan mengajak Junhao sekalian berkencan. Junhao melepas lengannya yang diapit Tian yu dan bilang kalau Tian Yu itu tipe yang sangat aktif.
Tian yu tersenyum dan bilang kalau dulu Dang Ou pernah berkata seharusnya prialah yang memulai duluan tapi karena Junhao tak berbuat apapun maka Tian Yu yang tak sabar terpaksa harus memulai duluan. 
Junhao berkata akan menyelesaikannya kalau begitu, Ia pun berteriak kencang meminta Tian Yu untuk mau melihat Bintang jatuh dengannya, Junhao menunggu jawaban Tian yu.
Hal itu membuat Tian Yu kaget karena ingat Junhao dulu juga pernah melakukan itu saat menjadi Dang Ou dan mengajak pergi berkencan sebelum akhirnya pergi meninggalkannya. 
Tian Yu tertegun, Junhao menoleh ke Tian Yu karena tak kunjung mendapat jawaban, Tian Yu tersadar dan membalas dengan teriakan juga untuk mengiyakan tawaran itu, namun setelahnya wajah Tian Yu tampak cemas mungkin berfikir akankah hal yang sama kan terulang lagi. Junhao kembali mengagetkan Tian Yu yang kembali termenung, Tian Yu kembali berkata oke pada ajakan Junhao itu.
Ziqian tiba di Guan Mei, ketiga pegawai Guan Mei yang tengah sibuk menata bagian depan terkejut saat melihatnya. Mereka mulai berbisik satu sama lain, Chef khawatir kalau kedatangan Ziqian kesini adalah untuk melakukan hal ekstrim pada Junhao. “Tapi dia juga pernah membantu Guan Mei mungkin dia mengintai sesuatu” ucap Bibi
“kalau begitu ayo kita tanya saja dia” ucap Sheng.
Mereka bergerak bersamaa mendekati Ziqian, Chef mulai bicara ia bilang ingin mengklarifikasi sesuatu pada Ziqian, “Ini akan menentukan sikap kami padamu di masa depan”  tambah bibi. 

Ziqian mempersilahkan mereka.
“Bagaimana kami harus menyuratimu?” ucap Sheng tiba-tiba kembali keluar begonya. Bibi dan Chef berpaling menatapnya kesal dan menyuruhnya tutup mulut.
“Aku tahu apa yang ingin kau tanyakan sebenarnya, perselisihan antara aku dan Junhao adalah masalah pribadi jangan terpengaruh” Ziqian menambahkan kalau ia punya banyak kenangan indah disana dan ingin untuk tetap mengenangnya. Mereka jadi merasa tak enak pada Ziqian.

Tuan Tang lalu keluar dan menyapa Ziqian serta menanyakan maksud kedatangannya. Yunxi memberi aba-aba pada pelayannya untuk membantu Yunxi keluar dari mobil. Yunxi menatap asing pada tempat itu, satu-satunya yang membuat dia keluar karena melihat Ziqian disana. Ia pun keluar mendekat ke Ziqian.
Bibi berkata kalau Yunxi terlihat lebih baik sekarang, Tuan Tang bertanya apa Ziqian ingin memulangkan Yunxi kembali pada  mereka, Ziqian lalu tanya dimana Junhao.
Tak lama Junhao dan Tian yu datang, Junhao terlihat senang melihat Yunxi telah pulang namun Yunxi justru terlihat takut.
Ziqian mempersilahkan Yunxi kembali kepada Junhao, Yunxi berjalan takut-takut mendekati Junhao.
Junhao merasa senang atas kepulangan Yunxi dan memegang pundaknya, Yunxi malah ketakutan dan menjauhkan diri dari Junhao, hal itu membuat Junhao jadi bingung begitu pun dengan Ziqian.
“Siapa kau?” tanya Yunxi yang ternyata tak mengenali Junhao
“Aku Junhao” ucap Junhao bingung
“kau bukan Junhao” tegas Yunxi yang sukses membuat yang lain merasa bingung melihat sikapnya.
Ibu Junhao lalu keluar dan turut senang menyapa Yunxi, namun reaksi Yunxi masih sama ia juga tak mengenali ibu Junhao.
Yunxi tak mau disentuh oleh mereka yang kini tak dikenalinya, ia menganggap mereka sedang berbohong padanya, Yunxi lari sembunyi di belakang Ziqian sambil bertanya siapa mereka sebenarnya.
“Mereka benar-benar adalah Junhao dan Bibi” ucap Ziqian, Yunxi tetap bilang tidak, ia memohon pada Ziqian untuk diantar pulang ke Junhao dan Ibunya. 
Hal itu membuat Junhao dan yang lain semakin heran melihat sikap Yunxi. Ziqian menyuruh pembantunya membawa Yunxi kembali ke mobil. “Yunxi kau benar tak ingat padaku? Apa kau hanya mengingat Ziqian sekarang?” ucap Ibu Junhao dengan rasa kecewa.
Ziqian mendekat ke Junhao dan mengajaknya bicara berdua.
Setelahnya Ziqian tanya apa Junhao merasa bahagia sekarang, “Aku tak mau melihat Yunxi hidup menderita sementara kau bahagia bersama Tian yu”
“Lalu apa yang kau inginkan?” 
“Tinggalkan desa Guan Mei dan menjauh dari Tian Yu”ucap Ziqian
Junhao berpaling menatap Ziqian
“Jika kau tetap bertahan disini aku akan membuat orang-orang disekitarmu tahu bahwa mereka akan menderita selama kau ada disini” Ziqian menyuruh Junhao melakukannya untuk kebaikan orang Guan Mei dan Tian yu.
“Motel Guan Mei bukanlah hak milik Senwell lagi, kau tak bisa menipu mereka” ucap Junhao
“Benarkah, jika kau bisa menarik hutang itu maka aku dengan mudah bisa menuliskannya lagi” ,Junhao kembali terdiam.
Ziqian menyinggung soal dana yang dihabiskan Guan Mei untuk menyambut minggu penuh bintang jatuh.
“Bayangkan jika semua tempat yang telah dipesan lalu dibatalkan, tidakkah kau merasa cemas?” ancam Ziqian tapi dengan wajah tersenyum. Hal itu tentu menjadi pikiran tersendiri bagi Junhao.
Junhao tak mau melihat Tian Yu bersedih, ia pun mengambil keputusan untuk melakukannya dan menitipkan Yunxi pada Ziqian. Tian Yu melihat mereka dari bawah namun sepertinya tak bisa mendengar.
Minghan ternyata menyuruh anak buahnya untuk terus mematai-matai GM Yuan di kamarnya guna mendapat informasi. Anak buahnya melaporkan melihat kedatangan tamu penting disana. Minghan mengambil teropong yang digunakan untuk mengamati dan melihat sendiri siapa tamu yang datang itu.
Seorang pria muncul di kamar GM Yuan dengan beberapa pengawalnya. Minghan kaget saat melihat pria bernama Ruan Binhu yang tak lain adalah anggota geng mafia Qinghua di Amerika dan Vietnam yangs ering dipanggil Blackjack dan ternyata GM Yuan adalah mantan asisten dari Ruan Binhu. Mereka mendapatkan uang dari pencucian uang dengan mafia lain di Las vegas.
Minghan mencoba mendengarkan percakapan mereka dengan alat penyadap. GM Yuan dan Ruan Binhu tampaknya berencana untuk mengubah Senwell menjadi kasino agar bisa menjalankan bisnis pencucian uangnya. Minghan semakin berang dan bersiap untuk tak membiarkan mereka melakukannya.
Junhao memandu Tian Yu yang ditutup matanya ke balkon, ia pun melepaskan penutup mata Tian Yu. Tian Yu melihat sekelilingnya yang begitu gelap dan heran mengapa ia diajak kesana. 
Junhao memberi aba-aba untuk berbalik. Tian yu berbalik badan dan kaget sekaligus senang melihat tikar yang diatasnya sudah tersedia lilin dan minuman yang membuat suasana lebih romantis. 
Junhao dan Tian Yu duduk disana, Junhao menyerahkan sekuntum mawar putih pada Tian Yu. Tian Yu tanya kenapa Junhao melakukan hal ini, Junhao beralasan sewaktu kaya dulu ia tak pernah melakukannya dan ia harap yang ditampilkannya ini tak terlalu buruk. “Tentu saja tidak, ini sangat luar biasa, ini kencanku yang paling romantis selama ini” ucap Tian Yu.
Junhao menuangkan minuman untuk mereka berdua dan mengajak Tian Yu bersulang. “Aku tak bisa minum, aku ini peminum yang buruk, bisa-bisa aku nanti mengambil keuntungan darimu” ucap Tian yu.
“Tak masalah, aku akan hati-hati nanti” balas Junhao dan mereka pun akhirnya bersulang.
Tian Yu kembali tanya kenapa Junhao tiba-tiba berbuat baik seperti ini, Junhao bilang kalau ia ingin mengajak Tian Yu berkencan, melihat bintang, memberikan bunga dan melihatnya bahagia.
“Kau begitu aneh hari ini, kau bicara begitu banyak bicara rayuan, kau tak seharusnya begitu”
“Kenapa?”
“karena kau tak mengatakannya setiap hari, jika kau menyelesaikannya hari ini aku tak punya kesempatan mendengarkannya lain hari, aku lebih suka kau mengatakannya sedikit-sedikit setiap hari”
Junhao berkata akan melakukannya setiap hari sebagai gantinya Tian Yu harus selalu tersenyum. Tian Yu mengangguk berkata oke. Junhao lalu mendekat dan mencium Tian Yu.
Tian Yu terdiam setelah ciuman itu, Junhao berkata ia mencintai Tian Yu dengan menahan sedih dan mencoba tetap tersenyum, Tian Yu membalas senyuman itu.
Tian yu mulai mabuk dan coba tidur di pelukan Junhao, pada Tian Yu yang mulai tertidur Junhao mengingatkan agar ia selalu bahagia,” Jika pertemuan denganku adalah alasan baginya untuk menangis lebih baik aku tak bertemu dengannya”
“ingatlah kau harus selalu tersenyum, maafkan aku Tian Yu” mata Junhao mulai berkaca-kaca,” Aku tak bermaksud membuatmu mendapat masalah, tolong ingatlah ketika kau bangun besok pagi tolong ingat untuk tersenyum dengan lebih berani” setelahnya Junhao menghelas nafas, seakan merasa berat untuk meninggalkan Tian Yu
Esok paginya, Tian Yu sepertinya bermimpi untuk memberikan satu ciuman pada Junhao, namun saat hendak mencium ia terbangun karena mendengar suara kodok dan benar saja kodok tersebut sudah ada tepat di depan muka Tian Yu. 
Tian Yu terlonjak kaget, ia lalu mempertanyakan dimana Junhao. Tian Yu masuk ke dalam dan berpapasan dengan Tuan Tang yang membawa sebuah surat. Tian Yu lalu tanya dimana Junhao padanya, “Shan Junhao sudah pergi” ucap Tuan Tang.

Tian Yu tak mengerti, Tuan Tang bilang kalau kamar Junhao ditemukan kosong oleh bibi Fengjiao dan hanya menemukan catatan kecil disana. Tian Yu segera membacanya, catatan itu berisi permintaan maaf Junhao karena tak bisa menemani Tian Yu melihat Bintang jatuh dan ia sendiri benar-beanr pergi. 
Tian Yu seperti terhentak ia seakan belum mengerti apa yang terjadi dan berencana untuk keluar mencari Junhao. Tuan Tang menghalangi, “Kita tak tahu kapan mereka pergi bagaimana kita mau mengejarnya tenanglah"
Tian Yu tetap ingin pergi , Tuan Tang mengingatkan kalau mereka tak punya petunjuk untuk mencari Junhao. 
Tian Yu ingat Junhao berbicara aneh semalam setelah bertemu dengan Ziqian, ia merasa ini ada hubungannya dengan Ziqian dan bergegas pergi kesana.
Tian Yu masuk ke Senwell untuk mencari Ziqian, ia kaget saat melihat Ziqian tengah berhadapan dengan Minghan di ruangannya. 
Minghan menghardik Ziqian yang seenaknya menyerahkan Senwell pada GM Yuan yang tak lain adalah kaki tangan dari seorang mafia, Minghan mengingatkan kalau Senwell akan diubah menjadi tempat pencucian uang mereka, seluruh staf akan dipecat dan diganti dengan orang-orang mereka, dan sekarang nasib karyawan mereka ada ditangan Ziqian. 
Ziqian tampak berfikir namun ia kekeuh tidak mau peduli dan tetap akan menandatangani surat penyerahan Senwell besok. Minghan dengan kesal menarik kerah baju Ziqian yang sedang tetap duduk santai, Minghan mengepalkan tinju ingin memukulnya namun Ziqian terlihat menatapnya tak bergeming sedikit pun. 
Minghan menurunkan tinjunya dengan kesal, ia mengancam Ziqian akan mendapat hal buruk darinya jika berani menandatangani surat penyerahan itu. Minghan lalu keluar dengan perasaan marah, Ziqian tampak berfikir di kursinya.
Tian Yu langsung nyelonong masuk menemui Ziqian.
“Apa yang kau katakan pada Junhao semalam? Kenapa ia pergi meninggalkan Guan Mei?”
“Cepat sekali, dia memang tak mau membuang waktu, ya aku ingin dia keluar dari sana” ucap Ziqian tetap santai.
Tian Yu tanya dengan emosi kenapa, “Dia menyebabkan Yunxi sakit, aku takkan membiarkan kalian berdua bahagia”
“Yunxi juga tak mengingatnya lagi, apa dia akan pulih?” Ziqian tetap membenarkan tindakannya. Tian Yu tanya apa ia merasa bahagia karena hanya ada rasa kebencian yang dilihat Tian Yu dalam dirinya. Ziqian terdiam sejenak mendapat pertanyaan itu.


Monday, 9 September 2013

Corner With Love Eps 6 Part 2

Perhatian!!!
Mohon untuk tidak meng-COPAS Tulisan di Blog ini!!!
Bagi yang ingin mengambil Tulisan dari Blog ini harap menyertakan LINK HIDUP
Di bawah postingan yang diambil dari Blog ini!
Baik itu nantinya di ubah atau Dirapikan
Mohon hargai penulis!! Terima Kasih ^^


Corner With Love Eps 6 Part 2
Arak-arakan mobil An Teng Feng akhirnya tiba di depan teras hotel. Pendukung Teng Feng semakin histeris saat melihat idola mereka keluar, Teng Feng memberikan senyum sekilas pada penggemarnya. 
Pegawai Senior memberikan penyambutan pada Teng Feng, tepat saat itu Xin Lei yang tengah berdiri di samping Teng Feng terdorong ke depan oleh kerumunan fans hingga tertangkap oleh Teng Feng. Xin Lei segera meminta maaf. Teng Feng hanya mengangguk sedikit kemudian masuk ke dalam hotel.
Teng Feng  tiba di kamar mewahnya, Manajernya yang tak lain adalah orang asing itu terlihat sibuk memeriksa seluruh isi kamar dengan teliti bahkan secuil benang yang menempel di seprai pun menjadi masalahnya baginya dan langsung minta agar seprei itu diganti.
Matanya lalu menangkap sebuah lukisan di dinding yang tak lain adalah milik Qin Lang, ia menyebut lukisan itu murahan dan hanya akan menganggu orang menonton TV saja. Pegawai senior pun berkata akan menyuruh asisten pribadi Teng Feng melakukannya.

Sang Manajer kemudian tanya mana pegawai hotel yang akan menjadi asisten pribadi Teng Feng, Pegawai Senior mengenalkan Yang Ling yang akan menjalankan pekerjaan itu. Yang Ling memperkenalkan dirinya, Teng Feng terlihat tak begitu suka dengan pilihan tersebut.
Qin Lang dan Xiao Yang tengah sibuk meletakkan lukisan yang lain. Tepat saat itu petugas hotel yang membawa lukisan Qin lang berjalan melewati mereka. Xiao Yang segera menghentikannya dan bertanya kenapa lukisan itu dikeluarkan, sang petugas bilang seju kalau itu adalah permintaan dari Teng Feng sendiri karena lukisan tersebut dianggap tidak berkelas.
Terlihatlah raut kecewa di wajah Qin Lang, Xiao yang bilang akan menyuruh ayahnya untuk tak melayani Teng Feng lagi. Qin Lang menghentikan dan berkata kalau nilai dari sebuah karya seni adalah pada pandangan pertama, Qin Lang berkata ia bisa menerimanya.
Pegawai senior keluar dari ruangan Teng Feng dan tampak sibuk menelfon untuk mencarikan pegawai yang bisa berbahasa prancis, Jepang dan inggris. Di belakangnya Yang Ling mengikuti dengan wajah murung karena dirinya telah di tolak menjadi asisten pribadi.
Bi Zhu dan Xin Lei kemudian muncul dari dalam ruangan, keduanya ternyat mendengar dan bertanya apa yang membuat Pegawai Senior panik.
Pegawai senior bilang kalau Teng Feng menolak Yang Ling, mereka perlu secepatnya pegawai yang bisa berbahasa inggris, jepang dan prancis untuk menterjemahkan beberapa dokumen nantinya.
“Bukankah mereka tidak bilang hal itu sebelumnya? jadi itu bukan salah kita” ucap Bi Zhu
Pegawai senior mengingatkan kalau pelanggan selalu benar, ia juga menceritakan kemarahan si manajer asing Teng Feng karena tak bisa menemukan pegawai hotel yang memenuhi standar itu padahal hotel mereka adalah hotel berbintang 5. Hal itu membuat si pegawai senior semakin terpuruk.
Bi Zhu lalu ingat bukankah Xin Lei bisa 8 bahasa, si pegawai senior tercengang dan segera tanya apa bahasa yang diucapkannya tadi Xin Lei juga bisa. 
Xin Lei ingin menjawab namun tak bisa karena langsung dijawab oleh Bi Zhu yang mengiyakan hal itu dengan enteng. Pegawai senior berharap Xin Lei dapat membantunya, Xin Lei pun dengan senang hati mengiyakan hal tersebut. Yang Ling menatap Xin Lei dengan tatapan tak suka.
Xin Lei dibawa ke ruangan Teng Feng. Teng Feng tampaknya cukup terkesan membaca biodata Xin Lei. 
Sementara Xin Lei dengan tenang menunggu hingga Teng Feng selesai membaca biodatanya sang pegawai senior tampak cemas berdiri dibelakang Xin Lei.
Sambil menyerahkan biodata itu kembali pada Pegawai Senior, Teng Feng minta waktu bicara berdua dengan Xin Lei. 
Tinggallah Xin Lei berdua dengan Teng Feng, Teng Feng mengulurkan tangan memperkenalkan dirinya pada Xin Lei , Xin Lei membalas sambil menyebutkan juga namanya.
Teng Feng selanjutnya menguji Xin lei dalam 4 bahasa yang kesemuanya bisa dijawab dengan mudah oleh Xin Lei.
Bahasa Inggris : Teng Feng memuji kuku Xin Lei terlihat cantik , dibalas ucapan terima kasih oleh Xin Lei.
Bahasa Perancis: Teng Feng bertanya apa Xin Lei pernah pergi ke paris. Hal itu diiyakan oleh Xin Lei, ia  juga menambahkan kalau malam di paris itu sangat indah.
Bahasa Jepang : “Jika aku punya kesempatan aku ingin lebih mempelajari lagi bahasa Cina” ucap Teng Feng" ucap Teng Feng
“Jika kau mau aku bersedia untuk mengajarkanmu” balas Xin Lei
Bahasa Cina : “Aku hanya tahu sedikit “ ucap Teng Feng
“Sangat tepat” balas Xin lei, dan keduanya saling tersenyum.
Setelah Xin Lei keluar sang pegawai senior langsung tanya apa Xin Lei diterima menjadi asisten, Xin Lei memuji kalau Teng Feng adalah orang yang sangat baik. 
Mereka pun dapat bernafas lega kecuali Yang Ling yang terlihat tak terima dengan hal itu dan segera pergi.
Bi Zhu mendapat telfon, Xin Lei terlihat tertarik ingin tahu dengan siapa Bi Zhu bicara.
Bi Zhu dan Xin Lei akhirnya bergabung dengan Qin Lang, Ah Yi dan Ba Dao untuk makan malam bersama di luar. Bi Zhu senang karena Qin Lang telah berbaikan dengan Ba Dao, “Tidakkah kau ingin bicara beberapa kata?” pinta Bi Zhu, Ah Yi juga ikutan meminta Ba Dao bicara sesuatu pada Qin lang. 
Ba Dao mengiyakan, ia mengangkat gelasnya ke arah Qin lang dan bilang kalau Qin lang akan selalu jadi teman terbaiknya, “Siapa yang peduli tentang wanita”
“Heyy...” ucap Bi Zhu sewot. Mereka semua tertawa.
Qin Lang lalu mentoskan gelasnya ke Ba Dao. Ba Dao lalu berdiri ia berkata kalau ia masih penasaran dan ingin menjernihkan beberapa hal dengan Xin Lei. Qin Lang terdiam, Ah Yi minta Ba Dao tak mulai cari masalah. Ba Dao tak peduli dan tetap ngomong.
“Yu Xin Lei biar kuberitahu kau, Qin Lang itu orang yang sangat sangat baik, apa kau setuju?”
Xin Lei yang sedari tadi diam, melihat Ba Dao dengan bingung dan menjawab dengan menganggukkan kepalanya pertanda setuju.

Ba Dao lanjut untuk menanyakan sesuatu pada Xin lei dihadapan Qin Lang, “Apa kau sungguh mencintainya?” ucap Ba Dao sambil menggeser tubuh Qin Lang jadi menghadap Xin Lei. 
Baik Qin Lang dan Xin lei sama-sama kaget sepertinya keduanya mengingat insiden ciuman mereka kemarin. Xin Lei terlihat bingung tak tahu harus menjawab, sementara yang lain penasaran menunggu jawaban. 
Qin Lang berusaha mengalihkan suasana, “kau mabuk, duduklah” ucap Qin Lang sambil memaksa Ba Dao untuk duduk, “kau bicara tak masuk akal” tambahnya.
Sementara Xin lei tertunduk dan tampak tersipu malu, Qin Lang dan yang lain melanjutkan makanannya seolah tak ada yang terjadi tapi Ba Dao tetap lekat mengawasi ekspresi bahagia di wajah Xin Lei yang seakan menjawab pertanyaannya tadi.
Xin Lei menikmati pemandangan kota yang indah, Qin Lang datang minta maaf akan sikap Ba Dao tadi. Xin Lei menggeleng tak mempermasalahkan, ia merasa iri melihat Qin lang yang punya banyak teman dan keluarga.
Qin Lang tertegun mendengarnya“kau juga punya kami” ucap Qin Lang
Xin Lei tetap fokus menatap pemandangan di depannya, “kalau dilihat dari atas sini sepertinya setiap cahaya menghadirkan kehangatan keluarga tapi milikku tak ada”
Qin Lang balik badan “Bagaimana kau tahu kalau kau takkan menemukan cahaya milikmu disini, yang lebih penting kau tak boleh menyerah akan impian dihatimu”
Xin lei menatap Qin Lang, “Impian dihatiku?” tanyanya
“ya harapan dihatimu, katakan padaku apa harapanmu?”
Xin Lei bingung karena belum pernah memikirkan itu sebelumnya, “Di masa lalu aku punya semuanya jadi aku tak pernah punya impian khusus” Xin Lei balik menanyakan apa impian Qin Lang.
Qin Lang terlihat malu-malu, ia minta Xin Lei jangan tertawa kalau mendengarnya, Xin Lei mengiyakan. Qin lang masih malu-malu mengatakannya namun belum sempat ia bicara telfon Xin Lei berbunyi. 
Teng Feng menelfon Xin Lei memintanya untuk datang ke hotel. Xin lei minta maaf untuk pamit ke Qin Lang, Qin Lang yang merasa kesal tanya siapa yang menelfon dan menyuruh Xin Lei datang ke hotel diluar jam kerja. 
Xin Lei menjelaskan kalau sekarang ia adalah asisten pribadinya Teng Feng (kalau Xin lei manggilnya Mr. An Teng tapi aku tetep nyebut gitu aja) dan harus siap 24 jam melayaninya. Qin Lang langsung teringat nama itu,”Apa dia pikir dia itu president karena menginap di Presidential Suite? Dan tak bisa membiarkan orang lain istirahat?”
“Ini pekerjaanku” jelas Xin lei. Qin lang berkata akan mengantarkan Xin Lei dengan mobinya Ba Dao, Xin lei setuju dan meminta Qin Lang untuk buru-buru.
Qin Lang sepertinya benar-benar tak mau Xin Lei terlambat, ia  mengemudikan mobilnya dengan kencang dan terlihat  banting stir sana banting stir sini sampai-sampai Xin lei tercampak ke kanan dan ke kiri namun Qin Lang tetap fokus mengemudi. 
Qin Lang tetap tancap gas dan membuat Xin lei sampai harus berpegangan, “Stopp..!!” ucap Xin lei tiba-tiba. Qin Lang segera menginjak rem tepat di depan sebuah minimarket. 
Xin Lei segera berlari masuk ke dalam, Qin Lang bingung bukankah tadi Xin lei yang minta cepat-cepat tapi kenapa sekarang malah masuk ke minimarket.
Xin Lei kembali dengan membawa beberapa bir, Qin Lang tanya kenapa Xin lei membelinya dan dijawab kalau sebenarnya Xin Lei disuruh Teng Feng untuk membawakan beberapa bir. 
Qin lang dengan sewot bilang apa Teng Feng tak bisa beli sendiri hingga harus menyuruh seorang wanita membeli bir dan membawakan untuknya malam-malam begini, ia bilang kalau Teng Feng pasti pria hidung belang. 
Xin Lei menyuruh Qin lang berhenti bicara omong kosong karena Teng Feng tak lain adalah seorang musisi yang terkenal dan berkelas. “Ya dia berkelas dan lukisanku tak termasuk kelasnya”
“Lukisan apa?” tanya Xin lei bingung (karena dari awal smpe sekarang dia juga tak tahu urusan Qin Lang ke hotel itu apa)
“Bukan apa-apa” ucap Qin lang yang malas untuk membahas hal itu lagi, ia pun lanjut mengantarkan Xin Lei.
Xin Lei masuk ke kamar Teng Feng dan meletakkan bir ke atas meja. Teng Feng minta maaf karena telah menyusahkan dan berterima kasih pada Xin lei. Setelah meneguk bir nya ia menyerahkan sebuah surat kontrak dari Perancis yang harus dijawabnya besok, ia minta Xin Lei menterjemahkan surat itu. Xin Lei mengiyakan dan segera permisi.
Sedari tadi Qin Lang menunggu dengan cemas, begitu melihat  Xin Lei keluar  ia segera menghampiri Xin Lei dan tanya apa ia baik-baik saja.
 “Memangnya kau pikir apa yang akan terjadi” ucap Xin lei cutek.
Xin lei berlalu dan Qin lang di belakang memanyunkan bibirnya mengejek Xin Lei.
Xiao Yang tak sengaja melihat mereka berdua, ia bersembunyi agar keduanya tak melihatnya dan melewatinya begitu saja. Xiao Yang menunjukkan ekspresi kemarahannya melihat keduanya.
Esoknya Xin Lei tiba-tiba dihadang oleh seorang wanita berjas hitam saat hendak masuk ke dalam hotel. Wanita itu tanya apa Xin lei pegawai disini dan mengajaknya bicara. 
Keduanya duduk di taman, si wanita menyerahkan sebuah amplop yang tentunya berisi uang kepada Xin lei. Ia hanya minta agar Xin lei bersedia melaporkan seluruh kegiatan Teng Feng kepadanya serta rahasia yang dimiliki oleh Teng Feng karena Teng Feng sendiri sangat sulit diwawancarai secara pribadi.
“kau reporter kan?” tuduh Xin Lei dan menyuruh wanita itu untuk tanya sendiri pada Teng Feng. 
Xin Lei lalu melempar uang itu kembali ke atas meja dan menolak melakukannya, Xin Lei beranjak pergi, wanita itu memanggil apa karena uangnya kurang maka Xin lei tak mau, ia pun bersedia untuk menambah jumlah dengan yang Xin Lei inginkan.
“kalau begitu bagaimana dengan 1 Milyar” balas Xin lei, si wanita pun langsung pergi meninggalkan Xin lei. 

Bi Zhu yang baru datang berpapasan dnegan wanita tadi, ia menyapa Xin Lei yang tengah berdiri di depannya dan tanya siapa orang yang baru pergi itu. Xin Lei bilang bukan siapa-siapa dan mengajak Bi Zhu segera masuk.
Xin Lei menyerahkan tugas yang diberikan Teng Feng semalam kepada pemiliknya.
Teng Feng tanya apa Xin Lei menyelesaikan tugas itu  malam-malam, Xin lei mengiyakan. Teng Feng tanya berapa lama ia mengerjakannya. “Kurang dari 2 jam” jawab Xin Lei
Teng Feng memuji Xin Lei sangat cerdas, Xin Lei terlihat malu dan bilang kalau tugas itu tak terlalu sulit.
Manajer asing datang bersama pegawai senior, ia tercengang melihat kaleng bir di atas meja Teng Feng dan langsung marah besar.
“Kenapa ada bir disini? Bukankah aku sudah bilang dengan jelas kalau Teng Feng tak boleh minum bir?” Ia menghentakkan botol itu kembali dan tanya siapa yang membelinya. 
Xin Lei sempat tersentak, ia berusaha melindungi Teng Feng dengan mengaku ia yang membelinya dan meminta maaf, Teng Feng melirik ke  Xin Lei.
Xin Lei langsung dimarahi oleh si Manajer asing, ia mengarah ke Teng Feng dan menegaskan kontrak yang telah disepakati Teng Feng bahwa tak boleh ada alkohol  untuk diminum. Teng Feng masih diam tak menanggapi.
Xin Lei malah maju dan bilang kalau ia lah yang meminum bukan Teng Feng. Hal tersebut tentu tak bisa dipercaya si Manajer yang lalu memaksa Xin lei mengatakan yang sebenarnya, 
“Apa dia (Teng Feng) yang memintamu membelinya?!”
Xin Lei tertunduk dan tak menjawab, Manajer asing murka lalu bilang ke pegawai senior untuk memecat Xin lei kalau tetap tak mau mengatakan yang sebenarnya atau mereka yang akan pergi. 
Pegawai senior mendekat ke Xin Lei membujuk Xin lei mau bicara jujur, Xin lei melirik Teng Feng yang tak juga buka suara, ia kembali bohong dan  bilang kalau ia yang bawa bir itu pagi-pagi kesini dan meminumnya. 
Si Manajer Asing langsung minta Xin Lei dipecat saat itu juga. Xin lei beranjak keluar namun akhirnya Teng Feng berdiri dan buka suara, “Kalau kau memecatnya aku akan melanggar kontrakku”
Si manajer asing terdiam, Xin lei juga berhenti dan berbalik menghadap mereka. “Apa maksudmu?’ tanya manajernya
Teng Feng menekankan kembali kalau Xin Lei tak boleh dipecat. Manajer asing dengan kesal mengiyakan tapi ia minta agar mereka segera pindah dari hotel itu. 
Teng Feng menolak, ia berusaha menerangkan pada Ken (si manajer asing itu dan mulai sekarang saya sebut manajer ken) kalau ia tak bisa tidur semalam dan ia pikir minum bir akan membantunya untuk tidur itulah kenapa ia menyuruh Xin Lei membelinya, Teng Feng berjanji kalau itu adalah yang terakhir dan Manajer Ken bisa memegang janjinya itu. 
Manajer Ken akhirnya setuju, Xin Lei tak jadi dipecat dan Teng Feng tersenyum kepada Xin Lei.
Di luar kamar giliran Si Pegawai senior yang kena semprot sama Manajer Ken gara-gara keberadaan bir tersebut sementara Xin Lei hanya bisa diam berdiri mendengarkan mereka dengan penuh rasa bersalah. Setelah selesai Pegawai Senior berjalan melewati Xin Lei sambil menunjukkan muka juteknya (nasib jadi bos, kalau karyawannya bersalah maka ia juga ikut menanggung)
Xiao Yang mendatangi rumah Qin lang, Qin Lang membukakan pintu dan  terlihat malas saat tahu siapa tamunya, ia pun masuk begitu saja.
Xiao Yang ikut masuk mengejar Xin lang.
 Xiao Yang bilang masih ada beberapa lukisan yang belum Qin lang taruh di dinding jadi mengapa Qin Lang tak datang lagi ke hotel.
“Bukankah tamu musisi yang penting itu bilang kalau gambarku tak cocok untuk hotel kelas bintang 5 seperti kalian” jawab Qin Lang

“Itu dia, akulah putri pemilik hotel itu, aku akan melakukan keinginanku, jika aku tak bisa kita bisa menunggunya pergi dan menggantungnya kembali” 
Qin Lang tetap tak menggubris.
“Sayangnya dia akan pindah hari ini”tambah Xiao Yang
“kenapa?’ tanya Qin Lang mulai tertarik
Xiao Yang bilang kalau itu semua karena ulah Xin Lei yang telah melakukan kesalahan dan dimarahi oleh Si Manajer, Xiao Yang menambahkan kalau Xin Lei mungkin akan dipecat karena itu.
Qin Lang terdiam dan mulai khawatir terhadap Xin Lei. Qin Lang lalu mengajak Xiao Yang untuk kembali ke hotel. Xiao yang tak beranjak dan menatap Qiao Yang curiga. 
Qin Lang menarik tangan Xiao Yang, ia bilang tak peduli dengan orang yang tak menggubris gambarnya itu dan berniat untuk menyelesaikannya, padahal tentu itu hanya alasan agar Qin Lang bisa menemui Xin Lei disana.
Dengan alasan untuk meminta maaf Teng Feng menelfon Xin Lei  Xin Lei dan mengajaknya untuk makan siang bersama. Xin Lei hendak menolak undangan tersebut namun Teng Feng langsung menyebutkan jam mereka bertemu di Restauran hotel, ia pun sgera memutuskan telfonnya.
Xin Lei pun akhirnya pergi menemui Teng Feng di restauran, ia kaget saat melihat Teg Feng tengah bersiap mengantar tamunya yang tak lain adalah wanita yang dikira Xin Lei sebagai reporter. Wanita itu juga menatap Xin Lei dan bilang ke Teng Feng Xin Lei sangat bagus dalam menjaga kehidupan pribadi Teng Feng.
Setelah wanita itu pergi Xin Lei menghampiri Teng Feng dengan kesal dan bertanya apa Teng Feng bermaksud mengujinya dengan wanita itu. Teng Feng minta maaf, semua itu ia lakukan untuk benar-benar menjaga privasinya, ia berharap Xin Lei tetap mau menjadi asisten pribadinya. 

Tiba-tiba mereka mendengar suara Xiao Yang di pintu masuk, ia tengah marah karena penjaga tak mengijinkan ia dan Qin Lang masuk di hotel keluarganya sendiri.
“Qin Lang?” ucap Xin Lei bingung, Teng Feng lalu tanya apa Xin Lei mengenal mereka, Xin Lei pun mengiyakan. Teng Feng lalu memberikan aba-aba pada penjaganya untuk membiarkan Xiao Yang dan Qin Lang masuk.
Sesampainya di dalam kedua pasangan itu beradu pandang, Qin Lang tampak menatap tajam pada Teng Feng. Teng Feng mengulurkan tangan duluan hendak menyambut Qin Lang, Qin Lang yang tentu saja tak suka melihat pria lain ada disamping Xin Lei tak langsung mengulurkan tangannya, ia melirik sejenak tangan Teng Feng lalu perlahan menyambut uluran tangannya.

“Kudengar kau sangat tidak puas pada gambar yang ada di kamarmu” ucap Qin Lang sambil tetap mengenggam erat  tangan Teng Feng.
“Benarkah? aku tak begitu memperhatikannya apalagi gambar yang ada diruangan hotel. Mungkin Managerku yang bilang begitu, memangnya kenapa? Apa ada hubungannya denganmu?” jawab Teng Feng dalam bahasa inggris, Xin Lei lalu menerjemahkannya untuk Qin Lang. (dan begitu seterusnya)
Qin lang dengan tegas bilang kalau itu lukisannya, Xin Lei tertegun sementara Teng Feng meminta maaf dan berkata akan meminta managernya untuk meletakkannya lagi di kamar.
Qin Lang tentu gengsi dan menolak, ia menyuruh Teng Feng tak usah memaksakan diri kalau memang tak suka. Teng Feng merasa hal itu tidak masalah baginya lagipula ia sendiri tak begitu peduli
Qin Lang kesal mendengar, “kalau begitu kenapa kau mau meletakkannya lagi?”
“Karena kau adalah teman dari Yu Xin Lei dan aku peduli pada perasaannya” jawab Teng Feng
Xin Lei merasa tak enak mengartikan itu pada Qin Lang.
“kau tak perlu menterjemahkannya” tegas Qin Lang pada Xin Lei, “Aku sudah mengerti” Qin Lang kembali menatap tak suka pada Teng Feng.
Disaksikan oleh semua Qin lang kembali meletakkan lukisannya ke tempat semula di kamar Teng Feng. Xin Lei mengamati ekspresi wajah Teng Feng saat mengamati  lukisan milik Qin Lang seakan berusaha mencari tahu apakah lukisan itu menarik baginya atau tidak.
Teng Feng akhirnya bilang kalau ia menyukai lukisan dan minta agar tetap digantung disana. 
Xin Lei merasa lega sementara Xiao Yang turut memberi selamat pada Qin Lang karena lukisannya disukai oleh Teng Feng, begitu juga si Pegawai Senior yang ikut disana.


Tiba-tiba Teng Feng berkata bukan seperti itu maksudnya, Qin Lang pun dengan kesal tanya lalu apa maksudnya.
“Aku akan beritahu kau di kesempatan lain” ucap Teng Feng, Qin Lang mengeryitkan dahi tak mengerti apa maksudnya.
Xin Lei dan yang lain keluar dari kamar Teng Feng, selama berjalan Xin Lei berfikir kalau ia telah melihat ekspresi yang lain dari mata Teng Feng ketika melihat lukisan itu.
Qin Lang juga berfikir mengapa ia begitu peduli pada perasaan Teng Feng ketika melihat lukisannya atau pada ekspresi mata Teng Feng saat melihat Xin Lei”
Qin Lang lalu melirik Xin Lei yang sama-sama juga meliriknya, Qin Lang yang kesal karena melihat Xin Lei berduaan tadi langsung buang muka dan berjalan ke lain arah untuk menghindar, tiba-tiba pegawai senior memanggilnya dan bilang kalau Qin Lang salah arah, Qin Lang pun terpaksa kembali dengan menahan malu dan berdiri di belakang Xin Lei.
Qin Lang kembali ke pasar untuk membantu berjualan namun pikirannya masih dipenuhi rasa cemburu, ia kembali teringat saat melihat Xin Lei dan Teng Feng bersama dan mulai berandai-andai.

Lamunan Qin Lang:
Teng feng bilang kalau ia hanya peduli pada perasaan Xin Lei, Qin lang merasa kesal ia lalu maju dan menarik Xin Lei ke sampingnya, ia memperlihatkan pada Teng Feng agar Teng Feng melihat siapa sebenarnya ia dan Xin Lei. “kau mungkin tak tahu siapa aku, lihat ini...” Qin Lang lalu mencium Xin lei di hadapan Teng Feng dan Xiao Yang yang kemudian terkaget-kaget melihatnya. End
Pada akhirnya masakan yang dibuat Qin lang menjadi hancur bentuknya, Qin Lang mengutuki dirinya sendiri kenapa tak bisa melakukan yang dilamunkannya itu.
Tiba-tiba nenek muncul di belakang, “itu gosong (buruk, dalam pengucapannya bahasa aslinya kedua kata ini diucapkan sama)”
Qin Lang masih tak sadar, “ya benar itu sangat buruk”
Nenek bilang lagi dengan makna gosong.
“Iya aku sudah tahu kalau perbuatan itu buruk, aku tidak akan menunjukkan itu segera padanya (Teng Feng) Berhenti mengingatkan aku!”
Nenek langsung menjitak keras kepala Qin Lang dan bilang kalau masakan Qin Lang lah yang sudah gosong.
Nenek mengangkat Oyster omelet yang takkan bisa dijual lagi itu. Qin Lang melihat Ah Yi dan Ba Dao jalan ia langsung bilang ke nenek kalau Oyster omelet itu pasti bisa dijual.
Korbannya tentu saja Ba Dao dan Ah Yi, Qin Lang melempar begitu saja Oyster omelet itu ke meja mereka. Ba Dao berkata kalau mereka sudah merasa kecewa sebelum datang dan sekarang Qin lang memperburuk perasaan mereka. 
Sambil mulai makan Ah Yi cerita, mereka kurang bersemangat karena novel mereka belum juga masuk dalam daftar Bestseller.
Nenek datang dan memberi nasehat agar mereka tak berputus asa karena mereka baru memulai seminggu sementara dirinya sudah 2 tahun. 
Ba Dao tiba-tiba teringat pada Bi Zhu yang pernah berjanji akan membantu untuk membuat acara tanda tangan novel mereka ke seluruh daerah, Ba Dao minta Qin Lang untuk menelfon Bi Zhu. Qin Lang tak mau dan menyuruh Ba Dao melakukannya sendiri.
Ba Dao dengan pede  bilang kalau ia tak mau membuat Bi Zhu salah paham dan merasa Ba Dao menaruh hati padanya. Ah Yi akhirnhya menjadi penengah dan menelfon Bi Zhu.
Bi Zhu yang tengah berada Xin Lei di halte menerima telfon itu dan dengan senang hati menyetujuinya. Teng Feng muncul memberhentikan mobilnya di depan Xin Lei dan Bi Zhu. Mereka berdua lalu melambaikan tangan pada Teng Feng. 
Teng Feng menawarkan tumpangan, Xin Lei hendak menolak namun Teng Feng berkata kalau itu adalah perintah. Xin Lei tertawa kecil mendengarnya dan mengajak Bi Zhu ikut dengan Teng Feng. Sambil masuk ke mobil Bi Zhu bilang ke Ah Yi kalau ia akan mematikan telfonnya sekarang karena harus pergi bersama Teng Feng.

Qin Lang lalu tanya bagaimana hasilnya, Ah Yi bilang kalau Bi Zhu belum selesai bicara karena harus ikut dengan seseorang bernama Teng Feng dan sepertinya Xin Lei juga ikut. Qin Lang terdiam sejenak lalu menyuruh Ah Yi untuk menelfon Bi Zhu lagi.
Di mobil Bi Zhu dengan senang bercerita kalau ia bahagia Ba Dao mengajaknya dalam acara tanda tangan, Bi Zhu mengajak Xin Lei untuk ikut dalam tur keliling mereka.  Xin Lei menolak karena tempat mereka bekerja tak mengijinkan dua karyawan cuti bersama terlebih dia masih sebagai asisten Teng Feng selama konser musik belum selesai. Bi Zhu merasa kecewa.

Xin Lei lalu tanya kenapa Teng Feng bisa keluar malam-malam begini, Teng Feng pun menyuruh Xin Lei tidak memberitahu siapapun kalau ia keluar diam-diam. Bi Zhu cemas kalau mereka berdua akan dimarahi seperti nasib Xin Lei kemarin. Teng Feng bilang ia merasa bosan dan ingin jalan-jalan namun ia tak tahu jalan dan minta Xin Lei yang menunjukkan, Xin Lei dengan senang hati tanya kemana Teng Feng mau pergi.
Mereka lalu berhenti di depan gedung teater yang sepertinya akan digunakan Teng Feng sebagai tempat pertunjukannya, Xin Lei dan Bi Zhu sama-sama senang melihat kemegahan gedung itu. Teng Feng membawa keduanya masuk dan menghidupkan lampu sebuah panggung yang diatasnya terdapat sebuah piano. Teng Feng mendekat dan membuka piano itu berniat untuk memainkannya.
Sementara itu Qin lang terus saja memaksa Ah Yi kembali menelfon meski berulang kali tak diangkat. Ba Dao minta agar mereka menelfon Bi Zhu lain kali saja namun Qin Lang tetap tak mau. Qin Lang beralasan kalau apa yang sudah direncanakan harus langsung diselesaikan. Ah Yi dan Ba Dao sama-sama lelah dan tetap akan pergi. 

Qin Lang memukul meja dengan sendok goreng, “Kau tak boleh pergi kalau masih mau menjadi saudaraku!” keduanya tetap tak peduli, Qin Lang mulai memanggil lagi dengan gaya layaknya seorang pemain opera Cina.
“Persahabatan dan kesetiaan berharga 1000 pound emas” ucap Qin Lang seperti sambil bernyanyi.
Ah Yi dan Ba Dao berbalik, Qin Lang melanjutkan lagi nyanyiannya dan membuat semua orang menatap heran padanya. Ba Dao dan Ah Yi segera membekap mulut Qin Lang agar diam.
Xin Lei sungguh menikmati permainan piano Teng Feng. Sementara itu akhirnya Bi Zhu mengangkat telfon dari Qin Lang, ia langsung memberitahu Qin Lang dimana mereka berada dan bilang kalau Xin Lei tengah berada bersama Teng Feng. Qin Lang langsung membangunkan kedua sahabatnya yang sudah tertidur itu dan mengajaknya pergi mencari Xin Lei.

Permainan musik Teng Feng membawa Xin Lei kembali pada ingatan bersama ayah dan ibunya, XIn Lei dengan ceria bermain piano bersama sang ayah dan sang ibu yang memandang mereka dengan gembira. 
Qin Lang memaksa Ba Dao melajukan mobilnya dengan kencang, Ba dao menolak dan bilang kalau ini sudah maksimal, Qin Lang tak peduli ia mencengkram paha Ba Dao hingga Ba Dao menjerit kesakitan dan meminjak gas lebih kencang lagi.

TengFeng tersenyum pada Xin Lei setelah permainannya selesai, Xin Lei tergerak untuk ikut bermain. Xin Lei pun mengambil tempat disebelah Teng Feng dan mereka memainkan kembali musik tadi bersama-sama. 
Qin Lang yang sudah sampai di depan gedung segera berlari ke dalam untuk mencari Xin Lei.
Qin Lang akhirnya tiba di gedung tersebut (hebat Qin Lang bisa tahu) ia segera berlari ke dalam mencari Xin Lei.
Xin Lei dan Teng Feng selesai bermain, keduanya saling tersenyum bahagia. Tepat saat itu Qin lang tiba  disana dan menyaksikan dengan hati sakit karena cemburu melihat keakraban Xin Lei dan Teng Feng. 
Tiba-tiba Teng Feng merasa terpesona pada Xin Lei, ia menaikkan tangannya seperti hendak mengelus pipi Xin lei tepat di depan mata Qin Lang yang berdiri terpaku.