SINOPSIS

Monday 18 November 2013

Corner With Love Eps 8 Part 2

Corner With Love Eps 8 Part 2
Teng Feng akhirnya menceritakan kakaknya yang telah tiada kepada Xin Lei, ia  khawatir suatu saat seiring berjalannya waktu kenangan bersama kakaknya perlahan kan terhapus dari ingatannya.
Xin Lei meminta Teng Feng menutup mata, meski tak begitu mengerti untuk apa Teng Feng tetap melakukannya. Xin Lei lalu menyuruh Teng Feng cerita seperti apa kakaknya itu. Teng Feng menyebutkan satu per satu ciri kakaknya, setelah selesai ia pun membuka matanya kembali.


 Xin Lei menegaskan kalau kakak Teng Feng masih ada dihatinya dan takkan pernah menghilang. Teng Feng semakin bersedih, ia tak bisa rela ditinggalkan seperti itu hingga air matanya pun akhirnya tak lagi terbendung. Ia menangis mengatakan kalau ia sangat merindukan kakaknya, Xin Lei memegang pundaknya dan menepuk-nepuk untuk menenangkan Teng Feng.

Qin Lang tiba dengan sepedanya di atas jembatan. Xin Lei lalu memeluk Teng Feng untuk memberinya ketenangan namun hal itu justru dilihat oleh Qin Lang, ia merasa syok dan memutuskan untuk pergi meninggalkan mereka.


Xin Lei dan Teng Feng lalu menaiki kapal dan turun untuk menikmati pemandangan di sekitar dermaga. Cerita Teng Feng membuat Xin Lei teringat akan Qin Lang, ia merasa takkan merasa kesepian selama Qin Lang ada menemaninya. 
Tiba-tiba sepatu Xin Lei yang sebelah terjatuh ke laut. Xin Lei berteriak kaget, Teng Feng mendekat, mereka berdua melihat ke arah sepatu yang masih mengambang di atas air.

Tanpa pikir panjang Xin Lei langsung melompat untuk mengambil sepatunya yang tak lain adalah pemberian dari Qin Lang. Teng Feng kaget melihat aksi Xin Lei dan hendak mencegah namun Xin Lei sudah terlanjur menceburkan diri. Ia lalu berenang ke arah sepatu itu, sementara itu dari atas Teng Feng mengambil foto Xin Lei dengan Hpnya.


Xin Lei akhirnya berhasil, Teng Feng tiba-tiba teringat saat Xin lei mengatakan kalau sepatunya hanya ada satu di dunia dan dibuat oleh desainer yang aneh dan saat itu pula Qin Lang yang ada dibelakangnya juga ikut menyahut, Teng Feng tersenyum, ia akhirnya paham siapa pemilik sepatu itu.
Xin lei melihat Teng Feng yang tengah tersenyum itu dari bawah sambil mengangkat sepatunya tinggi-tinggi.



Qin Lang duduk menggalau sendiri di pinggir laut, hal ini tentu saja karena ia terus dibuat cemburu oleh beberapa kedekatan Xin Lei dengan Teng Feng.



Dengan keadaan basah kuyup Xin Lei kembali ke hotel bersama Teng Feng sambil menenteng sepatunya.  Teng Feng menekan pintu lift sambil terus memperhatikan sepatu itu. Ia sepertinya paham bagaimana perasaan Xin Lei pada Qin Lang.


 Bi Zhu dan yang lain akhirnya melihat Qin lang datang mereka langsung mendekat dan tanya apa Qin Lang berhasil menemukan Xin Lei, “Aku ingin istirahat” jawab Qin Lang dengan lemah. Bi Zhu mencegahnya dan tanya apa yang sesungguhnya telah terjadi. Qin lang hanya bilang kalau ia sungguh lelah, melihat raut wajah Qin lang yang begitu tak bersemangat Bi Zhu akhirnya mengakui kalau ia telah membohongi Qin Lang tentang kencan Xin Lei itu dan meminta maaf.

“itu sudah tak masalah lagi, lagipula kau memang benar” Bi Zhu dan yang lain memandang Qin lang dengan heran, “Dari awal Xin Lei seharusnya memang lebih cocok dengan Teng Feng, mereka adalah pasangan serasi, Ba Dao juga pernah berkata seperti itu kalau seorang Tuan putri seperti Xin Lei tak mungkin jatuh cinta dengan orang biasa” Qin Lang kembali berjalan dengan lesu.

Ba Dao memandang heran, “Sejak kapan ia begitu mendengar kata-kataku?” ungkapnya pada yang lain, “Sepertinya kali ini dia sungguh berfikir kalau Xin Lei kencan dengan Teng Feng” ucap Ah Yi. “Tapi sungguh tajk ada hubungan apapun antara Xin Lei dan Teng Feng” tambah Bi Zhu
“Qin Lang dan Xiao Yang itu juga hanya teman” ungkap Ah Yi
Bi Zhu akhirnya merasa kalau Qin Lang dan Xin Lei hanya salah paham satu sama lain.


Di dalam lift Teng Feng berterima kasih kepada Xin lei, ia lalu mengingatkan Xin Lei untuk langsung berendam di air hangat agar tak kena flu, Xin Lei mengangguk mengiyakan.


Sementara itu Ah Yi tanya ke Bi Zhu kira-kira siapa yang akan dipilih oleh Xin Lei apakah Qin Lang atau Teng Feng. Bi Zhu kesulitan menjawab. “Apa yang kalian lakukan disini?” tanya Xin Lei kepada mereka. “Kalian berdua dari mana saja?” tanya Ba Dao menghampiri keduanya. 
Xin Lei minta maaf telah membuat khawatir, Ah Yi tanya apa Xin lei baru saja menyelam karena bajunya basah semua, Bi Zhu lalu menghampiri Xin Lei dan bilang ada sesuatu yang penting untuk dikatakan, ia lalu menarik Xin lei pergi. 


Xin Lei mengeringkan sepatunya dengan hairdryer, “Apa dia sungguh mengatakan itu?” tanyanya pada Bi Zhu yang sudah uring-uringan disebelahnya. “Ya, dia juga bilang kalau kalian adalah pasangan yang serasi, Xin Lei merasa geram mendengarnya. ia memutuskan pergi mencari Qin lang.



Xin Lei menggedor pintu kamar Qin lang, Ah Yi yang hanya mengenakan celana hitam pendek membukakan pintu, “Aku kesini mencari Qin Lang!” ucap Xin Lei dengan tegas. Ah Yi terkejut dan langsung menyembunyikan tubuhnya sambil menunjukkan ke arah Qin lang.


Qin lang tersadar siapa yang datang itu, ia langsung menarik selimut dan pura-pura tidur. Xin lei masuk begitu saja tanpa memperdulikan Ba Dao yang juga tak memakai pakaian dan kaget mendapat serangan tiba-tiba dari Xin lei.
Bi Zhu mengikuti sambil menutupi pandangannya.


“Aku tahu kau belum tidur, bangunlah!” ucap Xin Lei di samping tempat tidur Qin lang. Bi Zhu merasa panik melihat Ba Dao dan Ah Yi bertelanjang dada. Qin lang tetap tak bergeming dan membuat Xin lei semakin kesal dan menarik selimutnya, “Aku bilang bangun!”
“Ada apa?!” teriak Qin lang
“Keluarlah, ada sesuatu yang harus aku bicarakan denganmu!”
Xin Lei langsung keluar dari kamar, disusul oleh Qin lang. Bi Zhu senyum-senyum melihat mereka, Ah Yi langsung bersembunyi ke kamar mandi sementara Ba Dao yang ada dia tas tempat tidur tak bisa lari kemana-mana dan hanya menutupi diri dengan selimut.

Qin lang mengikuti Xin Lei hingga ke kolam renang. Xin lei lalu tanya apa maksud ucapan Qin lang pada Bi Zhu. Tanpa mereka sadari ketiga teman mereka tengah mengamati secara diam-diam dibalik tembok.
Qin lang bilang kalau apa yang ia katakan adalah benar. “Apa benar kau merasa seperti itu” ungkap Xin lei, Qin Lang ragu menjawab.
Bi Zhu dan Ah Yi sama-sama berharap Qin lang tidak diam saja dan bicara perasaannya sebenarnya.

Xin Lei : “Apa kau pikir aku kurang baik untukmu”
Qin lang : “Tidak, bukankah itu kau”
Xin Lei : “Kenapa denganku?”
Qin lang : “Tidak apa-apa, bukankah kita juga telah putus?”
Xin lei : “begitukah? Dari awal orang yang mengatakan pada semua orang kalau kita pacaran adalah kau, sekarang yang mengatakan putus juga adalah kau apakah belum cukup kau memutuskan segalanya tentang kita”
Qin Lang : “kau ini aneh, bukankah kau yang bilang begitu, kau yang bilang tak perlu berbohiong ke nenek”
Xin lei terdiam, ia lalu mengatakan kalau ia menyuruh untuk melakukan itu setelah mereka kembali ke rumah, Qin Lang tanya apa bedanya sekarang dan nanti. “Tentu saja itu beda” tegas Xin lei.



Qin lang merasa jengah, ia berbalik badan dan bilang tak mengerti apa yang diucapkan Xin lei, Xin Lei merasa kesal dan mendorong tubuh Qin Lang hingga terjatuh ke dalam kolam. Bi Zhu dan yang lain kaget.

Qin Lang berdiri dan menatap marah ke Xin lei. “Intinya adalah sekarang dan ditempat ini kita masih sepasang kekasih dan siapapun yang layak untukku bukanlah hal yang harus kau urusi” Xin Lei hendak pergi. Qin Lang menggenggam tangan Xin lei, “Tunggu dulu”
“Ada apa?”
“Bukankah kita sepasang kekasih kalau begitu kita harus berbagi sakit senang sama-sama!” Xin lei mendelik belum sempat ia bertindak Qin lang sudah menarik tangannya ke bawah dan menjatuhkannya ke air. Yang lain kembali kaget.


Xin lei berdiri dan memukuli Qin lang dengan kesal berkali-kali, Qin lang menagkap kedua tangan Xin lei dan menariknya lalu mencium bibirnya, Bi Zhu ikutan memonyongkan bibirnya sementara Ah Yi dan Ba Dao terpana menyaksikan hal itu.
Xin lei membuka matanya sebentar lalu menutupnya kembali dan membiarkan Qin lang menciumnya.



Bi Zhu, Ah Yi dan Ba Dao akhirnya berjalan kembali ke kamar “Apa ada seseorang yang bisa menjelaskan padaku apa yang terjadi?” ucap Ah Yi. Bi Zhu bilang ia juga tak sepenuhnya mengerti .
“Cinta, Cinta yang rumit dan sulit” ucap Ba Dao. Bi Zhu tanya apa yang bisa mereka lakukan untuk membantu, Ba Dao berkata untuk tak terlalu buru-buru dan jangan bergerak sembarangan, Bi Zhu dan Ah Yi langsung berhenti berjalan.
Ba Dao menoleh kebelakang dan tanya kenapa mereka berhenti. Keduanya saling memandang kemudian jalan kembali.

Qin lang dan Xin lei duduk bersebelahan dengan rasa malu-malu.
“Kenapa kau dorong aku ke air?” tanya Xin lei duluan.
“Kau yang melakukannya duluan”
“Lalu kenapa kau menciumku?” tanya Xin lei lagi.
“Bukankah kau duluan yang bilang kalau kita sepasang kekasih memangnya apa yang salah kalau seorang pria mencium kekasihnya.
“Lalu kita akan putus setelah kembali ke taipei?” tanya Xin Lei
“Aku takkan menyentuhmu meski kau memohon”
“Heii..apa kau sudah bosan hidup! Beraninya kau bilang begitu” Xin lei kembali dibuat kesal. Keduanya lalu sibuk dengan pikirannya masing-masing lalu sama-sama menuduh. Xin lei menuduh Qin lang bersama dengan Xiao Yang sementara Qin Lang menuduh hubungan Xin Lei dan Teng Feng. Lalu keduanya juga membantah disaat bersamaan.

“Aku melihat sendiri kau dengan Teng Feng”
“Lalu bukankah kau berciuman dengan Xiao Yang” Qin lang terdiam.
“Tunggu dulu, kau bilang kau melihatku dengan Teng Feng? Apa kau mengikutiku?”
“Siapa bilang, kau pikir aku tak punya hal lain untuk dilakukan, kalian saja yang berpelukan di tengah jalan, semua orang di Gaoxiang bisa melihat kalian” cetus Qin Lang.
“Kau benar-benar mengikutiku! Dasar rendahan”
Qin Lang tak terima baginya itu bukan mengikuti karena semua orang bisa saja melihatnya. “meskipun semua orang di Gaoxiang bisa melihat tapi kau bukan orang Gaoxiang”
“Aku besar di Gaoxiang jadi aku juga bisa dibilang penduduk disini” tegas Qin lang. Keduanya pun lanjut bertengkar hingga melupakan hal romantis yang baru saja terjadi diantara mereka.
Qin lang menyuruh agar Xin lei memohon kalau mau ditemani jalan-jalan besok, Xin Lei tak mau, ia memilih menggunakan peta. Qin Lang mengingatkan tak semua tempat ada di peta, Qin lang beranjak pergi, Xin lei yang kembali kesal mengomel di belakang Qin lang dan menendangnya hingga terjatuh kembali ke kolam. Qin lang membalas dengan menyirami Xin lei.

Esok paginya Bi Zhu mendapat paggilan darurat dari Manager mereka, ia segera membangunkan Xin lei untuk bergegas pulang kalau tidak mereka akan dipecat oleh Manager Ken. Xin Lei bilang kalau Qin lang hendak mengajak mereka keliling hari ini. Bi Zhu menyuruh untuk melupakan hal itu, mereka semua akhirnya kembali pulang.

Sesampainya di hotel mereka dimarahi habis-habisan oleh Manajer Ken, ia mengancam akan melaporkan mereka dengan tuduhan penculikan, Bi Zhu membela diri, ia bilang Teng Feng lah yang menginginkan hal itu. 
Manager Ken berteriak kalau hanya ia yang berhak memutuskan apapun untuk Teng Feng. Ia juga kesal karena si Pegawai senior hanya bisa minta maaf. Xin lei bilang kalau Ken terlalu banyak menekan Teng Feng sehingga Teng Feng merasa butuh sedikit ketenangan. Manajer Ken tentu tak terima atas ucapan Xin lei

Xiao Yang tak percaya pada Qin lang, ia sudah tahu kalau Xin lei takkan pernah keluar dari rumah Qin lang jika tak menerima gaji. 

Manajer ken tanya kenapa Xin lei tak dipecat setelah melakukan kesalahan dan tetap mendesak si Pegawai Senior agar memecatnya. Teng Feng menghentikan, satu-satunya yang harus disalahkan adalah ia sendiri bukan Xin lei.


Manajer Ken menegaskan kalau ia merasa tak cocok dengan Hotel itu, Teng Feng menolak berpindah hotel, Manajer Ken lalu meminta agar Xin Lei saja yang diganti.
Xin lei akhirnya bicara, ia minta Teng Feng berhenti bertengkar dengan Manajernya. Manajer Ken minta asisten yang lain. Yang Ling lalu mengajukan dirinya namun Teng Feng menolak untuk mengganti posisi Xin lei dan menegaskan kali ini ia yang membuat keputusan. Manajer Ken menyerah, Teng Feng minta Xin Lei untuk mengantarkan pakaian ke kamarnya, Xin lei mengangguk namun ia buru-buru menunduk saat Manajer Ken manatapnya.

Setelah Manajer Ken dan Teng Feng pergi Yang Ling memperingatkan mereka dengan sewot agar tak ceroboh dalam bertindak dan merusak reputasi hotel. 
Bi Zhu balas menyindir Yang Ling hanya kesal karena Teng Feng tak mau menerimanya jadi asisten pribadi. “Kalau kau yang jadi asisten pribadinya itu baru namanya merusak reputasi hotel”
Sebagai senior Yang Ling tak terima dihina mereka berdua akhirnya bertengkar mulut, si pegawai marah dan mencengkram leher Bi Zhu, Xin Lei hendak membantu Bi Zhu melepaskan diri alhasil di pegawai terjatuh membentur meja.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya Xin lei kaget.
Si pegawai membentaknya, Bi Zhu mengingatkan kalau ia duluan yang berbuat onar. Manajer Liu pun muncul dan tanya apa yang terjadi, Manajer Liu bilang kalau Teng Feng menyuruh Xin lei untuk menemuinya. Xin lei pun pergi kesana. Begitu pula dengan Bi Zhu, si pegawai memegangi kepalanya yang sakit dengan rasa kesal.



Teng Feng ingin Xin Lei memilihkannya pakaian untuk ia kenakan di konser, Xin lei mulai memilih, Teng Feng terus memandang Xin Lei. Xin lei membantu Teng Feng memakaikan dasinya.
“Kurasa ini terlihat bagus untukmu, bagaimana menurutmu?”
Teng Feng juga menyukainya namun ia bilang ia tak bisa pergi seperti itu ke konser. Xin lei menjadi bingung.
“Jika aku katakan padamu apa kau mau merahasiakannya?” Xin lei tersenyum mengiyakan.
Teng Feng lalu mengambil sesuatu dari brankas, tanpa ia sadari si pegawai mengintip mereka diam-diam. 

Teng Feng menunjukkan sebuah cincin indah, itu adalah hadiah ulang tahun yang diberikan almarhum kakaknya ketika ia berusia 20 tahun. Itu juga kali pertama ia menghadiri fertival di Berlin dan memenangkan penghargaan sebagai pendatang baru dan ditahun itu juga kakaknya meninggal. Xin Lei merasa tak enak hati, Teng Feng lanjut bilang kalau ia selalu memakai cincin itu disetiap pertunjukannya sebagai jimat keberuntungan.
“Kau menggunakan tanggal ulang tahun kakakmu sebagai kata kunci lemarimu benar kan?”
Teng Feng tersenyum mengiyakan, “Besok adalah ulang tahun kakakku, aku sudah menyiapkan 2 tiket kursi yang terbaik untukmu, datanglah”
Xin lei mengiyakan dan berjanji akan membawa mawar kesukaan Teng Feng. Si Pegawai tersenyum licik dan pergi diam-diam.

Xin Lei kembali ke rumah dan mendapati surat dari Xi Xian di depan pintu pagar. Intinya Xi Xian merasa lega setelah mendapat surat dari Xin lei, pembantu dan juru masak Xin Lei pasti sudah diajari dengan baik. 
Xi Xian memberitahu kalau ia sudah bekerja di perusahaan dan meminta Xin lei agar tak mengkhawatirkannya, meskipun begitu ia tetap merindukan kenangan bersama Xin lei. Di akhir suratnya ia meminta Xin lei menjaga dirinya baik-baik. Xin Lei amat terharu membacanya ia segera menulis balasan ke Xi Xian.

Isinya bahwa ia sangat baik sekarang dan tak usah khawatir, ia menceritakan Teng Feng sebagai teman barunya seorang pianis terkenal. Serta pembantunya yang masih suka mengomel (muncul gambar Xin Lei yang diajari mengelap jendela bersama nenek) 

serta tukang masak yang sering lupa waktu dan memasak banyak makanan (muncul Ah Da dengan rakus menghabiskan makanan di atas meja) dan Qin lang yang masih menjadi supirnya (muncul gambar Qin Lang tengah membonceng Xin Lei, Qin lang menyuruh Xin lei membawa masuk belanjaan mereka, Xin lei masuk duluan, Qin lang mengikuti. Xin lei langsung menutup pintu pagar tanpa melihat hingga pintu itu menghantam wajah Qin Lang). 
Terakhir Xin lei mengatakan kalau Xi Xian akan selalu menjadi teman baiknya. Xin lei lalu mengirim suratnya.

Ah Da tanya dimana Xin lei selarut ini, nenek berkata Xin lei sedang mengirim surat. Ah Da lalu teringat kalau besok Xin lei akan menerima gajinya. Qin Lang dan nenek menghentikan makannya, “Bukankah kau bilang ia harus pergi setelah mendapat gaji pertama” nenek tersedak mendengarnya. Ah Da lanjut menanyakan hal itu ke Qin lang. Qin Lang terdiam.

“Sesuai peraturan harusnya seperti itu, dia tidak merusak perjanjian kan?” ucap nenek. Qin lang mengangguk pelan. Ah Da tanya apa ia bisa memiliki kamarnya kembali nanti, Ah Da merasa girang, nenek membentaknya karena Ah Da merasa bahagia padahal Xin lei pasti menderita. “jangan bilang kau tak bahagia, bukankah kau yang tetap bersikeras agar dia pergi”
Xin lei telah sampai dan mendengar ucapan Ah Da itu.

“Tentu saja aku gembira kalau Xin lei pindah” ucap nenek dengan raut wajah yang sebaliknya. Nenek lalu tanya ke Qin lang apa ia merasa bahagia. Qin lang tampak berfikir, ia lalu pura-pura mengiyakan ucapan nenek. Xin lei terlihat kecewa. 



Nenek menyuruh Qin lang memberitahu Xin lei hal itu, Qin lang menolak. Xin lei lalu masuk dan mengingatkan mereka kalau ia bukan orang yang suka ingkar janji dan menegaskan kalau ia akan pindah besok. Nenek tanya kemana Xin lei akan pindah. Qin lang merasa tak enak dan tak berani menatap Xin Lei.
Xin lei bilang ia akan pindah ke mes hotel. Qin lang akhirnya berdiri, “Bagaimana bisa kebetulan seperti itu?”
“Ya itu kebetulan! Apa kau puas sekarang” Xin lei hendak pergi, Qin Lang lalu memanggilnya. Nenek ikut berdiri dan bilang kalau Xin lei tak boleh berbohong di rumahnya. Xin lei tak peduli ia sudah membulatkan tekad dan langsung masuk ke kamarnya. Nenek melirik wajah Qin lang yang terlihat sedih.
  



Di kamarnya Qin lang tak bisa tidur memikikan ucapan Xin lei yang menegaskan kalau ia takkan ingkar janji. Begitu pula dengan Xin lei yang memikirkan ucapan Qin lang pada neneknya tadi. 
Xin lei memutuskan keluar bersamaan itu juga Qin lang keluar dari kamarnya keduanya saling berhadapan namun hanya bercakap dalam hati dengan tatapan.
Xin lei : “Sungguh berbeda sekali, dulu kau akan mencari segala cara untuk mempertahankanku sekarang kau bahkan tak sabar ingin aku keluar”
Qin Lang : “Berhenti bersikap berani, kalau kau memang mau tinggal aku bisa membantumu mengakui itu kepada nenek”
Xin Lei :”Kenapa kau ingin aku untuk tinggal”
Qin Lang : “Kalau aku mermintamu tak pergi apa kau mau tinggal? Sebenarnya...”
“Aku berharap kau...” ucap Qin lang terputus, “kau minta aku apa?” tanya Xin lei. Qin lang terlihat gugup. Xin Lei mengira kalau Qin Lang pasti ingin ia segera pergi saja, dengan marah ia mengatakan kalau akan segera pergi.



“Kenapa kau menyimpulkan seperti itu” ucap Qin lang. Xin lei bilang ia tak seperti seseorang yang berpura-pura tak menginginkan orang lain pergi padahal ia mengatakan sangat ingin dan tak bisa bilang.
“Siapa bilang aku tak bisa! Tolong keluarlah, lebih cepat lebih baik”
“Akhirnya kau mengatakannya sendiri “
“Ya aku berterima kasih padamu karena aku jadi bisa mengatakannya”
Xin lei mengingatkan kalau mereka harus segera putus sesuai janji. Qin lang berkata itu tak masalah, Xin Lei membentak.
“Apa kau memanggil namaku karena ingin kubantu beres-beres”
“tak perlu aku bisa sendiri”
“Kalau begitu ku harap kau bisa bersenang-senang saat melakukannya” keduanya sama-sama pergi dan saling membuang muka.

Setelahnya Qin lang merasa menyesal karena mengatakan hal sebaliknya dari yang ingin ia katakan sementara di kamarnya Xin lei menunduk sedih.

Ketika sarapan pagi hanya Ah Da yang terlihat bersemangat menghabiskan makanannya. Ia heran melihat Qin lang, Xin lei bahkan Nenek hanya termenung. Seteh disentak oleh Ah Da mereka baru mulai makan. Nenek menanyakan apa Xin lei akan bekerja hari ini, Nenek terlihat susah untuk melanjutkan ucapannya.

Xin lei seakan menangkap maksud nenek, ia bilang sudah memberitahu Qin lang akan pulanga cepat nanti untuk membereskan barang-barangnya. “Baiklah” ucap nenek perlahan dan terlihat merasa bersalah. 
Tiba-tiba Qin lang membuka suara memanggil neneknya, nenek tanya apa ada yang ingin Qin lang sampaikan. Qin lang bilang tidak, Xin Lei dan nenek terlihat kecewa. 

Xin lei memanggil nenek, nenek menunggu dengan antusias, “Aku...” Xin lei menatap Qin lang dan juga tak jadi bicara. Ah Da akhirnya kesal dan menyuruh mereka untuk bicara. Xin lei akhirnya berkata ia akan pindah malam ini dan berterima kasih pada semuanya. Nenek menghindar pura-pura mengambil saus di dapur begitu pula dengan Ah Da. Xin lei dan Qin lang sama-sama terdiam di meja makan. “Akuu....” ucap keduanya bersamaan.






No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.