SINOPSIS

Monday, 9 September 2013

Corner With Love Eps 6 Part 2

Perhatian!!!
Mohon untuk tidak meng-COPAS Tulisan di Blog ini!!!
Bagi yang ingin mengambil Tulisan dari Blog ini harap menyertakan LINK HIDUP
Di bawah postingan yang diambil dari Blog ini!
Baik itu nantinya di ubah atau Dirapikan
Mohon hargai penulis!! Terima Kasih ^^


Corner With Love Eps 6 Part 2
Arak-arakan mobil An Teng Feng akhirnya tiba di depan teras hotel. Pendukung Teng Feng semakin histeris saat melihat idola mereka keluar, Teng Feng memberikan senyum sekilas pada penggemarnya. 
Pegawai Senior memberikan penyambutan pada Teng Feng, tepat saat itu Xin Lei yang tengah berdiri di samping Teng Feng terdorong ke depan oleh kerumunan fans hingga tertangkap oleh Teng Feng. Xin Lei segera meminta maaf. Teng Feng hanya mengangguk sedikit kemudian masuk ke dalam hotel.
Teng Feng  tiba di kamar mewahnya, Manajernya yang tak lain adalah orang asing itu terlihat sibuk memeriksa seluruh isi kamar dengan teliti bahkan secuil benang yang menempel di seprai pun menjadi masalahnya baginya dan langsung minta agar seprei itu diganti.
Matanya lalu menangkap sebuah lukisan di dinding yang tak lain adalah milik Qin Lang, ia menyebut lukisan itu murahan dan hanya akan menganggu orang menonton TV saja. Pegawai senior pun berkata akan menyuruh asisten pribadi Teng Feng melakukannya.

Sang Manajer kemudian tanya mana pegawai hotel yang akan menjadi asisten pribadi Teng Feng, Pegawai Senior mengenalkan Yang Ling yang akan menjalankan pekerjaan itu. Yang Ling memperkenalkan dirinya, Teng Feng terlihat tak begitu suka dengan pilihan tersebut.
Qin Lang dan Xiao Yang tengah sibuk meletakkan lukisan yang lain. Tepat saat itu petugas hotel yang membawa lukisan Qin lang berjalan melewati mereka. Xiao Yang segera menghentikannya dan bertanya kenapa lukisan itu dikeluarkan, sang petugas bilang seju kalau itu adalah permintaan dari Teng Feng sendiri karena lukisan tersebut dianggap tidak berkelas.
Terlihatlah raut kecewa di wajah Qin Lang, Xiao yang bilang akan menyuruh ayahnya untuk tak melayani Teng Feng lagi. Qin Lang menghentikan dan berkata kalau nilai dari sebuah karya seni adalah pada pandangan pertama, Qin Lang berkata ia bisa menerimanya.
Pegawai senior keluar dari ruangan Teng Feng dan tampak sibuk menelfon untuk mencarikan pegawai yang bisa berbahasa prancis, Jepang dan inggris. Di belakangnya Yang Ling mengikuti dengan wajah murung karena dirinya telah di tolak menjadi asisten pribadi.
Bi Zhu dan Xin Lei kemudian muncul dari dalam ruangan, keduanya ternyat mendengar dan bertanya apa yang membuat Pegawai Senior panik.
Pegawai senior bilang kalau Teng Feng menolak Yang Ling, mereka perlu secepatnya pegawai yang bisa berbahasa inggris, jepang dan prancis untuk menterjemahkan beberapa dokumen nantinya.
“Bukankah mereka tidak bilang hal itu sebelumnya? jadi itu bukan salah kita” ucap Bi Zhu
Pegawai senior mengingatkan kalau pelanggan selalu benar, ia juga menceritakan kemarahan si manajer asing Teng Feng karena tak bisa menemukan pegawai hotel yang memenuhi standar itu padahal hotel mereka adalah hotel berbintang 5. Hal itu membuat si pegawai senior semakin terpuruk.
Bi Zhu lalu ingat bukankah Xin Lei bisa 8 bahasa, si pegawai senior tercengang dan segera tanya apa bahasa yang diucapkannya tadi Xin Lei juga bisa. 
Xin Lei ingin menjawab namun tak bisa karena langsung dijawab oleh Bi Zhu yang mengiyakan hal itu dengan enteng. Pegawai senior berharap Xin Lei dapat membantunya, Xin Lei pun dengan senang hati mengiyakan hal tersebut. Yang Ling menatap Xin Lei dengan tatapan tak suka.
Xin Lei dibawa ke ruangan Teng Feng. Teng Feng tampaknya cukup terkesan membaca biodata Xin Lei. 
Sementara Xin Lei dengan tenang menunggu hingga Teng Feng selesai membaca biodatanya sang pegawai senior tampak cemas berdiri dibelakang Xin Lei.
Sambil menyerahkan biodata itu kembali pada Pegawai Senior, Teng Feng minta waktu bicara berdua dengan Xin Lei. 
Tinggallah Xin Lei berdua dengan Teng Feng, Teng Feng mengulurkan tangan memperkenalkan dirinya pada Xin Lei , Xin Lei membalas sambil menyebutkan juga namanya.
Teng Feng selanjutnya menguji Xin lei dalam 4 bahasa yang kesemuanya bisa dijawab dengan mudah oleh Xin Lei.
Bahasa Inggris : Teng Feng memuji kuku Xin Lei terlihat cantik , dibalas ucapan terima kasih oleh Xin Lei.
Bahasa Perancis: Teng Feng bertanya apa Xin Lei pernah pergi ke paris. Hal itu diiyakan oleh Xin Lei, ia  juga menambahkan kalau malam di paris itu sangat indah.
Bahasa Jepang : “Jika aku punya kesempatan aku ingin lebih mempelajari lagi bahasa Cina” ucap Teng Feng" ucap Teng Feng
“Jika kau mau aku bersedia untuk mengajarkanmu” balas Xin Lei
Bahasa Cina : “Aku hanya tahu sedikit “ ucap Teng Feng
“Sangat tepat” balas Xin lei, dan keduanya saling tersenyum.
Setelah Xin Lei keluar sang pegawai senior langsung tanya apa Xin Lei diterima menjadi asisten, Xin Lei memuji kalau Teng Feng adalah orang yang sangat baik. 
Mereka pun dapat bernafas lega kecuali Yang Ling yang terlihat tak terima dengan hal itu dan segera pergi.
Bi Zhu mendapat telfon, Xin Lei terlihat tertarik ingin tahu dengan siapa Bi Zhu bicara.
Bi Zhu dan Xin Lei akhirnya bergabung dengan Qin Lang, Ah Yi dan Ba Dao untuk makan malam bersama di luar. Bi Zhu senang karena Qin Lang telah berbaikan dengan Ba Dao, “Tidakkah kau ingin bicara beberapa kata?” pinta Bi Zhu, Ah Yi juga ikutan meminta Ba Dao bicara sesuatu pada Qin lang. 
Ba Dao mengiyakan, ia mengangkat gelasnya ke arah Qin lang dan bilang kalau Qin lang akan selalu jadi teman terbaiknya, “Siapa yang peduli tentang wanita”
“Heyy...” ucap Bi Zhu sewot. Mereka semua tertawa.
Qin Lang lalu mentoskan gelasnya ke Ba Dao. Ba Dao lalu berdiri ia berkata kalau ia masih penasaran dan ingin menjernihkan beberapa hal dengan Xin Lei. Qin Lang terdiam, Ah Yi minta Ba Dao tak mulai cari masalah. Ba Dao tak peduli dan tetap ngomong.
“Yu Xin Lei biar kuberitahu kau, Qin Lang itu orang yang sangat sangat baik, apa kau setuju?”
Xin Lei yang sedari tadi diam, melihat Ba Dao dengan bingung dan menjawab dengan menganggukkan kepalanya pertanda setuju.

Ba Dao lanjut untuk menanyakan sesuatu pada Xin lei dihadapan Qin Lang, “Apa kau sungguh mencintainya?” ucap Ba Dao sambil menggeser tubuh Qin Lang jadi menghadap Xin Lei. 
Baik Qin Lang dan Xin lei sama-sama kaget sepertinya keduanya mengingat insiden ciuman mereka kemarin. Xin Lei terlihat bingung tak tahu harus menjawab, sementara yang lain penasaran menunggu jawaban. 
Qin Lang berusaha mengalihkan suasana, “kau mabuk, duduklah” ucap Qin Lang sambil memaksa Ba Dao untuk duduk, “kau bicara tak masuk akal” tambahnya.
Sementara Xin lei tertunduk dan tampak tersipu malu, Qin Lang dan yang lain melanjutkan makanannya seolah tak ada yang terjadi tapi Ba Dao tetap lekat mengawasi ekspresi bahagia di wajah Xin Lei yang seakan menjawab pertanyaannya tadi.
Xin Lei menikmati pemandangan kota yang indah, Qin Lang datang minta maaf akan sikap Ba Dao tadi. Xin Lei menggeleng tak mempermasalahkan, ia merasa iri melihat Qin lang yang punya banyak teman dan keluarga.
Qin Lang tertegun mendengarnya“kau juga punya kami” ucap Qin Lang
Xin Lei tetap fokus menatap pemandangan di depannya, “kalau dilihat dari atas sini sepertinya setiap cahaya menghadirkan kehangatan keluarga tapi milikku tak ada”
Qin Lang balik badan “Bagaimana kau tahu kalau kau takkan menemukan cahaya milikmu disini, yang lebih penting kau tak boleh menyerah akan impian dihatimu”
Xin lei menatap Qin Lang, “Impian dihatiku?” tanyanya
“ya harapan dihatimu, katakan padaku apa harapanmu?”
Xin Lei bingung karena belum pernah memikirkan itu sebelumnya, “Di masa lalu aku punya semuanya jadi aku tak pernah punya impian khusus” Xin Lei balik menanyakan apa impian Qin Lang.
Qin Lang terlihat malu-malu, ia minta Xin Lei jangan tertawa kalau mendengarnya, Xin Lei mengiyakan. Qin lang masih malu-malu mengatakannya namun belum sempat ia bicara telfon Xin Lei berbunyi. 
Teng Feng menelfon Xin Lei memintanya untuk datang ke hotel. Xin lei minta maaf untuk pamit ke Qin Lang, Qin Lang yang merasa kesal tanya siapa yang menelfon dan menyuruh Xin Lei datang ke hotel diluar jam kerja. 
Xin Lei menjelaskan kalau sekarang ia adalah asisten pribadinya Teng Feng (kalau Xin lei manggilnya Mr. An Teng tapi aku tetep nyebut gitu aja) dan harus siap 24 jam melayaninya. Qin Lang langsung teringat nama itu,”Apa dia pikir dia itu president karena menginap di Presidential Suite? Dan tak bisa membiarkan orang lain istirahat?”
“Ini pekerjaanku” jelas Xin lei. Qin lang berkata akan mengantarkan Xin Lei dengan mobinya Ba Dao, Xin lei setuju dan meminta Qin Lang untuk buru-buru.
Qin Lang sepertinya benar-benar tak mau Xin Lei terlambat, ia  mengemudikan mobilnya dengan kencang dan terlihat  banting stir sana banting stir sini sampai-sampai Xin lei tercampak ke kanan dan ke kiri namun Qin Lang tetap fokus mengemudi. 
Qin Lang tetap tancap gas dan membuat Xin lei sampai harus berpegangan, “Stopp..!!” ucap Xin lei tiba-tiba. Qin Lang segera menginjak rem tepat di depan sebuah minimarket. 
Xin Lei segera berlari masuk ke dalam, Qin Lang bingung bukankah tadi Xin lei yang minta cepat-cepat tapi kenapa sekarang malah masuk ke minimarket.
Xin Lei kembali dengan membawa beberapa bir, Qin Lang tanya kenapa Xin lei membelinya dan dijawab kalau sebenarnya Xin Lei disuruh Teng Feng untuk membawakan beberapa bir. 
Qin lang dengan sewot bilang apa Teng Feng tak bisa beli sendiri hingga harus menyuruh seorang wanita membeli bir dan membawakan untuknya malam-malam begini, ia bilang kalau Teng Feng pasti pria hidung belang. 
Xin Lei menyuruh Qin lang berhenti bicara omong kosong karena Teng Feng tak lain adalah seorang musisi yang terkenal dan berkelas. “Ya dia berkelas dan lukisanku tak termasuk kelasnya”
“Lukisan apa?” tanya Xin lei bingung (karena dari awal smpe sekarang dia juga tak tahu urusan Qin Lang ke hotel itu apa)
“Bukan apa-apa” ucap Qin lang yang malas untuk membahas hal itu lagi, ia pun lanjut mengantarkan Xin Lei.
Xin Lei masuk ke kamar Teng Feng dan meletakkan bir ke atas meja. Teng Feng minta maaf karena telah menyusahkan dan berterima kasih pada Xin lei. Setelah meneguk bir nya ia menyerahkan sebuah surat kontrak dari Perancis yang harus dijawabnya besok, ia minta Xin Lei menterjemahkan surat itu. Xin Lei mengiyakan dan segera permisi.
Sedari tadi Qin Lang menunggu dengan cemas, begitu melihat  Xin Lei keluar  ia segera menghampiri Xin Lei dan tanya apa ia baik-baik saja.
 “Memangnya kau pikir apa yang akan terjadi” ucap Xin lei cutek.
Xin lei berlalu dan Qin lang di belakang memanyunkan bibirnya mengejek Xin Lei.
Xiao Yang tak sengaja melihat mereka berdua, ia bersembunyi agar keduanya tak melihatnya dan melewatinya begitu saja. Xiao Yang menunjukkan ekspresi kemarahannya melihat keduanya.
Esoknya Xin Lei tiba-tiba dihadang oleh seorang wanita berjas hitam saat hendak masuk ke dalam hotel. Wanita itu tanya apa Xin lei pegawai disini dan mengajaknya bicara. 
Keduanya duduk di taman, si wanita menyerahkan sebuah amplop yang tentunya berisi uang kepada Xin lei. Ia hanya minta agar Xin lei bersedia melaporkan seluruh kegiatan Teng Feng kepadanya serta rahasia yang dimiliki oleh Teng Feng karena Teng Feng sendiri sangat sulit diwawancarai secara pribadi.
“kau reporter kan?” tuduh Xin Lei dan menyuruh wanita itu untuk tanya sendiri pada Teng Feng. 
Xin Lei lalu melempar uang itu kembali ke atas meja dan menolak melakukannya, Xin Lei beranjak pergi, wanita itu memanggil apa karena uangnya kurang maka Xin lei tak mau, ia pun bersedia untuk menambah jumlah dengan yang Xin Lei inginkan.
“kalau begitu bagaimana dengan 1 Milyar” balas Xin lei, si wanita pun langsung pergi meninggalkan Xin lei. 

Bi Zhu yang baru datang berpapasan dnegan wanita tadi, ia menyapa Xin Lei yang tengah berdiri di depannya dan tanya siapa orang yang baru pergi itu. Xin Lei bilang bukan siapa-siapa dan mengajak Bi Zhu segera masuk.
Xin Lei menyerahkan tugas yang diberikan Teng Feng semalam kepada pemiliknya.
Teng Feng tanya apa Xin Lei menyelesaikan tugas itu  malam-malam, Xin lei mengiyakan. Teng Feng tanya berapa lama ia mengerjakannya. “Kurang dari 2 jam” jawab Xin Lei
Teng Feng memuji Xin Lei sangat cerdas, Xin Lei terlihat malu dan bilang kalau tugas itu tak terlalu sulit.
Manajer asing datang bersama pegawai senior, ia tercengang melihat kaleng bir di atas meja Teng Feng dan langsung marah besar.
“Kenapa ada bir disini? Bukankah aku sudah bilang dengan jelas kalau Teng Feng tak boleh minum bir?” Ia menghentakkan botol itu kembali dan tanya siapa yang membelinya. 
Xin Lei sempat tersentak, ia berusaha melindungi Teng Feng dengan mengaku ia yang membelinya dan meminta maaf, Teng Feng melirik ke  Xin Lei.
Xin Lei langsung dimarahi oleh si Manajer asing, ia mengarah ke Teng Feng dan menegaskan kontrak yang telah disepakati Teng Feng bahwa tak boleh ada alkohol  untuk diminum. Teng Feng masih diam tak menanggapi.
Xin Lei malah maju dan bilang kalau ia lah yang meminum bukan Teng Feng. Hal tersebut tentu tak bisa dipercaya si Manajer yang lalu memaksa Xin lei mengatakan yang sebenarnya, 
“Apa dia (Teng Feng) yang memintamu membelinya?!”
Xin Lei tertunduk dan tak menjawab, Manajer asing murka lalu bilang ke pegawai senior untuk memecat Xin lei kalau tetap tak mau mengatakan yang sebenarnya atau mereka yang akan pergi. 
Pegawai senior mendekat ke Xin Lei membujuk Xin lei mau bicara jujur, Xin lei melirik Teng Feng yang tak juga buka suara, ia kembali bohong dan  bilang kalau ia yang bawa bir itu pagi-pagi kesini dan meminumnya. 
Si Manajer Asing langsung minta Xin Lei dipecat saat itu juga. Xin lei beranjak keluar namun akhirnya Teng Feng berdiri dan buka suara, “Kalau kau memecatnya aku akan melanggar kontrakku”
Si manajer asing terdiam, Xin lei juga berhenti dan berbalik menghadap mereka. “Apa maksudmu?’ tanya manajernya
Teng Feng menekankan kembali kalau Xin Lei tak boleh dipecat. Manajer asing dengan kesal mengiyakan tapi ia minta agar mereka segera pindah dari hotel itu. 
Teng Feng menolak, ia berusaha menerangkan pada Ken (si manajer asing itu dan mulai sekarang saya sebut manajer ken) kalau ia tak bisa tidur semalam dan ia pikir minum bir akan membantunya untuk tidur itulah kenapa ia menyuruh Xin Lei membelinya, Teng Feng berjanji kalau itu adalah yang terakhir dan Manajer Ken bisa memegang janjinya itu. 
Manajer Ken akhirnya setuju, Xin Lei tak jadi dipecat dan Teng Feng tersenyum kepada Xin Lei.
Di luar kamar giliran Si Pegawai senior yang kena semprot sama Manajer Ken gara-gara keberadaan bir tersebut sementara Xin Lei hanya bisa diam berdiri mendengarkan mereka dengan penuh rasa bersalah. Setelah selesai Pegawai Senior berjalan melewati Xin Lei sambil menunjukkan muka juteknya (nasib jadi bos, kalau karyawannya bersalah maka ia juga ikut menanggung)
Xiao Yang mendatangi rumah Qin lang, Qin Lang membukakan pintu dan  terlihat malas saat tahu siapa tamunya, ia pun masuk begitu saja.
Xiao Yang ikut masuk mengejar Xin lang.
 Xiao Yang bilang masih ada beberapa lukisan yang belum Qin lang taruh di dinding jadi mengapa Qin Lang tak datang lagi ke hotel.
“Bukankah tamu musisi yang penting itu bilang kalau gambarku tak cocok untuk hotel kelas bintang 5 seperti kalian” jawab Qin Lang

“Itu dia, akulah putri pemilik hotel itu, aku akan melakukan keinginanku, jika aku tak bisa kita bisa menunggunya pergi dan menggantungnya kembali” 
Qin Lang tetap tak menggubris.
“Sayangnya dia akan pindah hari ini”tambah Xiao Yang
“kenapa?’ tanya Qin Lang mulai tertarik
Xiao Yang bilang kalau itu semua karena ulah Xin Lei yang telah melakukan kesalahan dan dimarahi oleh Si Manajer, Xiao Yang menambahkan kalau Xin Lei mungkin akan dipecat karena itu.
Qin Lang terdiam dan mulai khawatir terhadap Xin Lei. Qin Lang lalu mengajak Xiao Yang untuk kembali ke hotel. Xiao yang tak beranjak dan menatap Qiao Yang curiga. 
Qin Lang menarik tangan Xiao Yang, ia bilang tak peduli dengan orang yang tak menggubris gambarnya itu dan berniat untuk menyelesaikannya, padahal tentu itu hanya alasan agar Qin Lang bisa menemui Xin Lei disana.
Dengan alasan untuk meminta maaf Teng Feng menelfon Xin Lei  Xin Lei dan mengajaknya untuk makan siang bersama. Xin Lei hendak menolak undangan tersebut namun Teng Feng langsung menyebutkan jam mereka bertemu di Restauran hotel, ia pun sgera memutuskan telfonnya.
Xin Lei pun akhirnya pergi menemui Teng Feng di restauran, ia kaget saat melihat Teg Feng tengah bersiap mengantar tamunya yang tak lain adalah wanita yang dikira Xin Lei sebagai reporter. Wanita itu juga menatap Xin Lei dan bilang ke Teng Feng Xin Lei sangat bagus dalam menjaga kehidupan pribadi Teng Feng.
Setelah wanita itu pergi Xin Lei menghampiri Teng Feng dengan kesal dan bertanya apa Teng Feng bermaksud mengujinya dengan wanita itu. Teng Feng minta maaf, semua itu ia lakukan untuk benar-benar menjaga privasinya, ia berharap Xin Lei tetap mau menjadi asisten pribadinya. 

Tiba-tiba mereka mendengar suara Xiao Yang di pintu masuk, ia tengah marah karena penjaga tak mengijinkan ia dan Qin Lang masuk di hotel keluarganya sendiri.
“Qin Lang?” ucap Xin Lei bingung, Teng Feng lalu tanya apa Xin Lei mengenal mereka, Xin Lei pun mengiyakan. Teng Feng lalu memberikan aba-aba pada penjaganya untuk membiarkan Xiao Yang dan Qin Lang masuk.
Sesampainya di dalam kedua pasangan itu beradu pandang, Qin Lang tampak menatap tajam pada Teng Feng. Teng Feng mengulurkan tangan duluan hendak menyambut Qin Lang, Qin Lang yang tentu saja tak suka melihat pria lain ada disamping Xin Lei tak langsung mengulurkan tangannya, ia melirik sejenak tangan Teng Feng lalu perlahan menyambut uluran tangannya.

“Kudengar kau sangat tidak puas pada gambar yang ada di kamarmu” ucap Qin Lang sambil tetap mengenggam erat  tangan Teng Feng.
“Benarkah? aku tak begitu memperhatikannya apalagi gambar yang ada diruangan hotel. Mungkin Managerku yang bilang begitu, memangnya kenapa? Apa ada hubungannya denganmu?” jawab Teng Feng dalam bahasa inggris, Xin Lei lalu menerjemahkannya untuk Qin Lang. (dan begitu seterusnya)
Qin lang dengan tegas bilang kalau itu lukisannya, Xin Lei tertegun sementara Teng Feng meminta maaf dan berkata akan meminta managernya untuk meletakkannya lagi di kamar.
Qin Lang tentu gengsi dan menolak, ia menyuruh Teng Feng tak usah memaksakan diri kalau memang tak suka. Teng Feng merasa hal itu tidak masalah baginya lagipula ia sendiri tak begitu peduli
Qin Lang kesal mendengar, “kalau begitu kenapa kau mau meletakkannya lagi?”
“Karena kau adalah teman dari Yu Xin Lei dan aku peduli pada perasaannya” jawab Teng Feng
Xin Lei merasa tak enak mengartikan itu pada Qin Lang.
“kau tak perlu menterjemahkannya” tegas Qin Lang pada Xin Lei, “Aku sudah mengerti” Qin Lang kembali menatap tak suka pada Teng Feng.
Disaksikan oleh semua Qin lang kembali meletakkan lukisannya ke tempat semula di kamar Teng Feng. Xin Lei mengamati ekspresi wajah Teng Feng saat mengamati  lukisan milik Qin Lang seakan berusaha mencari tahu apakah lukisan itu menarik baginya atau tidak.
Teng Feng akhirnya bilang kalau ia menyukai lukisan dan minta agar tetap digantung disana. 
Xin Lei merasa lega sementara Xiao Yang turut memberi selamat pada Qin Lang karena lukisannya disukai oleh Teng Feng, begitu juga si Pegawai Senior yang ikut disana.


Tiba-tiba Teng Feng berkata bukan seperti itu maksudnya, Qin Lang pun dengan kesal tanya lalu apa maksudnya.
“Aku akan beritahu kau di kesempatan lain” ucap Teng Feng, Qin Lang mengeryitkan dahi tak mengerti apa maksudnya.
Xin Lei dan yang lain keluar dari kamar Teng Feng, selama berjalan Xin Lei berfikir kalau ia telah melihat ekspresi yang lain dari mata Teng Feng ketika melihat lukisan itu.
Qin Lang juga berfikir mengapa ia begitu peduli pada perasaan Teng Feng ketika melihat lukisannya atau pada ekspresi mata Teng Feng saat melihat Xin Lei”
Qin Lang lalu melirik Xin Lei yang sama-sama juga meliriknya, Qin Lang yang kesal karena melihat Xin Lei berduaan tadi langsung buang muka dan berjalan ke lain arah untuk menghindar, tiba-tiba pegawai senior memanggilnya dan bilang kalau Qin Lang salah arah, Qin Lang pun terpaksa kembali dengan menahan malu dan berdiri di belakang Xin Lei.
Qin Lang kembali ke pasar untuk membantu berjualan namun pikirannya masih dipenuhi rasa cemburu, ia kembali teringat saat melihat Xin Lei dan Teng Feng bersama dan mulai berandai-andai.

Lamunan Qin Lang:
Teng feng bilang kalau ia hanya peduli pada perasaan Xin Lei, Qin lang merasa kesal ia lalu maju dan menarik Xin Lei ke sampingnya, ia memperlihatkan pada Teng Feng agar Teng Feng melihat siapa sebenarnya ia dan Xin Lei. “kau mungkin tak tahu siapa aku, lihat ini...” Qin Lang lalu mencium Xin lei di hadapan Teng Feng dan Xiao Yang yang kemudian terkaget-kaget melihatnya. End
Pada akhirnya masakan yang dibuat Qin lang menjadi hancur bentuknya, Qin Lang mengutuki dirinya sendiri kenapa tak bisa melakukan yang dilamunkannya itu.
Tiba-tiba nenek muncul di belakang, “itu gosong (buruk, dalam pengucapannya bahasa aslinya kedua kata ini diucapkan sama)”
Qin Lang masih tak sadar, “ya benar itu sangat buruk”
Nenek bilang lagi dengan makna gosong.
“Iya aku sudah tahu kalau perbuatan itu buruk, aku tidak akan menunjukkan itu segera padanya (Teng Feng) Berhenti mengingatkan aku!”
Nenek langsung menjitak keras kepala Qin Lang dan bilang kalau masakan Qin Lang lah yang sudah gosong.
Nenek mengangkat Oyster omelet yang takkan bisa dijual lagi itu. Qin Lang melihat Ah Yi dan Ba Dao jalan ia langsung bilang ke nenek kalau Oyster omelet itu pasti bisa dijual.
Korbannya tentu saja Ba Dao dan Ah Yi, Qin Lang melempar begitu saja Oyster omelet itu ke meja mereka. Ba Dao berkata kalau mereka sudah merasa kecewa sebelum datang dan sekarang Qin lang memperburuk perasaan mereka. 
Sambil mulai makan Ah Yi cerita, mereka kurang bersemangat karena novel mereka belum juga masuk dalam daftar Bestseller.
Nenek datang dan memberi nasehat agar mereka tak berputus asa karena mereka baru memulai seminggu sementara dirinya sudah 2 tahun. 
Ba Dao tiba-tiba teringat pada Bi Zhu yang pernah berjanji akan membantu untuk membuat acara tanda tangan novel mereka ke seluruh daerah, Ba Dao minta Qin Lang untuk menelfon Bi Zhu. Qin Lang tak mau dan menyuruh Ba Dao melakukannya sendiri.
Ba Dao dengan pede  bilang kalau ia tak mau membuat Bi Zhu salah paham dan merasa Ba Dao menaruh hati padanya. Ah Yi akhirnhya menjadi penengah dan menelfon Bi Zhu.
Bi Zhu yang tengah berada Xin Lei di halte menerima telfon itu dan dengan senang hati menyetujuinya. Teng Feng muncul memberhentikan mobilnya di depan Xin Lei dan Bi Zhu. Mereka berdua lalu melambaikan tangan pada Teng Feng. 
Teng Feng menawarkan tumpangan, Xin Lei hendak menolak namun Teng Feng berkata kalau itu adalah perintah. Xin Lei tertawa kecil mendengarnya dan mengajak Bi Zhu ikut dengan Teng Feng. Sambil masuk ke mobil Bi Zhu bilang ke Ah Yi kalau ia akan mematikan telfonnya sekarang karena harus pergi bersama Teng Feng.

Qin Lang lalu tanya bagaimana hasilnya, Ah Yi bilang kalau Bi Zhu belum selesai bicara karena harus ikut dengan seseorang bernama Teng Feng dan sepertinya Xin Lei juga ikut. Qin Lang terdiam sejenak lalu menyuruh Ah Yi untuk menelfon Bi Zhu lagi.
Di mobil Bi Zhu dengan senang bercerita kalau ia bahagia Ba Dao mengajaknya dalam acara tanda tangan, Bi Zhu mengajak Xin Lei untuk ikut dalam tur keliling mereka.  Xin Lei menolak karena tempat mereka bekerja tak mengijinkan dua karyawan cuti bersama terlebih dia masih sebagai asisten Teng Feng selama konser musik belum selesai. Bi Zhu merasa kecewa.

Xin Lei lalu tanya kenapa Teng Feng bisa keluar malam-malam begini, Teng Feng pun menyuruh Xin Lei tidak memberitahu siapapun kalau ia keluar diam-diam. Bi Zhu cemas kalau mereka berdua akan dimarahi seperti nasib Xin Lei kemarin. Teng Feng bilang ia merasa bosan dan ingin jalan-jalan namun ia tak tahu jalan dan minta Xin Lei yang menunjukkan, Xin Lei dengan senang hati tanya kemana Teng Feng mau pergi.
Mereka lalu berhenti di depan gedung teater yang sepertinya akan digunakan Teng Feng sebagai tempat pertunjukannya, Xin Lei dan Bi Zhu sama-sama senang melihat kemegahan gedung itu. Teng Feng membawa keduanya masuk dan menghidupkan lampu sebuah panggung yang diatasnya terdapat sebuah piano. Teng Feng mendekat dan membuka piano itu berniat untuk memainkannya.
Sementara itu Qin lang terus saja memaksa Ah Yi kembali menelfon meski berulang kali tak diangkat. Ba Dao minta agar mereka menelfon Bi Zhu lain kali saja namun Qin Lang tetap tak mau. Qin Lang beralasan kalau apa yang sudah direncanakan harus langsung diselesaikan. Ah Yi dan Ba Dao sama-sama lelah dan tetap akan pergi. 

Qin Lang memukul meja dengan sendok goreng, “Kau tak boleh pergi kalau masih mau menjadi saudaraku!” keduanya tetap tak peduli, Qin Lang mulai memanggil lagi dengan gaya layaknya seorang pemain opera Cina.
“Persahabatan dan kesetiaan berharga 1000 pound emas” ucap Qin Lang seperti sambil bernyanyi.
Ah Yi dan Ba Dao berbalik, Qin Lang melanjutkan lagi nyanyiannya dan membuat semua orang menatap heran padanya. Ba Dao dan Ah Yi segera membekap mulut Qin Lang agar diam.
Xin Lei sungguh menikmati permainan piano Teng Feng. Sementara itu akhirnya Bi Zhu mengangkat telfon dari Qin Lang, ia langsung memberitahu Qin Lang dimana mereka berada dan bilang kalau Xin Lei tengah berada bersama Teng Feng. Qin Lang langsung membangunkan kedua sahabatnya yang sudah tertidur itu dan mengajaknya pergi mencari Xin Lei.

Permainan musik Teng Feng membawa Xin Lei kembali pada ingatan bersama ayah dan ibunya, XIn Lei dengan ceria bermain piano bersama sang ayah dan sang ibu yang memandang mereka dengan gembira. 
Qin Lang memaksa Ba Dao melajukan mobilnya dengan kencang, Ba dao menolak dan bilang kalau ini sudah maksimal, Qin Lang tak peduli ia mencengkram paha Ba Dao hingga Ba Dao menjerit kesakitan dan meminjak gas lebih kencang lagi.

TengFeng tersenyum pada Xin Lei setelah permainannya selesai, Xin Lei tergerak untuk ikut bermain. Xin Lei pun mengambil tempat disebelah Teng Feng dan mereka memainkan kembali musik tadi bersama-sama. 
Qin Lang yang sudah sampai di depan gedung segera berlari ke dalam untuk mencari Xin Lei.
Qin Lang akhirnya tiba di gedung tersebut (hebat Qin Lang bisa tahu) ia segera berlari ke dalam mencari Xin Lei.
Xin Lei dan Teng Feng selesai bermain, keduanya saling tersenyum bahagia. Tepat saat itu Qin lang tiba  disana dan menyaksikan dengan hati sakit karena cemburu melihat keakraban Xin Lei dan Teng Feng. 
Tiba-tiba Teng Feng merasa terpesona pada Xin Lei, ia menaikkan tangannya seperti hendak mengelus pipi Xin lei tepat di depan mata Qin Lang yang berdiri terpaku.



No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.