Mohon untuk tidak meng-COPAS Tulisan di Blog ini!!!
Bagi yang ingin mengambil Tulisan dari Blog ini harap menyertakan LINK HIDUP
Di bawah postingan yang diambil dari Blog ini!
Baik itu nantinya di ubah atau Dirapikan
Mohon hargai penulis dan sesama Blogger!!Terima Kasih ^^
Tinggal
dua episode lagi ternyata, gak terasaaaaa...Btw ini adalah sinopsis drama
pertamaku yang kubuat sejak mendirikan blogku tercinta (cieleehhh,,,,). Itu
berarti gak tersasa sebentar lagi bakal nyampe setahun usia blog ku ini. gak
nyangka kok semuanya bakal dengan mudah mendukung hubungan Ahmon dan Qi yue ya?
Begitu juga nenek yang tadinya akupikir bakal jadi pihak yang akan paling
menyulitkan Ahmon dan Qi yue ternyata cukup dengan satu episode ini sudah bisa
memberikan restunya. Well kalo gitu kira-kira konflik apa dong ya yang bakal
muncul di episode selanjutnya? Sepertinya hal itu ada hubungannya dengan surat
yang membuat hati Ahmon menjadi gusar di episode ini.
But..seluruh
episode ini tampaknya lebih menjadi milik pasangan Qing zi dan Yuan yi
dibanding milik Ahmon, hehe...gantian dongg...kita kan udah rindu pengen denger
kisah Yuan yi dan Qing zi juga. Plus cerita sang ayah yang ternyata juga jago bermain kendo. So...HappY Readingg...^^
Qing
zi dan Yuan yi akhirnya memulai kencan mereka, Qing zi mengajak Yuan yi memakai
baju pasangan berwarna ungu warna kesukaannya karena sesuai dengan arti kata Zi
pada namanya. Yuan yi akhirnya menyetujui semua keinginan Qing zi karena
melihat kekasihnya itu begitu senang.
Mereka lalu masuk ke foto box dan mengambil beberapa foto kemudian berlanjut minum es dari satu gelas yang sama. Qing zi kemudian
memikirkan lagi apa yang biasa pasangan lakukan saat kencan. Yuan yi menegurnya
baginya Qing zi terlihat seperti anak anjing yang sedang pipis di tiang listrik
untuk menandai wilayah miliknya dan Yuan yi merasa iya sedang diperlakukan
seperti tiang listrik itu. Qing zi pun membantah dan marah-marah pada Yuan yi
hingga akhirnya Yuan Yi pun meminta maaf padanya.
Yuan yi merasa Qing zi sangat
merasa terdesak untuk mengumumkan pada dunia tentang hubungan mereka. Qing zi
tertohok, iya lalu bertanya apakah Yuan yi ingat mengapa mereka bisa bersama,
“Karena payung merah” jawab Yuan yi. Qing zi berkata meskipun hubungan mereka
dimulai dari taruhan namun ia ingin menciptakan kenangan mereka sendiri karena
itulah iya melakukan semua hal ini.
Yuan yi tetap merasa bingung baginya setiap
hari yang mereka lalui bersama adalah sebuah kenangan sehingga tidak perlu sengaja
membuat khusus seperti ini. “Kita selalu menganggap bahwa kita memiliki hari
yang tak terhitung jumlahnya, bagaimana jika tidak? Dan jika kita sembarangan
membuang hari ini maka memori besok bukankah akan kosong?” Yuan yi akhirnya
mencoba menyingkirkan rasa herannya. Mereka pun melanjutkan menghabiskan es
tersebut bersama-sama.
Ahmon
berjalan sendiri dan tak sengaja berpapasan dengan pasangan Qing zi dan Yuan
yi. Iya pun tersenyum melihat kemesraan pasangan tersebut dan melanjutkan
kembali langkahnya dengan perasaan sedih.
Yuan
yi berniat mengantarkan Qing zi pulang, namun Qing zi menolak ia mengingatkan
lagi perjanjian bahwa hari ini ia bebas
memilih pergi ke tempat yang ia mau, maka Yuan yi pun bertanya tempat mana lagi
yang mau ia datangi.
Ternyata tempat yang ingin dikunjungi Qing zi tak lain adalah tempat tinggal Yuan yi,
Yuan yi buru-buru sibuk membersihkan kamar kecilnya itu sebelum Qing zi masuk.
Qing zi senang dan bertanya apakah dirinya adalah wanita pertama yang melihat
kamarnya. Yuan yi menjawab tidak, Qing zi merasa sedih namun Yuan yi meneruskan
bahwa neneknya lah yang setiap minggu pasti datang kesana, Qing zi pun kembali
senang setelah mendengarnya.
Yuan
yi berkata ia akan pergi membeli makanan dan menanyakan pesanan Qing zi, Qing
zi malah memberikan jawaban yang membuat Yuan yi terkejut setengah mati, “Aku
ingin menghabiskan malam disini” Yuan yi sampai-sampai menjatuhkan seluruh baju
yang dipungutnya tadi setelah mendengarnya.
Qi
yue masuk ke kamar Ahmon dan bertanya darimana saja dirinya tadi. Ahmon
menjawab bahwa ia sudah mengantuk, ia lalu menarik Qi yue untuk duduk sementara ia sendiri tidur di pangkuan Qi yue. Ahmon lalu menceritakan dirinya melihat
Qing zi dan Yuan yi memakai baju pasangan saat perjalanan pulang tadi,
“Tidakkah itu luar biasa?”
Mendengar
hal tersebut Qi yue langsung teringat ucapan Qing zi padanya yang mengatakan
bahwa ia mungkin akan berpisah dengan Yuan yi karena harus ikut pindah dengan
ayahnya.
Sementara
itu di kamarnya Cute Yuan yi tampak
kebingungan antara akan melakukannya atau tidak, ia pun duduk jauh dari Qing zi
dan bergelut dengan pikirannya tersebut untuk mencari keputusan. Ia lalu
bertanya pada Qing zi, “Apa sungguh kita bisa?” Qing zi tampak ragu namun ia
memantapkan hatinya dan mengiyakan.
Yuan yi pun memantapkan hatinya dan
berbalik menghadapi Qing zi, Qing zi kaget dan langsung menutup matanya. Yuan
yi berhenti, ia menjadi ragu setelah melihat wajah Qing zi yang pucat, Qing zi
berkeras bahwa ia bisa melakukannya. “Kenapa? Aku tidak mengerti? Apakah ini salah
satu memori yang ingin kau buat?” Tanya Yuan yi akhirnya yang tak habis pikir
dengan kekerasan hati Qing zi. Ia meminta Qing zi untuk menghentikan semuanya.
“Tidakkah kau ingin bersamaku?” tanya Qing zi lagi, kali ini Yuan yi semakin
bingung, ia melepaskan Qing zi dan ragu untuk menjawab, ia pun berlari dan
bersembunyi ke kamar mandi, meninggalkan Qing zi yang kini merasa sedih. Yuan
yi mendinginkan diri dengan mencuci wajahnya, Yuan yi yang bingung kembali
bergulat dengan pikirannya dan akhirnya ia mengatakan bahwa dirinya adalah pria
normal yang pasti menginginkan hal tersebut.
Ahmon
akhirnya tertidur di pangkuan Qi yue sambil dielus-elus kepalanya.
“Tak ada
yang perlu dikhawatirkan, Ahmon terlihat sangat lelah, kami berdua
sangat-sangat lelah, perasaan yang belum ia tangani merupakan masalah yang
ditinggalkan, hal ini berbeda dengan setiap orang. Selain itu ia bisa
mengandalkanku, perasaan seperti ini benar-benar membuatku bahagia” (Qi yue)
Yuan
yi yang masih sesak nafas karena panik (wkkkk...anggap aja gitu) akhirnya
keluar menghadapi Qing zi, masih menjaga jarak dengannya akhirnya Qing zi mendekat dan menyandarkan kepalanya ke Yuan
yi, ia mengatakan bahwa Yuan yi itu adalah pria yang baik.
Tiba-tiba Hp Qing zi
berbunyi namun Qing zi malah mematikan Hp nya setelah tahu itu adalah panggilan
dari ayahnya. Ayah Qing zi pun merasa kesal karena putrinya itu tidak menjawab
telfonnya dna mencoba menghubungi kembali namun ia tak dapat melakukannya
karena ternyata Qing zi telah mematikan Hp nya. Ayahnya pun hanya bisa cemas
menunggu Qing zi.
Yuan
yi pun menanyakan apa sebenarnya yang
sedang dialami Qing zi. Qing zi lalu mengatakan satu-satunya
masalah besar yang ia hadapi kini adalah pacarnya sama sekali tak tertarik
kepadanya, karena takut terdengar oleh tetangganya Yuan yi langsung membekap
mulutnya dan menjatuhkannya. Qing zi merasa dirinya kurang menarik bagi Yuan
yi, Yuan yi menghentikan omongan itu dengan telunjuknya lalu mengatakan bahwa
pria baik juga mempunyai dorongan dan meminta Qing zi untuk menghentikan
pembicaraan tersebut.
Ia meminta agar Qing zi segera tidur saja. Qing zi
menurutinya dan meminta Yuan yi untuk menceritakan dongeng padanya, berhubung
Yuan yi tidak tahu bagaimana bercerita maka Qing zi hanya minta diceritakan bagian
akhirnya saja. Mereka pun memulai dengah cerita putri salju, dan berikut
selanjutnya setiap Qing zi menyebutkan judul Yuan yi pun menceritakan akhir
yang terjadi terhadap kisah tersebut yang selalu berakhir dengan bahagia
selamanya.
Qing zi pun akhirnya tertidur, Yuan yi menunggu Qing zi menyebutkan
judul selanjutnya namun kemudian ia sadar bahwa Qing zi sudah tertidu rpulas,ia
pun menyelimuti Qing zi dan memandangi wajahnya. Yuan yi lalu mendekat dan
mencium kening, setelah mematikan lampu ia pun terduduk memperhatikan Qing zi.
Nenek
pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Xue wei, sementara Xue wei tengah
berbicang dengan Yoo hui, meski anak-anak mereka tetap mendukung pernikahannya
namun yang lebih mengkhawatirkan Xue wei adalah cara untuk mengatakan keadaan
sebenarnya pada nenek. Yoo hui meminta Xue wei mendoakan Qi yue dan Ahmon
bersama. Xue wei hendak melakukan hal itu namun ia terkejut saat melihat nenek
telah berdiri di depan pintu.
Nenek masuk dan menanyakan keadaan Xue wei
pada Yoo hui, Yoo hui mengatakan Xue wei perlu istirahat selama dua hari. Nenek
menyebut Xue wei ceroboh karena tak menyadari kehamilannya dan memintanya untuk
lebih berhati-hati dari sekarang. Xue wei akhirnya berdiri dan meminta maaf,
nenek mengira bahwa Xue wei meminta maaf karena keadaannya sekarang namun
ternyata Xue wei meminta maaf untuk hubungan Qi yue dan Ahmon. “Jadi kau pikir
mereka bisa jatuh cinta dan menikah?” ucap nenek sedikit kesal.
Yoo hui bicara
untuk mendukung Ahmon begitu juga dengan Xue wei, dan akhirnya Xue wei berlutut
di depan nenek untuk memohon nenek menerima hal tersebut. Nenek marah dan
menyuruhnya berdiri, Xue wei tetap berusaha memohon kepada nenek, takut melihat
ibunya semakin kesal Yoo hui akhirnya membantu istrinya berdiri. Ia mengatakan
tidak bisa begitu saja menghiraukan pendapat dari ibunya, “Pemikiranmu akan
menentukan apakah keluarga kami akan tetap bersama atau terpecah”. “Kalau
begitu kau harus terpecah” jawab nenek dengan santainya, Xue wei pun semakin
bersedih ketika mendengar hal tersebut.
Yoo hui tampaknya ingin menentang
ibunya namun ia ragu-ragu untuk mengatakannya, nenek tersenyum sinis “Apakah
restuku begitu penting? Kau seorang ayah tetapi kalah dengan putramu sendiri”
Yoo hui tak mengerti akan pernyataan ibunya itu. nenek akhirnya mengatakan
bahwa Ahmon telah mengunjunginya siang ini, Yoo hui dan Xue wei sama-sama
bingung, nenek akhirnya tersenyum “kau pikir putramu itu akan mendengarkan
perkataanku?” ucapnya kemudian.
Flashback:
sesaat setelah nenek meminum obatnya untuk mendengarkan ucapan Ahmon, Ahmon
akhirnya mengatakan bahwa dirinya kini tengah menyukai seseorang, ia tak peduli
jika neneknya itu tak suka dengan pilihannya,namun sebelum sempat ia
mengucapkan siapa nama wanita tersebut nenek sudah menebak dengan tepat bahwa
wanita itu adalah Qi yue. Ahmon pun terkejut, nenek berkata dirinya sudah lama
mencurigai semua hal itu, itulah mengapa dirinya menjodohkan Ahmon dengan Meidi
dan menyuruh Xue wei untuk lebih memperhatikan. Ahmon bertanya apa yang akan
neneknya lakukan sekarang, nenek balik menanyakan hal itu kepada Ahmon.
Ahmon
terdiam dan berfikir, ia lalu bercerita tentang pelajaran biola yang dulu
pernah didapatnya da nmeninggalkan kenangan mendalam padanya,hal itu memberikan
pelajaran pada Ahmon bahwa tidak masalah jika ia mengadakan pertunjukan biola
luar biasa atau dengan biola yang biasa, yang paling penting bahwa musik itu
sudah ada dihatinya. Ahmon lalu menghubungkan hal itu dengan masalahnya “Tak
peduli aku dan Qi yue adalah saudara ataupun pasangan karena tak peduli bagaaimana
orang akan melihatku Qi yue sudah ada dihatiku” ucap Ahmon tegas. Flashbackend
Xue
wei dan Yoo hui akhirnya tersenyum mendengar hal tersebut. Nenek akhirnya
meminta mereka melakukan apa yang diinginkan.
Yoo hui kembali ke rumah membawakan makanan untuk
Qi yue dan Ahmon, ia bingung ketika tak mendapat jawaban lalu bergegas mencari
mereka ke atas. Yoo hui masuk ke kamar Ahmon dan kaget saat melihat Ahmon dan
Qi yue sama-sama tertidur, ia pun tersenyum dan menutup pintu secara perlahan.
Di rumahnya ayah Qing zi masih duduk di sofa
menunggu putrinya itu kembali.
Qi
yue akhirnya terbangun dan tersenyum melihat Ahmon yang masih tertidur
dipangkuannya. Yoo hui memasak sarapan untuk mereka, Qi yue terkejut melihat
kehadiran Yoo hui dan bergegas untuk membantunya, Yoo hui mengatakan dirinya
ingin menikmati kegiatan memasak ini lagi.
Qi
yue pun pergi ke kamar mandi untuk menggosok gigi, namun ia kaget saat Ahmon
muncul dari balik tirai dan minta diambilkan handuk. Qi yue memarahi Ahmon yang
tidak mengunci pintu, Ahmon kesal lalu hendak keluar dan menggeser tirainya, Qi
yue berteriak dan menjatuhkan sikat dan gelasnya lalu berlari keluar.
Di
luar Qi yue berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia tak melihat apapun, namun
akhirnya ia sedikit kecewa dan berharap bisa melihat sedikit tadi (hahaha...)
Ahmon tiba-tiba membuka kembali pintu kamar mandi sehingga Qi yue terjatuh kebelakang
dan langsung ditangkap oleh Ahmon. Qi yue terkejut dan meronta-ronta minta
dilepaskan sementara Ahmon yang jahil membiarkan Qi yue berteriak-teriak
seperti itu. nenek tiba-tiba muncul dan dan syok melihat mereka, ia lalu
berteriak marah kepada mereka, Ahmon segera melepaskan pelukannya dan berbalik menghindari nenek.
Ketika
sarapan nenek pun memarahi sikap keduanya. Selain Qi yue, baik Ahmon maupun Yoo
hui sama sekali tak memperdulikan hal
tersebut. Yoo hui malah asik mencari nama untuk anaknya kelak sementara Ahmon
tampak lahap menikmati sarapannya.
Yoo hui mengusulkan nama Xiaoqiang namun
Ahmon menolak karena nama itu berarti kecoa. “Jiang Qiang jika itu perempuan,
itu artinya bunga mawar” tambah Yoo hui. Nenek memukul meja karena kesal pada
Yoo hui yang membahas nama itu sekarang dan tidak memperdulikannya membahas
masalah Ahmon. Ahmon malah minta tambah, Yoo hui dengan senang hati
mengambilkan makanan untuk putranya itu. nenek berteriak kesal karena tidak
diperdulikan.
Yuan
yi dan Qing zi berjalan bersama dengan canggung karena kejadian semalam.
Tiba-tiba Qing zi dikagetkan dengan kehadiran ayahnya di kampus, ayahnya
langsung menariknya untuk pergi. Yuan yi tampak kebingungan. Qing zi menolak
ikut karena ia masih harus belajar, ayahnya mengatakan hal itu tidak perlu
karena ayahnya sudah mengirimkan surat izin menariknya dari sekolah. Yuan yi
terkejut dan meminta penjelasan pada Qing zi. “Aku tidak mau” ucap Qing zi,
ayahnya tak peduli dan menariknya kembali untuk pulang.
Yuan yi lalu berusaha
memperkenalkan dirinya pada ayah Qing zi sebagai pacarnya. “Jadi kau tidak
pulang semalam karena bersama dia?” tanya ayah Qing zi, ia pun semakin marah
dan hendak menampar putrinya itu, Yuan yi maju untuk melindungi Qing zi. Yuan yi
berusaha menjelaskan keadaan sebenarnya dengan sopan. Sang ayah berteriak
mengatakan bahwa itu tidak perlu, ia lalu mengingatkan Qing zi bagaimana sifat
dirinya dan menyuruh Qing zi membuat pilihan “Apakah kau akan pulang tanpa
perlawanan atau membuat keadaan lebih buruk lagi?” tegas ayahnya. Qing zi tak
punya pilihan dengan berat hati ia pun pergi meninggalkan Yuan yi.
Yuan yi
tertegun, ia kemudian berlari dan menahan Qing zi, lalu menjelaskan keadaan yang
sebenarnya semalam pada sang ayah. sang ayah bertambah emosi dan mengusirnya,
Yuan yi dengan tegas menolak dan minta diberi penjelasan mengapa Qing zi harus
meninggalkan sekolahnya.
Sang ayah kehabisan kesabaran dan berlari lalu dengan
sigap mengambil payung dengan teknik pedang yang dikuasainya dan hendak memukulkan
payung tersebut ke wajah Yuan yi. Qing zi berteriak, payung tersebut tepat
berhenti di hadapan Yuan yi yang benar-benar terkejut karena kejadiannya begitu
cepat. Sang ayah lalu meremehkan kekuatannya dan menarik putrinya pergi dari
sana. Yuan yi terpaku berdiri di tempatnya.
Qi
yue menunggu Ahmon di ruang tamu dan berteriak menyuruhnya segera turun. Ketika
Ahmon turun ia marah melihat sebuah surat di atas meja dan mencampakkannya, Qi
yue terkejut namun ia tak sempat bicara karena Yuan yi tiba-tiba menelfonnya.
Qi
yue bertemu dengan Yuan yi dan memberitahu perihal kepindahan Qing zi. Yuan yi
pun menyadari alasan sikap aneh Qing zi semalam. Qi yue menjelaskan bahwa ayah
Qing zi adalah ayah yang sangat ketat dan berwibawa, meskipun ia seorang
pebisnis namun ia sangat terampil dalam berpedang.Yuan yi pun mengakui hal
tersebut.
Mereka berdua kemudian dikejutkan dengan kedatangan Ahmon yang tiba-tiba dengan melempar bola ke kepala Qi yue. Ahmon kesal melihat Qi yue berdua dengan Yuan
yi, Yuan yi menjawab bahwa ia kini sudah punya pacar, Qi yue mengingatkan bahwa
pacarnya itu akan pergi meninggalkannya, hal itu membuat Yuan yi kembali
murung.
Ahmon
lalu memberitahu bahwa ia pernah melihat Yuan yi dan Qing zi berjalan dengan
memakai baju pasangan,”Sungguh diperlukan keberanian untuk melakukan hal
memalukan itu” ucap Ahmon. Yuan yi mengatakan bahwa ia melakukan tersebut
karena Qing zi. Meski begitu menurut Ahmon Yuan yi tetap tersenyum jauh beda
dari keadaannya saat ini yang seperti gagak yang mati, Yuan yi tak berkomentar
dan pergi meninggalkannya.
Qing
zi menolak untuk makan, pelayannya mencoba untuk membujuknya namun sang ayah
menyuruh untuk membiarkannya saja. Qing zi menanyakan apakah ayahnya tetap akan
berlaku seperti ini jika ibunya masih ada.
Wajah sang ayah pun berubah
mendengar hal tersebut. Qing zi menambahkan bahwa sang kakek pernah bercerita
bahwa dulu ia menentang pernikahan sang ayah dan ibunya karena ayahnya miskin
dan tak berpendidikan hingga akhirnya mereka kawin lari. Ayahnya menyalahkan hal tersebut karena pada akhirnya ia menikah karena telah mendapat persetujuan.
Qing zi lalu
membahas foto ayah dan ibunya yang menggunakan baju pasangan berwarna ungu yang
menurutnya sangat romantis. Ayah terlihat senang dan berkata itu adalah
keinginan ibunya. Qing zi berkata ia sangat cemburu pada ibunya yang pernah
memiliki kelembutan ayahnya. Ia lalu mendekati ayahnya dan mengatakan bahwa ia
sangat menyayanginya, sang ayah pun tersenyum senang mendengar hal tersebut.
Ahmon
membuka surat yang telah dicampakkannya tadi,sementara itu di kamarnya Qi yue
tengah menandai hari ulang tahun Ahmon yang sebentar lagi. Qi yue lalu menelfon
Ahmon dan menanyakan apakah Yuan yi dan Qing zi nantinya bisa bersatu. Ahmon
menjawab tak tahu, sambil tetap memperhatikan isi surat tersebut.
Qi yue lalu tersenyum dan berkata bahwa hal sebenarnya yang
ingin ditanyakannya adalah hadiah yang diinginkan Ahmon di hari ulang tahunnya
nanti. Ahmon menatap surat yang sepertinya sangat mencemaskan hatinya itu dan berkata
bahwa ia tak pernah merayakan ulang tahunnya.
Yuan
yi tengah termenung di kamarnya, pikirannya melayang pada masa lalu saat Qing
zi mengajaknya berkencan ketika Yuan yi sedang bersedih di tengah hujan setelah
putus dengan Qi yue. Dan seluruh kenangan yang ia alami bersama Qing zi,
terakhir ia mengingat ucapan Qing zi terakhir kali dan menatap baju
pasangannya. Yuan yi lalu bergegas lari untuk menemui Qing zi.
Begitu pintu
dibuka Yuan yi langsung masuk, sang ayah berdiri di hadapannya dan berteriak
mengusirnya. Qing zi yang mendengar keributan tersebut bergegas turun dan
terkejut melihat kehadiran Yuan yi. “Aku ingin mengatakan pada Qing zi bahwa
perasaanku tak berubah, aku ingin kami selalu bersama” Qing zi tertegun
mendengar ucapan Yuan yi, Yuan yi mengajak Qing zi untuk pergi bersamanya.
Sang
ayah menyebut Yuan yi hanyalah seorang pelajar yang tak punya apa-apa. Yuan yi
menegaskan bahwa dirinya juga mencintai Qing zi sama seperti sang ayah. Qing zi
merasa senang berlari mendekati Yuan yi. Yuan yi menantang sang ayah dengan
menggunakan cara yang sang ayah inginkan agar bisa membawa Qing zi pergi.
Qing
zi dengan cemas melarangnya, Yuan yi mengatakan bahwa ia sudah tahu bahwa ayah
Qing zi adalah seorang pendekar pedang “Jika memang kekuatan yang dianggap bisa
melindungimu maka aku akan menjadi kuat” ucap Yuan yi. Qing
zi kembali melarang karena ayahnya sangat ahli dalam hal itu, Yuan yi kembali
menenangkannya, sang ayah akhirnya menerima hal tersebut.
Maka
duel pun dimulai, tampaknya Yuan yi harus bertanding kendo dengan sang ayah, mereka lalu berdiri berhadapan lengkap dengan pakaian seragamnya (kalau tidak salah gi atau hakama= nama seragam kendo).
Qing
zi yang tengah cemas menanyakan apakah Yuan yi pernah bermain pedang sebelumnya, Yuan yi menjawab tidak. Qing zi semakin takut jika nantinya Yuan yi
akan mati ditangan ayahnya, Yuan yi tetap tak bergeming sekalipun.
Qing zi
pindah ke tempat ayahnya untuk memohon, sang ayah malah berkata pada Yuan yi
bahwa ia akan menyerangnya dengan segala cara, “Jika pedang kayu yang kau
gunakan menyentuh apapun bagian dari tubuhku maka kau menang” ia menambahkan
bahwa dirinya akan menyerang sebanyak tiga kali dan jika Yuan yi masih bisa
berdiri setelahnya maka Yuan yi akan menang.
Qing zi kembali berpindah ke Yuan
yi dan memperingatkannya akan hal buruk yang akan dialaminya jika hal itu
diteruskan, “Cintaku padamu akan membuat hal yang tidak mungkin menjadi
mungkin” ucap Yuan yi. Qing zi pun tak bisa berkata apa-apa lagi setelah
melihat kesungguhan Yuan yi.
Pertandingan
pun dimulai, sang ayah menghunuskan pedangnya dan dengan gerakan yang cepat
berhasil memukul Yuan yi hingga jatuh terhempas. Yuan yi merasa pusing, pelindung kepalanya terlepas, Qing zi kembali panik dan menolongnya namun Yuan yi berteriak
meminta pedangnya. Mau tak mau meski bersedih Qing zi akhirnya mengembalikan
pedang itu pada Yuan yi. Yuan yi kembali berdiri dengan menggunakan pedangnya.
Serangan
yang kedua, sang ayah memukul perut Yuan yi, hal itu membuat Yuan yi kembali
jatuh dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Qing zi berteriak menyuruhnya untuk
segera berhenti. Sang ayah bertanya apakah Yuan yi ingin berhenti, Yuan yi
berkata satu-satunya pertandingan basket yang pernah membuatnya menyerah adalah
adalah untuk Qing zi dan kini ia tidak akan pernah menyerah. Qing zi berteriak
menyuruhnya berhenti mencoba, Yuan yi menambahkan hanya ada dua akhir dari
pertandingan ini apakah ia yang berdiri atau terbaring hal ini adalah
pertandingan demi Qing zi yang sama-sama mereka cintai.
Yuan yi kembali menggunakan pedangnya untuk berdiri, ia pun bersiap untuk menghadapi babak akhir dari pertandingan tersebut. Sang ayah berbalik dan bersipa hendak menghantam Yuan yi. Qing zi yang tak tega akhirnya berlari dan menghalangi pukulan tersebut dengan mencium Yuan yi, sang ayah pun segera menghentikan pukulannya, Qing zi lalu berbisik menyuruh Yuan yi untuk segera memukul ayahnya. Yuan yi pun akhirnya berhasil melakukan hal tersebut dan mengenai tepat bagian perut sang ayah.
sang ayah terkejut, Yuan yi tersenyum dan berkata ia akan membawa Qing zi dan mengulurkan tangannya padanya. Qing zi menatap ayahnya sekilas, ia lalu menerima uluran tangan tersebut dan pergi dengan gembira bersama Yuan yi. Sang ayah membuka helm nya dan tersenyum melihat mereka berdua.
Yuan yi kembali menggunakan pedangnya untuk berdiri, ia pun bersiap untuk menghadapi babak akhir dari pertandingan tersebut. Sang ayah berbalik dan bersipa hendak menghantam Yuan yi. Qing zi yang tak tega akhirnya berlari dan menghalangi pukulan tersebut dengan mencium Yuan yi, sang ayah pun segera menghentikan pukulannya, Qing zi lalu berbisik menyuruh Yuan yi untuk segera memukul ayahnya. Yuan yi pun akhirnya berhasil melakukan hal tersebut dan mengenai tepat bagian perut sang ayah.
sang ayah terkejut, Yuan yi tersenyum dan berkata ia akan membawa Qing zi dan mengulurkan tangannya padanya. Qing zi menatap ayahnya sekilas, ia lalu menerima uluran tangan tersebut dan pergi dengan gembira bersama Yuan yi. Sang ayah membuka helm nya dan tersenyum melihat mereka berdua.
“Ayah tak
peduli seberapa besar masalah diantara kita, aku masih mencintaimu, sama
seperti ibu, aku selalu menyukaimu” (Qing zi)
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.