SINOPSIS

Wednesday 9 April 2014

Corner With Love Eps 14 Part1

Perhatian!!!
Mohon untuk tidak meng-COPAS Tulisan di Blog ini!!!
Bagi yang ingin mengambil Tulisan dari Blog ini harap menyertakan LINK HIDUP
Di bawah postingan yang diambil dari Blog ini!
Baik itu nantinya di ubah atau Dirapikan
Mohon hargai penulis!! Terima Kasih ^^

Corner With Love Eps 14 Part1

Qin Lang merasa terluka melihat Xin Lei melangkah berdua bersama Shan Dong menuju pentas. Qin Lang hendak menghampirinya namun Xi Xian langsung menarik tangan Qin lang hingga Qin lang hanya diam di tempatnya. Cui Gue, Xiao Pang dan Che Ren juga menyaksikan hal tersebut.

Di atas panggung Shan Dong menyapa semua tamu yang merupakan teman lama mereka berdua. Dalam pidatonya kepada para tamu itu Shan Dong menyatakan beberapa hal yang mengejutkan bagi Qin Lang dan Xin Lei. 
Pertama,ia berterima kasih karena Xin Lei mau kembali padanya. Seluruh penonton bertepuk tangan sedangkan Xin Lei merasa tak nyaman dengan pernyataan itu. 

selanjutnya Shan Dong mengatakan kalau ia telah mempersiapkan acara kejutan untuk Xin Lei. 
Shan Dong menggeser tubuhnya, Xin Lei kaget melihat kedua orang tuanya ada disana. Ia berlari menghambur ke pelukan sang ibu. Ayah dan ibu Xin Lei meminta maaf dan berjanji kalau mereka akan selalu bersama sekarang. Orang tua Shan Dong juga keluar, Sheng Quan dan Qin lang menyaksikan itu dengan penuh haru. 

Namun keharuan Qin lang lenyap tatkala Xin Lei juga menghamburkan pelukan terima kasih pada Shan Dong. 

Terakhir Shan Dong menyatakan permintaannya pada orang tua Xin Lei untuk menyerahkan Xin Lei padanya dengan janji akan membuat Xin lei selalu bahagia, keceriaan Xin Lei pun hilang ditambah Shan Dong yang mengeluarkan cincin dan meminta Xin Lei untuk menikah dengannya.

Orang tua Xin lei dengan senang hati menyerahkan jari Xin Lei pada Shan Dong, Xin Lei merasa gusar terlebih ketika Shan Dong berkata “Maukah Kau menikah denganku?”
Xin Lei tak menjawab namun juga tak menolak, ia hanya diam bahkan tak menatap ke Shan Dong.
Shan Dong mulai memakaikan cincin itu hingga selesai dan menarik Xin Lei ke dekatnya. Para tamu bertepuk tangan merayakan kebahagiaan mereka.

Sementara itu Cui Gue, Che Ren dan Xiao pang merasa khawatir akan keadaan Qin lang sekarang. Sheng Quan mendatangi Qin lang, ia memegang erat bahu Qin lang sebelum pergi sebagai isyarat untuk memintanya tabah. Qin Lang benar-benar tak bisa menahan air matanya lagi, baginya perjuangannya telah berakhir sampai disini.

Ia tak tahu kalau Xin Lei juga menahan air matanya, pandangannya mengedar ke seluruh pengunjung, tiba-tiba ia memutuskan untuk pergi dari panggung itu tepat saat Qin lang juga berbalik badan karena tak sanggup melihat Xin Lei. 
Xin lei lari meninggalkan acara hingga membuat orang tua  Shan Dong dan orang tuanya terlebih Shan Dong sendiri kaget akan tindakan Xin Lei yang tiba-tiba itu.
Xi Xian langsung berlari mengejar Xin Lei.

Xin Lei masuk ke kamar mandi dan lama memandangi dirinya di cermin, ia ingat ada cincin yang tersemat di jarinya. Sambil menangis Xin Lei berusaha menarik cincin itu dan ia tak bisa karena cincin itu terlalu erat melekat di jarinya. Tangis Xin Lei semakin pecah karena hal itu, Xi Xian juga menangis melihat keadaan Xin Lei.

Cui Gue, Che Ren dan Xiao pang kini sibuk menenangkan Qin lang yang tak mau berhenti minum. Mereka mengajak Qin lang untuk segera pergi. “Kenapa kita harus pergi, hari ini hari besar Xin lei kita harus minum untuk merayakannya” ucap Qin Lang sambil meneguk minumannya lagi. ketiganya memegangi Qin lang yang mulai mabuk namun Qin Lang bersikeras ia baik-baik saja dan kembali minum.

Ibu Shan Dong bertanya kepada ibunya Xin Lei (Hui Mei) apakah Xin lei baik-baik saja.
Hui Mei mengiyakan ia bilang Xin Lei hanya grogi karena ini sangat tiba-tiba. Ibu Shan Dong pun mempercayai hal itu. tapi tidak dengan Shan Dong yang sepertinya tahu apa alasan dibalik sikap Xin Lei, ia pun semakin murung mencemaskan hal itu.

Xin Lei merasa frustasi, ia tak bisa membiarkan pernikahan ini terjadi ia bergegas hendak mengatakan tidak pada Shan Dong. Namun pada saat keluar Xin Lei berpapasan dengan Qin lang yang sudah mulai mabuk. Xin Lei kaget ia hendak merangkul Qin lang saat melihat Qin lang hampir terjatuh karena mabuk namun Qin lang dengan kasar menghempaskan tangannya dan menyuruhnya menjauh. Xin Lei terkejut akan tindakan kasar Qin lang.
“Qin Lang dengarkan aku”
“kau lah yang dengarkan aku!” bentak Qin Lang “Aku sungguh bahagia akhirnya kau menemukan suami yang bagus, aku sungguh mendoakanmu bahagia” ucap Qin Lang tersedu-sedu, tiba-tiba Qin lang merasa ingin muntah sehingga ia langsung lari masuk ke toilet dan menahan mulutnya.

Xin Lei mengetuk pintu ia tanya bagaimana keadaan Qin lang, sambil menangis ia memohon Qin Lang membukakan pintu untuknya.
Qin Lang berteriak mengusirnya, ia juga mencurahkan tangisnya disana. Qin lang bahkan tak ingin mendengarkan penjelasan Xin Lei lagi, meskipun Xin Lei memohon ia tetap mengusirnya. 

Cui Gue, Che Ren dan Xiao Pang tiba. “Nona kau dengar kan dia tak mau melihatmu” ucap Che Ren. Xin Lei pun akhirnya pergi dari sana. Ketiganya langsung meminta Qin Lang membuka pintu.

Qin lang dibawa ke kamar dalam keadaan tak sadar. “Cui Gue bukankah kau bilang kalau manusia itu tuan dari takdir mereka sendiri?” tanya Xiao Pang
“Manusia tak bisa melawan tuhan karena tuhan mengatur pemberian dan mengatur cinta, tuha mengatur semuanya itulah tuhan” jawab Che Ren. 

Xiao Pang menyatakan kekecewaannya pada tuhan karena telah bertindak kejam dengan memisahkan Qin Lang dengan Xin Lei, diikuti oleh Che Ren yang juga ikut-ikutan marah. 
Tiba-tiba petir menggelegar keduanya sontak kaget dan langsung berpelukan. Keduanya langsung buru-buru minta maaf dan bilang kalau mereka hanya bercanda. Haahaaa...

Cui Gue melihat Qin lang gelisah,ia lalu melonggarkan kerah Qin lang dan menatap dengan penuh kasih ke Qin lang.



Ayah Xin Lei berterima kasih pada Shan Dong yang telah menyelesaikan masalah finansial mereka. Shan Dong berkata itu bukan apa-apa. Hui Mei lalu minta Shan Dong menyampaikan rasa terima kasih mereka pada orang tua Shan Dong karena telah menerima kehadiran mereka dan Xin Lei.
“Paman, Bibi, aku telah memesan kamar hotel ini, kalian bisa tinggal disini beberapa waktu” ucap Shan Dong mengesankan orang tua Xin Lei.

“Aku tak mau tinggal disini” ucap Xin Lei tiba-tiba
“Ayah, Ibu ini bukan rumah kita, lagipula kita tak punya alasan untuk menerima pertolongan dari Shan Dong”
Shan Dong berdiri ia minta Xin Lei tak begitu memikirkan hal itu.
“Xi Xian bisakah orang tuaku tinggal di tempatmu untuk sementara?’ tanya Xin Lei tak memperdulikan ucapan Shan Dong. Xi Xian bingung untuk menjawab, Xin lei berhasil membuat bingung mereka semua, ia lalu mengajak kedua orang tuanya pergi.
“Kenapa tak tunggu sampai besok saja” ucap Hui Mei
Xin Lei mempersilahkan keduanya bersitirahat namun ia tetap akan kembali ke rumah Xi Xian. Xin Lei langsung pergi hingga membuat Shan Dong dan yang lain terheran-heran.

Shan Dong mengantar Xin Lei dan Xi Xian pulang, ia melirik Xin Lei yang terus diam. Xin Lei ternyata mengingat betapa kecewanya Qin lang padanya tadi. Hal itu membuatnya mengambil keputusan, ia meminta Xi Xian turun duluan sementara ia mengajak Shan Dong untuk bicara.

Setelahnya Shan Dong bertanya kenapa Xin lei tak menerima kebaikannya
“Kenapa aku harus menerimanya?”
“Setelah pesta tadi kau terlihat begitu bermasalah, sebenarnya apa yang terjadi?”
“Kenapa kau tak memberitahuku tentang cincin itu?” tanya Xin lei dingin pada Shan Dong
“Mana ada pria di dunia ini yang mendiskusikan pelamarannya dengan pacarnya dulu” Shan Dong tanya apa yang ia lakukan salah, apakah ia telah berbuat salah pada Xin Lei.
“Tidak, kau tidak melakukan kesalahan apapun” ucap Xin Lei mulai melembut. Ia meminta Shan Dong pulang duluan saja karena ia masih ingin berjalan-jalan dulu.”Ini sudah sangat malam kemana kau akan pergi?”
“Jangan khawatir, aku bukan Xin Lei yang dulu lagi” Shan Dong menatap sedih melihat Xin Lei.

Qin lang tetap sesekali muntah meskipun ia tertidur, untungnya ada Che Ren dan Xiao Pang yang baik yang mau menungguinya. Xiao Pang tanya apa mereka harus memanggil dokter. Che Ren bilang tak ada obat yang manjur untuk penyakit Qin Lang ini. 

tak lama mereka mendengar suara ketukan di pintu. Keduanya kaget dan bergegas turun saat melihat sosok Xin lei. “kenapa kau ada disini? Kau hampir membuatnya mati, apa kau ingin memperburuk situasi?” ucap Xiao Pang langsung setelah membukakan pintu. Xin Lei yang ditanya tak menjawab dan langsung masuk menuju kamar Qin lang.

Xin lei mendekati Qin lang yang tengah tertidur, ia menatapnya dan juga membelai rambutnya. Xin Lei terus menatap sosok Qin lang dengan begitu sedihnya. Setelahnya ia kembali pulang dan menangisi entah dirinya entah diri Qin lang.

Qin lang pun terbangun, hal pertama yang diingatnya adalah kenangannya dengan Xin lei, ia juga ingat ucapan Bi Zhu padanya.

“Ketika Yin Shan Dong muncul, dia jelas-jelas menolaknya, dia bilang dia takkan kembali dengan Yin Shan Dong, dia ingin selalu denganmu” (Qin Lang)

Ia teringat kenangan manis dan terakhir kenangan pahitnya bersama Xin Lei.

Esok paginya Xin lei menjemput orang tuanya di hotel, kedua orang tuanya serasa enggan meninggalkan hotel dan mengikuti Xin lei ke rumah Xi Xian.
Xi Xian dengan senang hati menyambut kedatangan Xin Lei dan orang tuanya, ia minta maaf karena tempatnya begitu kecil. Orang tua Xin Lei saling bertatapan menyaksikan kondisi rumah tersebut.

Hui Mei tanya apa mereka berempat akan tinggal di rumah yang kecil itu. “Aku sungguh tak mengerti kenapa kita harus tinggal disini” tanya ayahnya.
Xin Lei bilang bisa tinggal disini juga sudah bagus mengingat ia dan Xi Xian juga tak punya banyak uang. Perlakuan kedua orang tuanya mengingatkannya akan perlakuan yang sama yang ia lakukan pada Qin lang dulu saat pertama masuk ke rumahnya. Hal itu membuat Xin lei teringat menanyakan mengapa ada apa dengan rumah mereka di taiwan kenapa ada dua pemilik kunci disana apa rumah itu memang benar milik mereka.
Hui Mei tersenyum mengiyakan, ia bilang itu adalah rumah yang dibelinya bersama teman baiknya bersama.
“bersama?”
“ya, jadi bagaimana dengan Yi Ting?” tanya Hui Mei “Apa dia baik-baik saja? Aku ingat terakhir kali ia punya anak bernama Qin lang, dia pasti sudah seusiamu sekarang”
“Apa ibunya Qin lang teman baik ibu?” tanya Xin Lei
Hui Mei membenarkan, “Ia bahkan berjanji kami bisa tinggal bersama-sama ketika tua nanti, “Tapi kemudian aku bertemu ayahmu jadi aku meninggalkan rumah itu padanya dan keluarganya”

Xin Lei benar-benar syok mendengar penjelasan itu yang akhirnya menjawab pertanyaannya selama ini. ibu menegur Xin Lei karena sedari tadi diam saja, ia lalu tanya apa Yi Ting dan Qin lang baik-baik saja. “Aku ingat Yi Ting pernah bilang akan emmbawa ibunya tinggal bersamanya, yang aku tahu ibunya penjual jajanan di pasar, aku bahkan tak ingat apa yang dijualnya”
Xin Lei langsung menyambar tas nya dan bergegas pergi. 

Xin Lei berlari masuk ke restauran 131 dan menanyakan dimana Qin lang. “Dia tidak disini” ucap Xiao Pang cuek. Xin lei kembali memohon pada Che Ren dan Xiao pang namun tak ada tanggapan ia lantas tanya ke Cui Gue dimana Qin lang. “Qin Lang sungguh tak disini, kami juga tak tahu dimana dia” ucap Cui Gue. Che Ren mengatakan kemarin hati Qin lang sungguh terluka, ia juga mengingatkan kalau Xin lei akan menikah dan melarangnya mengganggu Qin Lang lagi.
Xin Lei merasa sedih mendapat perlakuan seperti itu, ia pun keluar dengan kecewa.
Xin Lei bertanya-tanya dimana Qin Lang sekarang.

Yang dicari ternyata tengah berjalan-jalan untuk mencari udara segar atau lebih tepatnya menenangkan diri. Qin Lang mendatangi rumah lama Xin Lei, ia teringat dulu ia pernah bekerja disana menjadi supirnya Xin Lei, dulu ia pernah marah karena Xin Lei memberikan tiket gratis padanya dan terakhir ia melihat Xin Lei lari ke perlukan Shan Dong saat keluarganya bangkrut. 

Qin lang meneruskan perjalanan,jarak ia dan Xin Lei kini hanya terpisah oleh sebuah gedung saja. 
Qin lang berhalusinasi melihat Xin Lei di seberang sana melambaikan tangan padanya, Qin Lang dengan ceria membalas lambaian itu, namun sesaat ia pun tersadar kalau itu cuma khayalannya saja. Tepat saat itu Xin Lei pun lewat dan Qin Lang tak menyadarinya. 

Terakhir Qin lang mendatangi sebuah toko piano yang dulu pernah ia dan Xin Lei datangi.
Qin lang tersenyum melihat piano itu masih sama, ia menutup mata mencoba membayangkan permainan  piano Xin Lei yang dulu khusus dimainkan untuknya. 
Qin Lang masih mendengar bunyi itu, perlahan ia membuka mata dan melihat Xin Lei asli kini memainkan nada yang sama membelakanginya.
Qin lang tertegun, tak yakin kalau itu nyata, “Jika ini memang mimpi maka aku tak mau bangun, tolong jangan bangunkan aku” Qin Lang kembali menutup mata meresapi permainan tersebut.

Xin Lei memainkan musik tanpa tahu ada Qin lang dibelakangnya, setelahnya ia berdiri dan kaget melihat Qin Lang ada di hadapannya. Perlahan Xin Lei berjalan mendekat melihat Qin lang masih menutup mata. 
Dengan takut-taku Xin Lei hendak menyentuh pipi Qin lang, namun keburu Qin lang membuka matanya dan semakin yakin kalau ia tidak sedang bermimpi. Xin Lei cepat menurunkan tangannya dan tanya apa yang dilakukan Qin Lang disana. Qin Lang balik tanya hal yang sama.
“Tentu saja aku disini, apa kau tahu ini dimana?”
“Tentu saja aku tahu, ini adalah tempat dimana seseorang memainkan piano untuk seseorang” ucap Qin lang. Xin Lei membenarkan, ialah yang membawa Qin lang kemari makanya wajar kalau ia ada disana. Qin lang tak mau kalah, karena ia pernah dibawa makanya ia bisa kemari.

Xin Lei tanya kenapa Qin lang selalu muncul dimanapun ia ada lalu pergi begitu saja tanpa alasan dan mabuk tanpa alasan.
“Kau tak pernah menjelaskan apapun bagaimana aku bisa mengerti?”
“Baiklah akan kujelaskan sekarang”
Xin Lei lalu tanya kenapa Qin lang ke Shanghai, kenapa Qin lang ada di pesta dan juga ada di rumah Xi Xian untuk mencarinya lalu malah lari menjauh.
“Aku pergi ke rumah Xi Xian untuk bilang kalau rumahku...”
“Dibeli bersama-sama oleh ibumu dan ibuku” sambar Xin Lei langsung.
“Kau tahu?”
“Ibuku memberitahuku”
“Lalu kenapa kau tutup pintumu” bentak Qin lang
“Aku belum tahu saat itu” ucap Xin Lei
“kau belum tahu? Jadi itukah sebabnya kau menerima lamaran Shan Dong? Jika kau tahu lebih awal apakah kau akan menolak lamarannya?”

“Apa yang coba kau katakan? Apa hubungannya itu dengan rumahmu?” tanya Xin Lei bingung.
Qin lang bilang tidak ada, ia sudah terlanjur kesal karena Xin Lei menerima lamaran Shan Dong. “Apa kau punya masalah? Apa aku pernah bilang kalau aku menerima lamarannya?”
“Apa kau menolaknya!” tegas Qin lang
Xin Lei terlanjur kesal, “Ya tentu saja, kenapa aku harus menolaknya? Bukankah dongeng selalu berakhir dengan pangeran dan putri hidup bahagia bersama apa kau senang sekarang?”
Qin lang mengiyakan dengan kesal, keduanya berpisah dengan cara yang biasa.

Qin Lang keluar dengan kesal tak lama ia masuk lagi dan menghampiri Xin Lei, ia tanya mengapa sebenarnya Xin lei ada disana.
“Tolong jangan ganggu aku aku sedang bekerja”
“Kau bekerja disini?”
“Memangnya tak boleh?” balas Xin Lei. Qin lang mengejek Xin Lei yang ternyata masih bekerja padahal akan menjadi istri orang kaya. Xin Lei tak menghiraukannya dan mempersilahkan Qin lang pergi. Qin Lang tak mau, “Memangnya aku tak boleh membeli piano” ucapnya sambil masuk lebih dalam melihat-lihat isi toko dan memanggil si pemilik toko.

Si pemilik toko keluar, Qin lang tanya mana piano yang paling mahal. “Sepertinya aku pernah melihatmu?” ucap si pemilik toko. Qin lang mengiyakan ia bilang kalau ia dan Xin Lei pernah kemari dulu. Si bos tambah senang saat tahu mereka berteman, ia berjanji akan memberikan diskon pada Qin lang. 

Qin lang berkata ia harus mengetes dulu suara piano itu. “Apakah ada seseorang yang bisa memberi demosntrasi untukku?” tanya Qin lang sambil menatap Xin Lei. Xin Lei menolaknya. Si bos bertanya bukankah Xin Lei bisa memainkannya dan minta ia memainkan untuk temannya.

“Bagaimana kalau yang ini, teman lama” ucap Qin lang sambil mendekati salah satu piano. Qin lang menang sekarang, Xin Lei dengan terpaksa memainkan piano untuk Qin lang.
Qin lang terus cengengesan karena berhasil mengerjai Xin Lei, ia nampak amat sangat menikmati dentingan musik tersebut. Begitu pun dengan Xin Lei yang awalnya kesal namun perlahan ia semakin menikmati permainannya. Ia pun terus tersenyum selama bermain, keduanya saling mengenang kenangan indah bersama.

                                                                           

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.