Mohon untuk tidak meng-COPAS Tulisan di Blog ini!!!
Bagi yang ingin mengambil Tulisan dari Blog ini harap menyertakan LINK HIDUP
Di bawah postingan yang diambil dari Blog ini!
Baik itu nantinya di ubah atau Dirapikan
Mohon hargai penulis dan sesama Blogger!!Terima Kasih ^^
My favorit couple from this episode...:) emang paling seneng liat pasangan yanag satu ini, apalagi liat tingkah si Yang ping yang berusaha keras agar semakin disukai oleh Li xiang. Padahal gak mesti mirip kayak Ahmon cintanya juga sudah untukmu kok, wkkk...well just let's see this episode, happy reading...^^
Devil Beside You Episode 13
Yang
ping mengatakan bahwa Li xiang terlalu sensitif. Li xiang membantah dan
mengatakan pria lah yang tak sensitif sama sekali. “Gadis manis dan pria keras
seperti Ahmon, itu seperti kelembutan yang melawan kekerasan apa kau mengerti? hal sepert itulah yang membuat aku kalah dengan Qi yue” Li xiang juga menambahkan
bahwa Meidi jauh lebih unggul dibanding dengan Qi yue. Yang ping sepertinya tak
terlalu senang mendengar perkataan Li xiang, Li xiang pun menyadari hal
tersebut dan menanyakannya. Yang ping merasa tidak senang karena Li xiang masih
saja peduli hubungan antara Ahmon dan Qi yue. Li xiang tidak membalas perkataan
itu, mereka pun akhirnya sama-sama berdiam diri.
Ahmon
menyusul bus tersebut dengan motornya dan menatap Qi yue sejenak sebelum
akhirnya ia menambah kecepatannya dan meninggalkan mereka.
Mereka
akhirnya tiba di penginapan. Li xiang yang tengah bersama Meidi dan Qi yue
melihat Ahmon yang baru tiba dan memberitahu bahwa seluruh tim tengah berkumpul
di hutan sekarang untuk latihan dan menyuruhnya untuk segera menyusul. Ia
meminta izin untuk meletakkan barang-barangnya dulu.Meidi menawarkan bantuan untuk membawakan tas
nya kedalam. Qi yue yang juga berada bersama Meidi hanya bisa terdiam
melihatnya, Ahmon melirik Qi yue lalu menyerahkan tas nya itu dan menyuruh Qi
yue membawanya ke dalam.
Meidi tampak kecewa melihat hal itu. ia lalu mengikuti
Ahmon dan Li xiang yang hendak pergi lalu menyampaikan rasa terima kasihnya
pada Ahmon yang telah bicara hal-hal yang benar padanya. “kau tidak marah?”
tanya Ahmon. Meidi menggeleng “Itu salahku karena membuat permintaan yang tidak
masuk akal, setelah itu aku terus berfikir dan berfikir” Ahmon bertanya apa
yang dipikirkannya, Meidi mengatakan bahwa itu hal yang mustahil bagimu untuk berpura-pura
menyukai seseorang padahal kau tidak menyukainya “Sama hal nya jika kau
benar-benar menyukai seseorang tapi harus berpura-pura kau tidak menyukainya,
itu juga hal yang mustahil, jadi menolakku adalah hal yang benar untuk
dilakukan, terima kasih untuk tidak membiarkanku melakukan caraku”
Ahmon
tampaknya tak begitu terkesan mendengar ucapan itu, ia lalu menanyakan alasan keberadaan Meidi disini “Apa kau sungguh-sungguh ingin menjadi asisten manager?
Apa kau mampu? Atau ini justru merupakan jalan untuk melakukan caramu?” ucap
Ahmon sambil berlalu meninggalkannya. Meidi kembali bersedih mendengar hal itu.
Qi yue yang sedari tadi mendengarkan kemudian mendekati Meidi yang berdiri
seorang diri. Qi yue mengajaknya Meidi untuk memasak bersama buat seluruh
anggota tim.
Akhirnya
seluruh anggota tim basket berkumpul, Ahsen pun mulai memimpim mereka, “Sebelum
kita tiba disini kapten dan aku telah mendiskusikan dasar dari latihan kita,
kita harus fokus pada masing-masing kekuatan fisik pemain” mereka pun mulai
berlatih teknik serangan dan pertahanan, serangan untuk mengelabui musih dan
pertahanan untuk memasukkan bola dan
dengan memanfaatkan pohon-pohon di sekitar mereka untuk memaksimalkan
hal tersebut. Sementara Yang ping sedang mempraktekkan hal itu, Ahmon terus
menatap Ahsen dengan tatapan tak suka.
Akhirnya
tiba giliran Ahmon dan Yuan yi untuk mempraktekkannya. Yuan yi memegang bola
dan bersiap melawan Ahmon, namun begitu Ahsen hendak meniup peluit Ahmon
tiba-tiba memanggilnya dan malah menantangnya untuk melakukan hal itu. Ia
menguji kemampuannya untuk mengambil bola darinya. “Pertanyaan ini sepertinya
bukan tentang kemampuan tapi tentang maksud dan tujuanku” ucap Ahsen dengan
tenang menanggapi hal tersebut. “Apa kau punya?” “Apa kau peduli?” ucap Ahsen kembali
menjawab pertanyaan Ahmon. Li xiang mendengarkan hal tersebut sambil terus
memperhatikan keduanya. Yang ping dan kawan-kawan merasa sikap keduanya
tiba-tiba menjadi begitu aneh.
Akhirnya
Ahsen pun meladeni Ahmon, ia melempar bola pada Ahmon. Mereka berdua kini
berdiri berhadapan disaksikan oleh anggota yang lain. Ahmon mulai mendribble
bola hendak melewati Ahsen, namun ternyata Ahsen dengan cepat mampu mengambil
bola itu dari Ahmon, Ahmon terdiam terhenyak mengetahui hal itu dan menahan
kekesalannya.
Sementara
itu Qi yue dan Meidi sedang bercakap-cakap di pinggir sungai, Qi yue bertanya
tentang orang yang disukai Meidi. “Ketika pertama kali aku bertemu dengannya,
jantung terasa berhenti, aku pikir itu adalah cinta” jawab Meidi. “Apakah ia
tau yang kau rasakan atau kalian sudah berkencan?” tanya Qi yue kemudian. Meidi
menjawab tidak dan mengatakan bahwa ia bahkan tidak tahu tempat tinggalnya
bahkan bentuk wajahnya pun ia tak terlalu yakin.
Qi yue heran mendengar hal
tersebut, Meidi menambahkan bahwa itu karena ia memakai kacamata yang tebal dan
kini ia memilih untuk memakai lensa kontak. “Hari itu kacamataku pecah di
tengah jalan raya yang sangat berbahaya, dia seperti seorang ksatria dengan
dengan baju baja dan menyelamatkanku dari bahaya” ucap Meidi. “Jadi dia
sebenarnya orang asing?” tanya Qi yue dengan raut wajah yang tak lagi tenang.
Meidi berkata ia percaya bahwa mereka akan bertemu lagi, dan jika saat itu tiba
ia pasti akan mengenalinya.
“Dia itu mirip seperti diriku, menciptakan
seseorang dengan sosok ideal, sebuah khayalan, dipengaruhi oleh kesan baik yang
sangat singkat, cinta hanya ada diimajinasinya saja” (Qi yue)
“Jadi
orang yang dicintai Meidi selama ini hanyalah khayalannya saja?” ucap Li xiang
yang tiba-tiba muncul. Ia menyatakan bahwa hal itu adalah perasaan yang tidak
masuk akal “Mungkinkah dalam sekejap dapat berpindah kepada orang lain? Ahmon
mungkin?” Qi yue mulai menunjukkan raut wajah khawatir. Meidi merasa malu
karena Li xiang telah mendengar ceritanya dan meminta Li xiang agar tidak
menggodanya lagi.
Li xiang mulai berkata serius pada Qi yue “Qi yue, ada satu
jenis saingan yang sulit untuk dikalahkan, dan hal itu tanpa kau sadari dia
sudah berada diantara kalian berdua, dan ketika kau melihat ekspresi polosnya, kau tak mampu menghukumnya”
Meidi yang mendengar hal itu tampak bingung mendengar makna perkataan Li xiang,
Namun Qi yue sepertinya mulai menyadari maksud yang diungkapkan Li xiang
padanya. “Apa maksudnya itu? Apa kau juga punya seseorang yang kau suka?” tanya
Meidi pada Qi yue.
Qi yue tak menjawab, ia lalu berdiri menghampiri Li xiang
“Kenapa kau kembali begitu cepat? Bukankah kalian sedang berlatih?” tanya Qi yue.
Li xiang berkata bahwa mereka sedang mengasingkan diri, hal itu untuk latihan
ketahanan yang paling penting, semua anggota harus berlari menuju gunung
Lijin dan ia pergi karena tak kuat untuk mengikutinya.
Yuan
yi kali ini memberi pengarahan kepada mereka sebelum mendaki gunung Lijin, Yuan
yi berkata bahwa hanya merekalah yang akan pergi kesana sementara pelatih Ahsen
tidak. Ahmon berontak dan mengatakan bahwa itu berarti membiarkan pelatih tidak
bekerja. Ahsen hanya tersenyum mendengar hal tersebut,Yuan yi menambahkan bahwa
itu sudah menjadi tradisi. “Kita bisa membuat pengecualian, aku juga percaya
latihan ini sangat berarti” ucap Ahsen. “Tentu saja, itu akan membuat
perjalanan ini lebih berharga” tambah Ahmon kemudian (bilang aja gak mau
ninggalin Ahsen dengan Qi yue disitu mas, wkkkk....)
Yuan
yi meminta para anggota untuk menjaga pelatih mereka, namun Ahsen menyuruh
mereka untuk memperhatikan dirinya masing-masing. Ahmon menanyakan skor waktu
yang ditempuh Yuan yi kemarin untuk mendaki gunung itu, 1 jam 37 menit 28 detik, dan mereka pun
mmulai berlari melewati jembatan dan jalan setapak.
Kuo kai dan Yang ping
merasa kelelahan dan berhenti untuk beristirahat, begitu juga dengan Yi lang
dan Mu seng. Tinggallah Yuan yi, Ahmon dan Ahsen yang terus berlari. Yuan yi
berusaha untuk menjadi orang yang pertama sampai disana, ia tidak heran melihat
Ahmon berada dibelakangnya namun ia bingung melihat Ahsen yang juga tampak
bersemangat. Mereka terus berlari dipimpin oleh Yuan yi, tiba-tiba Ahmon
berteriak menyuruhnya minggir, Yuan yi terkejut dan melihatnya di belakang,
Ahmon lalu menepis tubuhnya dan berlari mendahuluinya. Yuan yi pun terjatuh,
Ahsen datang menolongnya, Yuan yi berkata ia tidak apa-apa dan lanjut untuk
berlari.
Ahmon kali ini berada di depan sementara Ahsen berada di belakang
mereka. Ahmon pun berhasil tiba sebagai orang yang pertama disusul oleh Yuan yi
dan Ahsen. Ahsen menarik Ahmon dan memarahinya karena mendorong Yuan yi tadi,
“Tidakkah kau tahu hal itu sangat berbahaya untuk dilakukan?” Ahmon membela
diri dengan beralasan bahwa Yuan yi tidak terluka sama sekali “Jika aku
mengatakan bahwa itu adalah kecelakaan apa kau akan percaya?”. Ahsen kecewa
mendengar jawabannya dan mengatakan Ahmon adalah tipe orang yang akan melakukan
segalanya untuk menang, Ahmon tak peduli dengan apa yang dikatakan.
Yuan yi
akhirnya bicara dan mengatakan bahwa ia percaya dengan Ahmon “Dia bukanlah
orang yang hanya peduli pada kemenangan dan tidak peduli pada yang lain, jika
dalam proses untuk menang ada luka atau bahaya yang tak dapat dihindarkan aku
percaya dia akan meminimalkan hal itu” ucap Yuan yi. Ahsen tampaknya tidak
sependapat dengan Yuan yi, ia lalu menambahkan bahwa Yuan yi lah orang yang
dipilih untuk meminimalkan bahaya itu “tapi tetap saja kau terluka” Yuan yi
kemudian teringat ketika Ahmon merebut Qi yue darinya dengan mencium Qi yue.
Ahsen pun memandangi wajah Ahmon dan pergi meninggalkannya. Ahmon terdiam, Yuan
yi mendekatinya dan berkata bahwa ia terlihat berbeda hari ini. Ahmon tampak
tidak setuju, Yuan yi menyatakan satu per satu bagaimana ia kelihatnnya”tidak
keren, tidak mempesona, dan...” Ahmon
menambahkan dengan menyebut dirinya sendiri bodoh, “Sangat bodoh” tambah Yuan
yi. Yuan yi tampaknya menyadari sikap gelisah yang ditunjukkan Ahmon di depan
pelatih Ahsen. Ahmon menolak menjawabnya dan memilih untuk pergi. Yuan yi
menasehatinya dengan berkata bahwa ia tak suka melihat Ahmon yang tak percaya
diri.
Qi
yue meminta Meidi membawakan kayu bakar untuk mereka, Meidi tanpa sengaja
menumpahkan air mineral yang mereka miliki. “Apakah Yuan yi mencari seseorang
untuk menolong atau malah merusak” ucap Li xiang, Meidi pun kembali sedih
mendengar hal ini. Qi yue meminta Li xiang untuk berhenti melakukan hal itu,
namun Li xiang semakin memarahi Meidi.
Qi yue memegang tanga Meidi untuk
menenangkannya. Meidi kemudian mengucapkan terima kasih pada Li xiang yang juga
telah berbicara yang sesungguhnya pada dirinya, ia lalu memberikan sebuah
coklat pada Li xiang. Li xiang menolak dengan mengatakan bahwa ia benci coklat. Meidi lalu menawarkan diri untuk mencuci buah-buahan dan pergi meninggalkan
mereka.
Qi yue meminta penjelasan Li xiang, Li xiang mengatakan bahwa ia tidak
suka melihatnya dan menyuruh Qi yue untuk siaga terhadap Meidi. Qi yue berkata
bahwa ia tak pernah menganggap Meidi sebagai musuhnya. Li xiang kembali meminta
Qi yue untuk tidak membiarkan Meidi terlalu dekat dengan Ahmon jika tidak ingin
menanggung akibatnya. Qi yue sendiri masih merasa khawatir terhadap Meidi dan
pergi menyusulnya, Li xiang pun hanya bisa menahan kesal melihat sikap Qi yue.
Meidi
pergi menyendiri sambil memegang coklatnya tadi, ia bersedih karena di dunia
ini ada yang tidak suka coklat dan tidak suka dirinya. Ahmon kebetulan
melihatnya, ia pun hendak pergi meninggalkannya. Meidi lalu menyatakan bahwa
dirinya akan menyerah setelah acar perjalanan ini, langkah Ahmon langsung
terhenti mendengar hal itu.”Meskipun aku sungguh-sungguh ingin menjadi teman
mereka, itu tetap tidak bisa kuputuskan sendiri” Ahmon lalu memutuskan untuk
mendekati Meidi, ia pun memanggilnya.
Meidi yang terkejut melihat kedatangan
Ahmon malah tergelincir dan jatuh ke sungai. Ahmon pun menolongnya dan
membawanya keluar (idiiihh kan gak dalem
sihh..) akibat hal tersebut, mata Meidi menjadi kabur, ia lalu mencoba
menatap Ahmon yang terlihat kabur baginya. Hal itu membuatnya teringat akan
kejadian yang lalu saat kacamatanya pecah di tengah jalan.
Ahmon menanyakan
keadaannya, Meidi berkata lensa kontaknya telah terjatuh di air. Ahmon
memakaikan jaketnya pada Meidi dan mencari lensa kontaknya di sungai. Meidi
menggenggam jaket itu dan merasakan ada sebuah kancing yang hilang disana, ia
pun segera mengambil kancing yang disimpannya selama ini dan mencocokkannya.
Jelas saja kancing itu cocok, Meidi pun tersenyum senang karena telah menemui
pria yang dicintainya itu, ia lalu menatap Ahmon dengan bahagia, tepat ketika
Ahmon berbalik Meidi pun bangkit memeluknya dan pada saat itu Qi yue pun tiba
dan menyaksikan semua hal itu. “Itu kau, akhirnya aku bisa menemukanmu, Ahmon
aku sungguh bahagia” ucap Meidi sambil memeluk Ahmon.
Hal itu membuat Qi yue
teringat akan seluruh nasehat Li xiang padanya tadi. Ia pun hanya tertegun
menyaksikan hal itu dan memutuskan untuk berbalik pergi. “Bisakah kau
melepaskanku sekarang?’ ucap Ahmon. Meidi lalu menceritakan pertemuan mereka
dahulu pada Ahmon, ia lalu menambahkan bahwa mereka benar-benar berjodoh karena
ayahnya juga telah menjodohkan dirinya dengannya. Ahmon kembali menegaskan
bahwa ia tak tertarik dengannya meskipun ia adalah wanita yang ditolongnya di
jalan atau wanita lemah yang sangat ingin bertemu dengannya. Meidi tidak
menyerah, ia akan berusaha lebih keras agar Ahmon lebih mengenalnya dan
kemudian menyukainya. “Mungkin juga tidak” ucap Ahmon, Meidi mengatakan bahwa
ia takkan menyerah terhadap hal itu.
Qi
yue kembali dengan lesu ketempat Li xiang berada, Li xiang heran melihat Qi yue
yang tak bicara apa-apa padanya. Ia hanya duduk di tepi sungai sambil merenung,
kemudian Ahsen muncul disitu dan menawarkan pertolongan padanya. Qi yue tampak
tak fokus dan tak mengabaikannya, Ahsen kemudian memanggilnya lagi,Qi yue
tersentak dan menyadari keberadaan Ahsen, Ahsen mengulangi perkataannya bahwa
ia akan menolong Qi yue. Saat itu Ahmon dan Meidi muncul, Ahmon tampak kesal
melihat Qi yue yang duduk berdekatan dengan Ahsen. Ia pun memandangi mereka
berdua, Qi yue menatap Ahmon kemudian berpaling tanpa berkata apa-apa.
Malam
pun tiba dan diisi dengan acara bakar-bakar dan candaan dari anggota yang lain.
Namun Ahmon tampak murung dan memilih menyendiri. Li xiang kembali menyatakan
ketidaksukaannnya terhadap sikap manis Meidi pada Yang ping, “Tidak juga,
kalian juga para gadis sama seperti itu hanya menyukai bad boys” balas Yang
ping yang nampaknya masih kesal terhadap Li xiang, Li xiang pergi mengambil
cuka “kau ingin cuka, kalau begitu makanlah” bentak Li xiang padanya (makan
cuka = cemburuan) Yang ping menerimanya dan berkata ia bisa memberinya separuh.
Li xiang kembali marah dan menanyakan alasan dari sikap Yang ping padanya. Yang
ping merasa bersalah dan mengatakan bahwa
ia hanya ingin kelihatan memiliki sikap tegas dimata Li xiang. Li xiang
pun menyadari sikap Yang ping yang ingin meniru Ahmon agar Li xiang menyukainya.
“Hei ada bintang jatuh, ayo buat permohonan” ucap Yang ping saat melihatnya, ia
pun segera menutup mata dan membuat permohonan di dalam hatinya “bahkan dia
tidak bisa menirunya dengan baik” ucap Li xiang dalam hatinya.
“dasar
anak-anak” ucapnya lagi pada Yang ping. Yang ping terdiam menyadari bahwa
perbuatannya barusan tak disukai. “kau benar, Pria yang keren tidak akan
membuat permohonan pada bintang” jawab Yang ping. Li xiang kemudian menanyakan
permohonan apa yang Yang ping ucapkan, Yang ping dengan semangat ingin
mengatakannya namun Li xiang menyuruhnya untuk melupakannya saja, Yang ping pun
hanya bisa terdiam kembali mendengar hal itu (wkkkkk....siapa yang kekanak-kanakan coba???)
Qi
yue juga melihat meteor itu dan dengan semangat menghampiri Ahmon untuk
menyuruhnya membuat permohonan namun Ahmon malah berkata bahwa hal itu
membosankan. Qi yue pun tertunduk sedih mendengarnya. Tanpa Qi yue sadari Ahmon
mendekatkan wajahnya dan hendak mencium keningnya, namun tiba-tiba Yuan yi
muncul dan menghalanginya dengan memberikan pada mereka coklat pemberian Meidi (lagi-lagi Yuan yi gak bisa baca situasi,
ckck...)
Qi yue yang masih kesal pun pergi meninggalkan mereka. Qi yue
pergi menyendiri ke tepi sungai, Ahsen muncul dan mendekatinya dan menanyakan
keadaannya yang terlihat sedih. “Beberapa hari yang lalu ketika aku melihatmu
disekolah, aku merasa kau belum berubah sama sekali, setelah itu aku baru
menyadari bahwa kau telah berubah” ucap Ahsen, “benarkah?” tanya qi yue. Ahsen
mengatakan bahwa wajah Qi yue selalu terlihat bingung “Aku tidak tahu apakah
itu karena kehidupanmu atau kehidupan cintamu yang telah memberikan perubahan
besar padamu” ucapnya lagi.
Qi yue mengatakan bahwa Ahsen tak berubah sama
sekali baik hati dan bersikap dewasa “Tidak seperti...” Qi yue tak melanjutkan
kata-katanya lagi. Ahsen mengambil kantongan plastik dan menunjukkannya pada Qi
yue, “Apa kau masih ingat?”
Flashback: Qi yue membukakan pintu untuk Ahsen, Ahsen berkata ia ingin menemui Qi yue
yang akan menghadapi ujian matematika dan membawakannya beberapa kantong plastik.
Flashback end
Qi
yue kembali ceria dan mengatakan bahwa ia masih ingat terhadap hal itu, mereka
lalau meniup kantongan plastik bersama untuk memecahkannya, namun Qi yue malah
memukulkannya ke kepala Ahsen. Ahsen senang akhirnya Qi yue kembali tersenyum,
Qi yue mengatakan bahwa di masa lalu Ahsen itu seperti pesulap “Setiap aku
punya masalah jika aku bersamamu kau hanya perlu kantong plastik untuk
membuatnya menghilang” Ahsen menawarkan untuk meniup kantong plastik lainnya
karena baginya senyum Qi yue sangatlah berharga, hal tersebut membuat Qi yue
merasa malu.
Tanpa mereka sadari Ahmon menyaksikan hal tersebut dengan perasaan
cemburu. Li xiang kembali menatap Meidi dengan tatapan tak suka, sementara Yang
ping lebih memilih untuk diam menyendiri.
Di
dalam bus pulang Yuan yi berterima kasih kepada semuanya yang telah
menyukseskan acara latihan mereka.
“Rasa bosan seperti tidak berasa selama perjalanan kami
pulang, tapi kami tidak tahu jika ketika bus ini berhenti akankah perasaan kami juga
selesai bersama dengan berhentinya bus ini” (Qi yue)
Dalam perjalanannya Ahmon
kembali mengingat kedekatan Qi yue dengan Ahsen serta pernyataan Qi yue yang
pernah memberitahunya bahwa Ahsen adalah seseorang yang ia sukai di masa lalu.
Ia pun mempercepat laju sepeda motornya.
Sementara itu di bus Li xiang
tiba-tiba menggenggam tangan Yang ping. Yang ping lalu melirik wajah Li xiang
yang terlihat sedang tersenyum meski tak mau melihat wajahnya. Yang ping merasa senang karena permohonannya
pada bintang jatuh itu akhirnya terkabul, mereka pun akhirnya berbaikan
kembali.
Ahmon
akhirnya dapat menyusul bus itu, ia bahkan menghadangnya tiba-tiba sehingga
mengakibatkan gunjangan di dalam bus. Bus itu pun berhenti, Ahmon lalu masuk ke
dalam. Meidi tersenyum melihat Ahmon, namun Ahmon menghampiri Qi yue dan
menyuruhnya untuk pulang bersama karena rumah mereka sama. Senyum Meidi pun
pudar, Qi yue sempat terdiam melihat tingkah Ahmon namun kemudian ia pun tak
bisa menolak dan turun dari bus itu.
Baik Ahsen maupun Meidi memandangi mereka
dengan wajah kecewa. “Begitu caranya!” ucap Yang ping merasa senang terhadap tindakan Ahmon, ia pun kembali menyender kepada Li xiang, sementara Yuan yi juga turut
tersenyum melihatnya. Bus pun kembali melaju, Qi yue memandangi bus itu lalu
Ahmon memberikan helm padanya “kau mencarikannya untukku?” ucap Qi yue. “Aku hanya membelinya” jawab Ahmon. Qi yue
lalu mengatakan bahwa ia tak suka warnanya. “Menyebalkan, tidakkah kau lihat
disitu ada polanya” ucap Ahmon.
Qi yue lalu melihat ada tanda gambar bulan
disitu.
“latihan yang sangat berat akhirnya selesai, tapi kekhawatiran hati ini masih tinggi, meragu tapi masih tetap bergerak ke depan” (Qi yue) dan Qi yue
pun mempererat pegangan tangannya pada Ahmon, Ahmon terlihat tersenyum senang
dengan hal itu.
Ahsen
tengah duduk di kafe menikmati secangkir kopi bersama seorang wanita
(mungkinkah itu pacarnya?) “Apa kau sudah bertemu putri gurumu?” tanyanya pada
Ahsen yang dibalas dengan anggukan “Apa kau menikmati reuni panjang yang sangat
kau nantikan itu?” tanyanya lagi “Apa sebenarnya yang ingin kau ketahui?” tanya
Ahsen “Orang lain pasti menganggap pertemuan kau dengannya itu adalah
kebetulan, tapi aku tak berfikir seperti itu” Ahsen tidak mengakui hal
tersebut. Wanita itu pun melanjutkan bahwa selama ini Ahsen selalu menunggu
putri gurunya itu hingga dewasa. Ahsen menjawab bahwa alasannya murni hanya
untuk melihat putri gurunya itu saja.
Wanita itu tampaknya masih tidak
sependapat “Yali (si wanita tadi), pertanyaan ini tidak seperti dirimu” ucap
Ahsen. Yali merengut lalu ia meminta dompet Ahsen, ternyata di dalam dompet itu
tersimpan fotonya dan Qi yue yang masih muda. Yali menunjukkan hal tersebut
berharap Ahsen mengaku, namun Ahsen berkilah bahwa foto itu tak berarti apa-apa
baginya. “Aku rasa foto ini menggambarkan penantian,” Ahsen tertegun mendengar
hal itu “Aku tahu ada gadis dihatimu yang bernama Qi yue, kau menunggunya
hingga dewasa,jadi aku sudah sangat sabar” tambah Yali.
Ahsen berusaha
menyakinkannya lagi, “kau tak perlu menyakinkanku kecuali kau bisa menyakinkan
dirimu sendiri” ia mengatakan bahwa ia adalah orang yang paling paham terhadap
sikap Ahsen. Ternyata Xue wei tengah berada di dekat situ, ia pun terkejut
melihat Ahsen dan berteriak memanggilnya. “Apa kau kenal dia?” tanya Yuli,
Ahsen punmemberitahunya bahwa ia adalah ibunya Qi yue. Ahsen pun mendekati Xue
wei sementara Yali tampak tidak suka akan hal tersebut.
Di
rumah Qi yue duduk terdiam memikikan sesuatu, Ahmon datang dan menanyakan
dirinya. Ia memanggil Qi yue untuk mendekat seperti memanggil kucing. Qi yue
marah karena ia bukan kucing “Benarkah? Membosankan sekali” ucap Ahmon. Qi yue
pun memberanikan diri bertanya tentang Meidi “Apa yang akan kau lakukan?”
tanyanya. “Tentang apa? Aku tidak tahu apa yang kau tanyakan?” Qi yue lalu
mengatakan bahwa ia melihat sendiri Meidi menyatakan cintanya pada Ahmon. Ahmon
meletakkan korannya dan duduk disamping Qi yue “Jadi kenapa?” ucapnya. “Apa kau
khawatir?” Qi yue tentu saja tak mengiyakannya, Ahmon mengatakan untuk tidak
khawatir karena hal tersebut sudah biasa ia alami dan Qi yue nantinya harus
terbiasa dengan itu.
“Aku tidak khawatir” ucap Qi yue kembali menegaskan. “Kalau
kau merasa buruk ambil saja kantong plastik dan pecahkan, bukankah itu teknik
yang diajarka pria setengah usia itu padamu?’ ucap Ahmon, “Lihat kaulah yang
khawatir dan kau justru menuduhku” mereka pun lanjut saling mengejek satu sama
lain “Ahsen itu dewasa bukankah pria setengah usia, bisa-bisanya kau berkata
seperti itu” Ahmon lalu bangkit dan mencubit hidung Qi yue “Aku begitu
kekanak-kanakan, memangnya kenapa, aku memang kekanak-kanakan” Ahmon tampak
senang mengerjai Qi yue seperti itu.
Xue wei yang baru pulang pun muncul dan
terkejut melihat keakraban mereka. Qi yue dan Ahmon sempat khawatir ibu akan curiga namun
ternyata ibu hanya merasa bahagia karena mengira mereka tengah bercanda. Ia pun
pergi menyiapkan makanan untuk mereka. Xue wei lalu teringat pada Ahsen dan
menanyakan hal itu pada Qi yue. Raut wajah Ahmon kembali murka mendengar nama
itu dan menatap Qi yue. ibu malah melanjutkan kata-katanya bahwa ia telah
mengundang Ahsen untuk merayakan ulang tahun Qi yue.
Qi yue marah karena ibunya
telah memutuskan hal itu sendiri “Aku pikir kau akan gembira?” ucap Xue wei. Qi
yue segera melirik wajah Ahmon, “Tidakkah kau pernah berkata ketika dewasa
nanti kau ingin menjadi pengantin wanitanya Ahsen?’ “Tidak mungkin” jawab Qi
yue. “Apa yang tidak mungkin?aku punya bukti” Qi yue berteriak seakan memohon
agar ibunya berhenti bicara. Ahmon pun mendekat dan dengan ramah menayakan
makan malam mereka, Xue wei pun kembali untuk memasak. Ahmon terus saja
tersenyum memandang Qi yue, namun senyum itu malah terlihat menakutkan bagi Qi
yue.
Mereka
bertiga pun lanjut makan malam bersama, “Bibi kau bilang kakak punya hubungan dekat
dengan seorang guru?” tanya Ahmon, Qi yue tiba-tiba berteriak bahwa sup itu
terlalu pedas. Ahmon kembali menggoda Qi yue, “Apa kau baik-baik saja? Kau
kelihatan berkeringat?” ucapnya sambil meberi tissu. Xue wei menjawab
pertanyaan Ahmon, ia membenarkan pertanyaan Ahmon dan berkata bahwa Qi yue
pernah berkata ia hanya akan menikah dengan Ahsen. Qi yue kembali membantah,
Xue wei menantang putrinya dengan menunjukkan bukti. “Ibu apa yang kau
lakukan?” teriak Qi yue Ahmon kembali tersenyum seakan-akan ia anak baik. (padahal
lagi kesel tuh, haha...)
Xue wei ternyata menunjukkan buku harian Qi yue saat
sekolah dulu yang penuh dengan kenangan bersama Ahsen, Qi yue tampak cemas
menyaksikan hal itu, ia pun hendak merebut buku itu dari mereka namun keburu
dipegang oleh Ahmon. Ibu menegaskan kembali bahwa ia berjanji pada Ahsen akan
mempertemukan mereka. Qi yue kembali ngambek “karena ia berkata ia ingin
mengunjungi rumah lama ayahmu” ucap ibu. Qi yue dengan panik kembali melirik wajah Ahmon
yang tampak semakin emosi. “Ketika kau memberinya kunci kau bisa membawanya
jalan-jalan sekalian” tambah Xue wei.
Wajah Qi yue tampak semakin memelas
berharap ibunya bisa berhenti bicara, namun Xue wei terus saja bicara.
“Benar-benar pedas, bisa-bisa aku menyemburkan api” ucap Ahmon kemudian, Qi yue
terdiam tak tahu harus bicara apa. Xue wei menambahkan bahwa sepertinya Ahsen
sudah punya pacar yang sangat cantik dan memiliki kafe. Qi yue akhirnya
terduduk lega “Bu, kau harusnya mengatakannya lebih cepat, sudah berapa kali
aku mengatakan padamu, bicaralah langsung
ketujuan” ucap Qi yue. Ia lalu memasang wajah tersenyum kepada Ahmon
“Bisa bernafas lega sekarang?” namun ia kecewa karena Ahmon malah
mengacuhkannya.
Qi
yue tampak ragu-ragu hendak mengetuk pintu kamar Ahmon, ia pun berdiri sejenak
lalu memutuskan untuk mengetuk pintunya. Namun Ahmon tampak cuek saat Qi yue
memanggilnya. Qi yue pun kecewa dan pergi, Ahmon lalu memukul buku harian itu
dan membuka pintunya, ia mengira Qi yue sudah pergi namun akhirnya menemukannya
terduduk sedih dikursi “Kenapa kau duduk disini?’ tanyanya. “Aku pikir kau
nantinya pasti keluar untuk cemilan tengah malam atau yang lain” “Tidakkah kau
kedinginan?’ Qi yue lalu menunjukkan Ahmon sarung tangan mereka.
Ahmon pun
memandangnya dan perlahan memasukkan lengannya. Mereka pun berdiri berdampingan
sambil mengenakan sarung tangan itu. Qi yue mencoba menjelaskan masalah buku
harian itu, Ahmon cemberut mengira Qi yue mau mengenang hal itu dikamarnya.
“itu semua sebelum aku bertemu denganmu, ada hati yang berdebar, ada khayalan
romantis, malu-malu dan antisipasi untuk masa depan, perasaan itu benar-benar
ada. Namun setelah aku bertemu denganmu?” Ahmon menyuruh melanjutkan “Aku
menjadi yakin bahwa aku tidak menyesal mempunyai hati untuk Ahsen dan hati
untuk Yuan yi” lanjut Qi yue “kau tidak menyesal?” tanya Ahmon dengan kesal
“karena kehangatan disini adalah yang paling nyata, ketika aku melihat wajah
marahmu aku merasa cemas”
Ahmon menolak mengakui bahwa ia marah. “Atau ketika kau berpura-pura seperti itu hal itu membuatku tertawa, karena aku bisa membandingkan mana orang yang akan selalu kusuka” Ahmon kembali tersenyum kali ini “kau tidak marah? Bolehkah aku minta buku harianku lagi?” “Tidak akan!” ucap Ahmon sambil kembali ke kamar dan menutup pintunya. Qi yue berteriak-teriak diluar sambil mengata=ngatainya agar mengembalikan bukunya itu. Ahmon membuka pintunya dan berkata ia akan mengembalikannya setelah membacanya.
Ia mulai membaca buku itu namun kemudian ia merasa muak dan melemparkannya, ia lalu melihat foto Qi yue berdua dengan Ahsen. Satu per satu isi buku itu terus diceritakan sementara Ahmon tampak uring-uringan di kamarnya ia mengoyakkan lembar demi lembar halaman buku itu hingga memukul-mukul tembok kamarnya segala.
Sementara di kamarnya Qi yue masih merasa gelisah ia lalu mengambil Hp nya, tak lama Ahmon menerima pesan yang berisi wajah jeleknya Qi yue “jangan coba sok imut” ucap Ahmon. Qi yue mengirimkannya foto lagi, kali ini Ahmon akhirnya tersenyum melihatnya.
Ahmon menolak mengakui bahwa ia marah. “Atau ketika kau berpura-pura seperti itu hal itu membuatku tertawa, karena aku bisa membandingkan mana orang yang akan selalu kusuka” Ahmon kembali tersenyum kali ini “kau tidak marah? Bolehkah aku minta buku harianku lagi?” “Tidak akan!” ucap Ahmon sambil kembali ke kamar dan menutup pintunya. Qi yue berteriak-teriak diluar sambil mengata=ngatainya agar mengembalikan bukunya itu. Ahmon membuka pintunya dan berkata ia akan mengembalikannya setelah membacanya.
Ia mulai membaca buku itu namun kemudian ia merasa muak dan melemparkannya, ia lalu melihat foto Qi yue berdua dengan Ahsen. Satu per satu isi buku itu terus diceritakan sementara Ahmon tampak uring-uringan di kamarnya ia mengoyakkan lembar demi lembar halaman buku itu hingga memukul-mukul tembok kamarnya segala.
Sementara di kamarnya Qi yue masih merasa gelisah ia lalu mengambil Hp nya, tak lama Ahmon menerima pesan yang berisi wajah jeleknya Qi yue “jangan coba sok imut” ucap Ahmon. Qi yue mengirimkannya foto lagi, kali ini Ahmon akhirnya tersenyum melihatnya.
Keesokannya
Ahmon mengantar Qi yue ke stasiun yang akan menemui Ahsen dirumah lamanya.
“Selamat bersenang-senang di kencanmu” “Itu bukan kencan, aku hanya
memberikannya kunci”
Meidi kebetulan tengah berada disana dan menyapa mereka.
Meidi mengatakan ia ingin berjalan-jalan melihat taipei “Aku belajar di jepang
karena orang tuaku menginginkannya, aku kembali dari Jepang juga karena
keinginan mereka untuk menjodohkanku, aku melihat taipei sudah sangat berubah
jadi aku ingin melihatnya karena aku ingin tinggal disini” “itu artinya kau
berencana untuk belajar membuat keputusanmu sendiri” ucap Ahmon.
Meidi membenarkan “Jika aku bisa mendapatkan cinta yang aku inginkan itu pasti sangat sempurna, tapi jika pun tidak aku masih akan tetap tinggal di kota ini atau kota yang lain” Ahmon pun menawarkan diri untuk menemaninya, Meidi dengan senang hati menerima hal tersebut ia pun menunjukkan kota berikutnya yang ingin ia datangi. Wajah Qi yue tampak murung, mereka pun berpisah “Kau temani Ahsen untuk mengingat kenanganmu dan aku menemani Meidi, kemudian kita berdua bisa sama-sama melangkah menuju stasiun berikutnya.
Meidi membenarkan “Jika aku bisa mendapatkan cinta yang aku inginkan itu pasti sangat sempurna, tapi jika pun tidak aku masih akan tetap tinggal di kota ini atau kota yang lain” Ahmon pun menawarkan diri untuk menemaninya, Meidi dengan senang hati menerima hal tersebut ia pun menunjukkan kota berikutnya yang ingin ia datangi. Wajah Qi yue tampak murung, mereka pun berpisah “Kau temani Ahsen untuk mengingat kenanganmu dan aku menemani Meidi, kemudian kita berdua bisa sama-sama melangkah menuju stasiun berikutnya.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.