SINOPSIS

Friday, 28 June 2013

Corner With Love Eps 3 Part2

Perhatian!!!
Mohon untuk tidak meng-COPAS Tulisan di Blog ini!!!
Bagi yang ingin mengambil Tulisan dari Blog ini harap menyertakan LINK HIDUP
Di bawah postingan yang diambil dari Blog ini!
Baik itu nantinya di ubah atau Dirapikan
Mohon hargai penulis dan sesama Blogger!!Terima Kasih ^^
Corner With Love Eps 3 Part 2
Xin Lei mendorong kopernya seorang diri dan merasa terasing. Xin Lei menatap alamatnya, “Jalan Wu Xin nomer 69” ucapnya pada supir taksi. Xin Lei ahirnya kebingungan mencari alamat itu seorang diri di malam hari. 
Qin lang mengayuh sepedanya pulang, ia berbelok dan  tepat setelahnya ia pun berpapasan dengan Xin Lei. Qin Lang terdiam menatap Xin Lei penuh kebingungan begitu juga dengan Xin Lei. 
Keduanya sama-sama tak percaya kalau orang yang ada di depannya itu adalah nyata.
Qin lang :” Mataku pasti kabur, bagaimana bisa aku melihat Tuan puteri yang berkilauan itu disini?”
Xin Lei :”Tak mungkin ada kebetulan seperti ini, aku bahkan bertemu dengannya disini, (Qin lang mengayuh sepedanya mendekat) Apa aku sedang bermimpi? Mungkinkah ini halusinasi?”
Qin lang berada disamping Xin Lei.
“Yu Xin Lei?” Ucap Qin lang
“Qin lang?” ucap Xin Lei
“Hahh!!” ucap keduanya.
Xin Lei senang bertemu Qin lang, ia mengaku pada Qin lang kalau kedatangannya kesana adalah untuk liburan ke Resort milik ayahnya. Qin lang melihat sekeliling, ia heran karena merasa tak pernah ada Resort disana.
“Berhentilah bercanda, mana ada Resort di dekat sini, hanya ada beberapa rumah penduduk biasa disini” 
Xin Lei balik bertanya apa yang dilakukan Qin lang, Qin lang mengatakan rumahnya berada di dekat sana.
Dalam hati Xin Lei sudah pasrah ia tak dapat menemukan alamat yang dicari, Qin lang curiga pada alasan Xin Lei.
Qin lang merasa Xin Lei telah tersesat dan menawarkan rumahnya untuk menginap, Xin Lei kesal dikatakan telah tersesat dan tak mau ditolong Qin lang.
“lalu kenapa aku tak boleh menolongmu?”
“Aku hanya tak mau berhutang padamu” ucap Xin Lei.
Qin lang kesal, “Terserah kau saja! Semoga kau beruntung menemukan Resort mu itu!”
Xin Lei    : “Terima kasih!”
Qin lang : “Sama-sama!”
Xin Lei  : “Selamat tinggal!”
Qin Lang : “Bye bye!”
Qin Lang pun pergi meninggalkan Xin Lei sambil menakut-nakutinya kalau disana ada banyak anjing liar yang berkeliaran. Xin Lei bersiap pergi namun ia kaget saat mendengar gonggongan anjing, ia pun ketakutan dan akhirnya lari mengejar Qin lang.
Qin Lang tersenyum, ia tahu Xin Lei mengejarnya namun ia pura-pura tak tahu.
Qin lang membawa Xin Lei masuk ke rumahnya, Qin lang memberitahu bahwa ia tinggal bersama nenek dan pembantu rumahnya. Xin Lei bilangvrumah Qin lang begitu kecil untuk ditinggali banyak orang.
Qin lang berhenti menuang teh, ia menatap Xin Lei sebentar dengan kesal, “Tidak juga, kami sudah cukup beruntung, apa kau pikir semua orang suka tinggal di rumah besar sepertimu?” lanjut Qin lang.
“Lebih nyaman tinggal di rumah besar”
“Memangnya kenapa, pada akhirnya kau juga ditendang” ucapn Qin lang sambil memberikan teh pada Xin Lei.
Xin Lei marah dan menyuruh Qin lang menarik kata-katanya kembali. Qin lang bilang pura-pura saja ia tak pernah mengatakannya.
Xin Lei masih dengan gaya sombong berkata rumah mereka hanya disita sementara, selain itu ia masih punya Resort yang ditinggalkan ayahnya yang menurutnya pasti lebih nyaman dibanding rumah Qin Lang.
Mereka kembali berdebat, Qin lang bilang Xin lei akan mati karena terlalu lelah membersihkan rumah, Xin Lei menyombongkan diri dengan berkata ia tentu akan punya pembantu dan tukang kebun. 
Qin lang menatap tajam Xin Lei, dalam hati ia mulai kesal mendengar Xin Lei menyombongkan kekayaannya sementara Xin Lei juga menatap tajam Qin lang dan dalam hati berkata ia takkan kalah bicara dari Qin lang. 
Keduanya saling menatap tajam, seakan bertarung dengan mengeluarkan energi listrik yang memancar keluar dan menyetrum, Qin lang biru dan Xin lei warna pink. 
Xin Lei pun berhasil mengalahkan Qin lang dengan tatapan mautnya. si kalah berpaling pura-pura meminum teh nya.
Xin Lei menanyakan keberadaan nenek Qin lang, ia bertanya apakah nenek Qin Lang orang yang mengajarkan membuat Oyster omelet. Qin lang membenarkan.
Xin Lei kagum, ia bertanya haruskah menyebut nenek Qin lang dengan sebutan Grandmaster. 
Qin lang membenarkan, ia lalu kaget saat mendengar suara neneknya dan Ah Da di luar. Qin lang panik, ia ingat Xin Lei mungkin akan memberitahu neneknya kalau ia ke Shanghai untuk berjualan Oyster omelet. 
Ah Da menekan bel, ia melompat untuk melihat ke dalam namun Qin lang tak juga keluar sehingga Ah Da merasa bingung, nenek lalu mengeluarkan kunci yang ia bawa. Mata Qin lang semakin melebar karena panik. Tiba-tiba Qin lang menyekap mulut Xin lei dan menariknya untuk keluar dari pintu belakang.
Nenek memasukkan kuncinya namun pintu itu ternyata bisa dibuka begitu saja. Ah Da panik, ia takut jangan-jangan ada pencuri di dalam. Nenek sepertinya terpengaruh, ia minta Ah Da untuk masuk duluan. Ah Da terlihat takut.
Ah Da dan nenek masuk, terlihat Qin lang masih bersusah payah menarik Xin lei mencari tempat sembunyi, Xin Lei meronta dan mengucek-ngucek kepala Qin lang.
Nenek dan Ah Da memperhatikan setiap ruangan dengan hati-hati, Qin lang terus menarik Xin Lei tiba-tiba ia terjatuh karena lantai yang tak rata, Xin Lei terlepas sejenak, Ah Da muncul membelakangi Xin Lei dengan gaya bertarung, Qin lang secepat kilat menarik Xin Lei untuk masuk.
Ah Da berbalik tepat setelah Xin Lei ditarik, nenek bergabung dan keduanya kembali berjalan dengan siaga. 
Qin lang berkali-kali menarik Xin Lei yang tetap membandel, Qin lang menariknya lagi dengan keras dan kali ini Xin Lei jatuh tepat di atas tubuh Qin lang. 
Wajah keduanya berdekatan, Xin Lei kaget, keduanya terdiam sejenak dan saling memandang dengan tatapan yang dalam.
Ah Da membuka pintu tempat Qin lang bersembunyi, Qin lang segera merapatkan wajah Xin Lei ke tubuhnya. Keduanya akhirnya terselamatkan karena Ah Da hanya tidak melihat mereka yang berada tepat di bawahnya.
Xin Lei berontak dan melepaskan diri dari Qin lang, Qin lang hendak membungkan mulut Xin Lei agar tak berisik tapi Xin lei langsung menggigit tangan Qin lang. Qin lang tak bisa menjerit, ia terpaksa menahan rasa sakitnya dengan menggigit jari telunjuknya juga.
Qin lang berhasil membawa Xin lei keluar, Xin lei kesal karena Qin Lang baru saja mengundangnya ke rumahnya dan sekarang ia malah ditendang keluar.
Qin lang bilang ia tak ingin neneknya tahu tentang ia menjual Oyster omelet, Xin Lei tanya kenapa, Qin lang bilang masalahnya rumit dan akan menjelaskannya lain kali. Qin lang berkata akan membantu Xin lei menemukan alamat Resortnya, ia menaiki sepedanya dan menyuruh Xin lei mengucapkan alamatnya.
“Jalan Wu Xin nomer 69”
Qin lang gak ngeh, ia pikir Xin Lei main-main dengannya karena yang disebut tadi adalah alamat rumahnya. Keduanya terdiam, baik Qin lang dan Xin lei sama-sama bingung. 
Mereka kembali ke rumah Qin lang dan menatap nomor  rumahnya. “Apa kau pernah mengganti nomor rumahmu?” tanya Xin Lei, Qin lang berkata tidak.
Xin Lei mendekati lubang kunci berniat untuk mencocokkan dengan kunci yang dimilikinya. Kuncinya ternyata pas, Xin Lei tersenyum merasa telah menang dan memamerkannya ke Qin Lang, ia mengambil tas nya dan mengangkatnya dengan santai ke dalam. 
Qin lang masih terpaku bingung mengapa bisa seperti ini. Qin lang baru ingat di dalam masih ada neneknya ia pun berteriak histeris.
Qin lang telat, Xin Lei sudah masuk  ke dalam dan berdiri di hadapan nenek dan Ah Da. Xin Lei dengan sombong langsung menyuruh nenek dan Ah Da keluar dari rumahnya begitu saja. Nenek dan Ah Da kebingungan. 
Tak lama Qin lang masuk, Ah Da bertanya apa Xin lei itu pacarnya Qin lang, nenek juga bertanya mengapa pacar Qin lang sangat kasar pada mereka.
Qin lang tak mengaku, ia pura-pura baru mengenal Xin Lei di luar. Xin lei tak peduli, ia kembali menyuruh mereka pergi dan berkata itu adalah rumahnya sambil menunjukkan kuncinya.
Nenek menuduh Xin lei mencuri kunci rumah mereka dan berniat melaporkannya ke polisi. Xin Lei tak takut, ia malah senang agar polisi bisa menendang mereka semua keluar. 
Ah Da dan nenek merasa kesal, nenek minta Xin lei menunjukkan sertifikat rumahnya jika benar ini memang rumahnya. Xin Lei terdiam, ia memgaku bahwa ia tak punya. 
Ah Da menertawai Xin Lei yang berani-beraninya mengaku kalau rumah ini miliknya. Xin Lei balik menantang mereka menunjukkan sertifikatnya. Nenek segera masuk untuk mengambilnya. 
Qin Lang mendekati Xin lei dan berbisik memintanya menghentikan aksinya dan segera pergi, Xin Lei tak terima dan tetap ngotot untuk tinggal.
Nenek keluar dan menunjukkan sertifikat rumah itu, Ah Da minta Xin Lei untuk segera keluar dari rumah mereka. Ah Da menghentakkan kakinya ke meja untuk menakut-nakuti Xin Lei. Qin lang menatap Xin Lei dengan cemas.
Xin Lei sendiri akhirnya malah menangis tersedu-sedu membuat Ah Da menjadi tak tega dan meminta maaf atas sikapnya. Qin lang menarik Xin Lei sedikit menjauh dan bertanya mungkinkah alamat yang diberikan ke Xin lei itu salah.

“Memangnya siapa lagi yang bisa kutanya? Orang tuaku bangkrut aku bahkan tak tahu mereka ada dimana sekarang, mereka bilang meninggalkanResort buatku tapi ternyata hanyalah rumah tua, aku tak punay uang juga tak punya tempat dan sekarang aku diganggu olehmu (sambil menatap tajam ke Ah Da)” ucap Xin Lei

Ah Da merasa bersalah, ia mendekat ke nenek dan menjewer kupingnya sendiri, “Siapa yang kau maksud? Aku tidak menganggumu” ucap Ah Da.
“Nona ada banyak hal di dunia ini yang tak akan selesai dengan air mata, karena ini memang bukan rumahmu maka tentu kau harus pergi” ucap nenek, ia juga mengancam akan memanggil polisi jika Xin Lei tak juga mau pergi. 
Xin Lei  terdiam, Qin lang merasa kasihan padanya namun tak bisa berbuat apa-apa. 
Xin lei tak punya pilihan, dengan lemah ia hendak mengambil tas nya, tiba-tiba ia teringat ucapan Qin Lang untuk tak memberitahu jika ia berjualan Oyster omelet di Shanghai. Xin lei mendapat ide, ia mengurungkan untuk pergi, Xin Lei mengucapkan kata “Oyster omelet” dengan keras dihadapan semuanya. 
Qin lang menjerit kaget, nenek dan Ah Da sama-sama heran. 
Qin lang mendekat  hendak melarang Xin lei, “Memangnya kenapa?’ ucap Xin Lei pura-pura bingung. Ah Da malah nyambung bilang kalau mereka Oyster omelet mereka sudah habis dan menyuruh Xin Lei datang lagi besok, Qin Lang merasa lega. 
Xin Lei kembali mengancam Qin lang dengan menyebutkan Oyster omelet, Qin lang semakin panik, ia memohon pada neneknya untuk membiarkan Xin Lei tinggal untuk malam ini. Nenek kembali bingung.
HP Qin lang tiba-tiba berbunyi, Qin lang menjawab ia tak punya waktu sekarang namun si penelfon  tetap memaksa agar Qin lang datang ke kantor kalau tidak seseorang akan mati. 
Qin lang kembali memohon agar neneknya tidak mengusir Xin lei dulu, paling tidak menunggu ia kembali, Qin lang pun segera ngacir pergi tanpa memberikan penjelasan. Xin Lei memandang keduanya dengan sikap cueknya.

Qin lang mengayuh kencang sepedanya, ia kesal karena begitu banyak masalah yang menimpanya malam ini. Seseorang bernama Ah Yi menyambut Qin lang, Qin lang langsung bertanya apa masalahnya. 
Ah Yi  ternyata hanya meminta Qin lang menjadi ilustrator mereka dengan menambahkan gambar ilustrasi pada novelnya untuk minggu depan. 
Qin lang langsung mencengkram kerah baju Ah Yi  karena kesal. Ia ingin pulang dan peduli dengan Ah Yi.
Ah Yi mencoba menahan Qin lang dengan mengatakan bahwa penerbit meminta Qin lang membuat ilustrasi serta sampulnya, itu bisa membuat Qin lang menjadi terkenal.
Qin lang tetap tak peduli dan hendak pergi, seseorang menarik kakinya, Qin Lang pikir itu Ah Yi. ia berbalik dan melihat Ah Yi mengangkat kedua tangannya. 
Qin Lang kaget ternyata temannya yang berkacamata yang menahannya. Temannya itu memohon agar Qin Lang membuat mereka juga terkenal sepertinya dirinya di Shanghai. Qin Lang akhirnya terpaksa mengaku bahwa ia telah ditipu.
Di rumah, Nenek dan Ah Da menginterogasi Xin Lei. Mereka mencurigai Xin Lei adalah anggota dari organisasi penipuan yang marak terjadi sekarang ini. Xin Lei jelas membantah, ia menjelaskan kalau keluarganya berasa dari keluarga terpandang.
Xin Lei keceplosan bilang kalau nenek bisa bertanya langsung ke Qin Lang kalau tak percaya. Nenek pun heran dan bertanya darimana Xin Lei tahu nama cucunya. 
Xin Lei mencari alasan, ia bilang nenek sendiri yang telah mengatakan tadi. Nenek tak percaya, Xin Lei jadi salah tingkah. Nenek tanya apa ini berarti Xin Lei dan Qin lang saling mengenal.
“kami tak sungguh-sungguh kenal, kami hanya tahu satu sama lain, temannya di Cina adalah keponakan dari bibi sepupuku, guru dari adik supirku” (oke cukup Xin Lei saya angkat tangan gak ngerti maksudnya)
Ah Da juga kebingungan, Nenek tanya apa mereka berdua bertemu di Cina.
“kapan aku bilang kami bertemu disana?” ucap XinLei,  Nenek menerangkan kembali ucapan Xin Lei dan menyimpulkan bahwa itu berarti mereka pernah bertemu di Cina. 
Xin Lei kelabakan, ia mengakui nenek Qin lang sangat pintar. Nenek semakin kesal pada Qin lang yang setelah lama menghilang demi sebuah kontrak kerja sekarang justru pulang dengan membawa seorang gadis. 
Ah Da minta nenek untuk tenang dan menunggu jawaban yang pasti dari Qin lang. Xin Lei dengan heran bertanya apa maksudnya Qin lang pergi untuk menandatangani kontrak. 
Ah Da pun menjelaskan bahwa seseorang bernama Zhang Dong Min membawanya ke Cina untuk menandatangani kontrak.
Qin lang bercerita hal yang sama pada temannya, ia bercerita bahwa ia telah ditipu bahkan uang dan tiket pesawatnya juga diambil. Si kacamata coba  menenangkan “Jangan khawatir aku akan membuatnya mati dengan tragis di novelku”. 
Ah Yi tanya mengapa Qin lang tak meminta pertolongan mereka untuk mentranferkan uang padanya, Qin Lang mengingatkan kalau keduanya justru hidup lebih kekurangan darinya. 
Si kacamata (untuk sementara sebut begitu dulu) tanya lagi mengapa Qin lang bertahan disana, Qin lang bilang ia tak ingin mengecewakan neneknya dan ingin menghasilkan uang untuk dibawa pada neneknya.
Nenek berkata sebenarnya ia justru berharap Qin Lang gagal dalam kontraknya sehingga ia jera untuk tak melukis lagi namun pada kenyataannya Qin lang justru bisa mendapatkan kontraknya bahkan sibuk mmeberikan tanda tangan di semua tempat. 
Xin Lei terlihat berfikir, nenek dengan senang menunjukkan pada Xin Lei uang yang dihasilkan Qin lang untuknya.

sementara itu Ah Yi kembali tanya bagaimana Qin lang mengumpulkan uang disana, Qin lang bilang ia bekerja, Ah Yi kembali tanya pekerjaan apa.
Nenek juga bertanya dimana Xin lei bertemu dengan Qin lang saat di Cina.

“Oyster omelet” ucap Xin Lei dan Qin lang bersamaan tapi tentunya dengan lokasi yang berbeda.
Qin lang mengaku kalau ia menjadi koki disebuah restoran, sementara Xin Lei dengan canggung berkata ia bertemu dengan Qin lang disebuah restauran yang menjual Oyster omelet.
“Kau lihat dia itu paling perhatian padamu, kau bahkan menyebutnya tak punya perasaan karena meninggalkanmu selama 3 bulan ternyata dia itu paling peduli padamu” ucap Ah Da pada Nenek.
“Memangnya darimana kau tahu?”
Ah Da tanya pada Xin lei apakah Qin Lang makan Oyster omelet tiap hari, “Bisa dibilang begitu” jawab Xin Lei.
“kau lihat kan, Qin lang itu begitu merindukan dirimu dan Oyster omelet itu membuatnya selalu mengingatmu, kau lah Oyster omelet itu” Ucap Ah Da. Nenek menyuruh Ah Da berhenti bicara tapi ia sendiri bahagia mendengar hal itu.
Qin lang menceritakan dengan lengkap seluruh ceritanya, Ah Yi merasa itu sudah cukup dan minta Qin lang kembali fokus ke Novel Jiu Da Bao’s yang kesembilan.
Qin lang teringat Xin Lei masih dirumahnya dan hendak bergegas pulang namun si kacamata kembali menariknya untuk tinggal. Qin lang meminta mereka menggunakan ilustrator yang sebelumnya saja, temannya menolak. Qin lang mengerti dan akan menyanggupinya ia segera bergegas pulang ke rumah.
Xin Lei tetap bersikeras untuk tetap tinggal di rumah itu. Nenek menegaskan kembali bahwa rumah itu adalah miliknya dan putrinyalah yang telah membeli rumah itu untuknya. 
Xin Lei berkata ia punya kuncin dan nenek menjawab bahwa kunci itu tak membuktikan apapun. Nenek meminta koper Xin Lei, Xin Lei senang ia pikir nenek telah menerimanya tinggal disana dan memberikannya. 
Nenek merasa puas sekarang ia meminta Ah Da menendang Xin Lei keluar. Xin Lei mendelik pada Ah Da, Ah Da ciut, ia pura-pura tak bisa dengan alasan tak mau ikut campur dalam pertarungan wanita. 
Xin Lei teriak meminta kopernya kembali keduanya jadi tarik-tarikan tas hingga keluar pagar. Xin Lei tetap berusaha sekuat tenaga menarik tas nya sambil bilang bahwa itu rumahnya
Xin Lei berhasil ditendang keluar, tas nya melayang tepat di tangkap oleh Qin Lang.
“Ini Rumahku!” teriak Xin Lei lagi, mereka saling bertatapan seakan ada pertarungan sengit. 
Qin Lang berada ditengah coba menengahi,”Meskipun aku tak kenal dia tapi...”
“Kita sudah saling kenal” ucap Xin Lei. Qin Lang bingung, Xin Lei kembali menyebutkan silsilah pertemanannya yang membingungkan itu. Qin Lang bingung, nenek tanya bukankah memang begitu.
Qin lang akhirnya mengiyakan dan berdiri  disamping Xin Lei. Qin Lang bilang mereka berteman dan minta nenek membiarkan Xin Lei menginap dulu disana. 
Nenek tak setuju, Qin Lang coba merayu, “Bukankah kau pernah bilang menolong orang adalah suatu kebahagiaan?’ Ah Da ikut-ikutan memihak Qin Lang, nenek menyerah ia minta mereka berdua mengurus Xin Lei. 
Permasalahan selesai namun Xin Lei masih tampak tak senang, Qin lang hendak membantu membawakan koper namun Xin Lei malah mengulurkan tas nya juga untuk dibawa. Qin lang membawa keduanya dengan kesal.
Qin lang menasehati Xin Lei, kunci yang ia bawa tak bisa menjadikan bahwa ini rumahnya, Xin Lei bersikeras akan membuktikannya nanti, Qin Lang tak takut dan berkata akan menunggu. 
Qin lang membawa Xin Lei  ke kamarnya dan langsung menutup pintu, tiba-tiba dari belakang Xin Lei menggetok kepala Qin Lang dengan toples kaca? (maaf kalau salah), Qin lang menjerit kesakitan. Xin Lei berfikir Qin lang akan berbuat kurang ajar di kamarnya.
“Apa yang kau pikirkan? Aku memberimu kamarku dan aku akan tidur di ruang tamu, atau kau yang mau tidur di ruang tamu?” ucap Qin lang.
Xin Lei tak percaya, ia curiga karena begitu masuk Qin Lang langsung menutup rapat pintunya. Qin Lang menerangkan kalau ia hanya ingin memeriksa apakah pintu kamarnya masih bisa ditutup apa tidak karena biasanya Qin lang tak pernah menutup pintunya.
Xin Lei sedikit menyesal, ia menurunkan kembali toples itu, Qin lang kembali memegangi kepalanya yang pastinya berdenyut, gambar air mata memancar juga muncul di wajah Qin Lang. (Wkkkk...kasian banget Qin lang)
Xin Lei ke kamar mandi dan menatap ruangan yang tentunya sangat berbeda dari tempatnya dulu, sementara Qin lang tinggal untuk membersihkan kamar Xin Lei. Tiba-tiba Qin lang mendengar suara teriakan dari kamar mandi, Qin lang panik dan bertanya apa yang terjadi. 
Xin Lei menjerit karena tak ada air  panas di kamar mandi  (kamar mandi Qin lang tak pakai bak tapi shower)
Xin Lei memanggil Qin lang lagi tapi tak ada jawaban, Xin Lei pikir Qin lang sengaja meninggalkannya padahal Qin lang keluar untuk mencari air buat Xin Lei. 
Qin lang balik dan meminta Xin lei membuka pintunya. Xin Lei tentu saja menolak karena ia hanya mengenakan handuk. Xin Lei lalu minta Qin Lang meninggalkan air panas di depan pintu saja dan segera berbalik badan jangan melihatnya (kenapa harus balik badan?kenapa gak disuruh pergi? hehe..)
Xin Lei merasa aman, ia membuka pintu sambil tetap mengawasi Qin lang, Xin Lei kaget karena kepanasan, Qin lang reflek berbalik badan, Xin Lei menjerit dan segera kembali ke kamar mandi.
 Qin lang juga kaget hingga mulutnya membuat huruf O dengan lebar. Xin lei menuduhnya hidung belang, Qin lang menepuk-nepuk pipi kananya dan berkata ia tidak seperti itu.
“Sungguh” ucap Qin Lang
“ya kau seperti itu”
“Tidak, bagaimana kalau seperti ini, aku membawa air panas ini ke dalam sambil menutup mataku “ 
“jika kau berani membuka matamu aku akan membunuhmu!”
“Baiklah”
Xin Lei kembali membuka pintu, Qin lang masuk sambil menutup matanya dan menunduk membawa teko yang berat itu. kepala Qin lang kejedot pintu dan matanya terbuka lebar, Xin Lei menjerita dan segera menutup pintunya namun kepala Qin lang masih di dalam dan kejepit pintu. Qin lang menjerit kesakitan dan Xin lei menjerit ketakutan hingga tak sengaja melepas handuknya. Qin Lang kaget terkejut mati melihat Xin Lei tanpa handuk.
“Kemungkinan untuk bisa saling bertemu lagi sangatlah tipis 
namun tidak ada salahnya untuk berjalan lebih lama lagi”
Sedikit Komentar:

Ini adalah malam terpanjang bagi para tokoh kita, bagaimana tidak, hampir seluruh bagian ini semua kejadiannya terjadi dalam satu malam saja, semuanya pasti merasa lelah termasuk juga saya, huff...
Melihat tingkah Xin Lei, sebenarnya aku yakin ia sadar kalau ia telah salah karena Xin Lei itu kan pintar. Namun mau bagaimana lagi ia sudah tak punya tempat tinggal dan tak tahu harus pergi kemana, jadi aku pikir ia sengaja ngotot kalau itu rumahnya agar ada alasan untuk tinggal.
Qin Lang selalu mengalah kalau sudah sama Xin Lei, ia sangat pengertian padanya alhasil ia malah selalu sial. Btw Wajah Qin lang saat kejepit pintu itu jelek banget menurutku, hahaha...



Monday, 24 June 2013

Corner With Love Eps 3 Part1

Perhatian!!!
Mohon untuk tidak meng-COPAS Tulisan di Blog ini!!!
Bagi yang ingin mengambil Tulisan dari Blog ini harap menyertakan LINK HIDUP
Di bawah postingan yang diambil dari Blog ini!
Baik itu nantinya di ubah atau Dirapikan
Mohon hargai penulis dan sesama Blogger!!Terima Kasih ^^


Corner With Love Eps 3 Part 1
Xin Lei meminta Qin Lang menjalankan mobilnya meninggalkan Shan Dong yang merasa frustasi karena tak berhasil bertemu Xin Lei.
Qin Lang sadar Xin Lei terus menangis, ia pun memberhentikan mobilnya sejenak di pinggir jalan dan meninggalkan Xin Lei untuk bebas menangis di mobil. 
Setelah beberapa saat Xin Lei keluar menghampiri Qin Lang dan menyuruh Qin lang pulang sendiri sementara ia akan berjalan kaki. Qin Lang turut merasakan kesedihan Xin Lei, ia kembali ke mobilnya dan terlihat membelokkannya. 
Sementara Xin Lei berjalan sendiri tiba-tiba Qin Lang sudah muncul di sampingnya sambil bernyanyi menghiburnya sama seperti kemarin. Xin Lei sedikit tersenyum melihat kekonyolan Qin Lang. “Nyanyianmu itu sungguh jelek” ucap Xin Lei. Qin Lang keluar dari mobil, “Memangnya kenapa kalau nyanyianku jelek”
“Kau berisik” ucap Xin Lei, Qin Lang tak peduli ia menyeret kembali Xin lei ke mobil dan berkata ia belum makan dari tadi. Xin Lei tersenyum karena tingkah Qin Lang.
Qin Lang membawa Xin lei ke tempat favoritnya namun ia khawatir melihat Xin Lei yang terus minum dari tadi (minum alkohol pastinya, kalo minum air mah gak perlu khawatir). Xin Lei terus mendoakannya semoga bahagia, Qin lang kesal karena itu sudah yang ke 800 kalinya dan menyuruh Xin lei berhenti minum. Xin Lei kesal karena Qin lang tak mau meladeninya minum.
Xin Lei: “Alis matamu sangat tebal, hidungmu juga mancung, bentuk wajahmu tak begitu bulat juga tak begitu persegi, dan kau punya lesung pipi, bagaimana? Aku ingat kan wajahmu?”
Qin lang merasa kasihan terhadap Xin Lei, perlahan ia berniat memberitahu kembali bahwa ia akan pergi besok, namun lagi-lagi gagal karena Xin Lei keburu pingsan.”Aku akan kembali ke Taiwan besok” ucap Qin lang meski Xin Lei tak mungkin mendengarnya.
Qin lang membawa Xin Lei pulang, Xin Lei tertidur di bahu Qin lang. Qin lang coba menjauhkan Xin Lei darinya, ia terus menatap wajah Xin Lei, Qin lang coba untuk menyentuh pipi Xin lei namun ia mengurungkan niatnya, “kau harus menjaga dirimu, kurasa kita takkan bertemu lagi” ucap Qin lang dalam hati. Qin lang membopong tubuh Xin Lei ke dalam.

“jangan merasa terluka, jangan merasa kecewa dan jangan pernah menyerah atas harapan yang bisa membuatmu bahagia, meski kita hanya sebulan berteman, tapi aku akan mengingat seperti apa dirimu” (Qin Lang)
Qin lang menatap jendela kamar Xin Lei dari dalam mobilnya, “Suatu hari, jika kita bertemu lagi di tempat yang berbeda, kau harus tersenyum dengan aura yang bersinar, selamat tinggal tuan putri” (Qin Lang)
Qin lang kembali ke restauran, ia tersenyum melihat minuman dan makanan yang disediakan di atas meja, tiba-tiba lampu menyala dan teman-teman Qin lang langsung merangkulnya dan meneyakap mulutnya, “kami sudah menunggumu dari tadi tahu”
Acara pun dimulai, keempatnya bersulang, teman Qin lang menanyakan makanan untuknya dari acara pertunangan. Qin Lang beralasan ia duluan keluar dibanding yang lain. Che Ren penasaran ingin tahu bagaimana pestanya, Qin lang bilang kalau itu sangat membosankan. Cui Gue menyuruh mereka diam dan mulai bersulang kembali.
Cui Gue menanyakan alasan Qin lang untuk pulang ke Taiwan. “Ada hal yang harus kulakukan dan seseorang yang harus kujaga” teman Qin lang penasaran, ia bertanya apakah itu seorang wanita, Qin Lang mengiyakan. Mereka berdua mengira Qin lang pulang untuk bertemu kekasih lamanya, Qin lang bilang tidak. “kau sudah menikah?” tanya keduanya serentak, Qin lang kembali menjawab tidak dan menyuruh mereka berhenti bertanya.
“Apa kau akan kembali menemui kami?”
“Ya, jika aku punya uang”
Keduanya merasa sedih, “Aku akan menabung biar bisa bertemu denganmu di Taiwan”
Che Ren:”Orang yang berhasil mengumpulkan uang pertama akan jadi yang pertama pergi, Cui Gue kenapa kau tak menaikkan gaji kami”
Cui Gue berhenti makan, tiba-tiba suasana hening,(kriikk...kriiikkk...#suara jangkrik. Saya deg2an).
setelah cukup lama,“Ayo minummm...” ucap Qin lang akhirnya, (saya lega). Mereka pun kembali bersulang.
Xin Lei bangun dan tersadar ia sudah ada di rumah, Xi Xian datang menyuruhnya meminum obat. Setelahnya Xin Lei pun bertanya bagaimana ia pulang semalam.
“Apa kau lupa? Qin lang yang membawamu semalam, ia juga berpesan untuk menjagamu karena dia bilang dia akan pergi hari ini”
Xin Lei kaget, “pergi? Kemana?”
“Dia tidak bilang” ucap Xi Xian.
Qin lang menatap lukisan pemandangan itu lagi, ia melihat tanda tangan yang tertera disana dan berpesan pada Cui Gue untuk menghubunginya jika pemilik tanda tangan itu datang.

Xin Lei berlari menuju restauran, Qin lang sedang berada di mobil, diantar oleh ketiga temannya yang semuanya terlihat sedih. Qin lang turut sedih sambil memandang ke luar. Mobil berhenti di lampu merah, Qin lang memasukkan kepalanya ke mobil padahal saat itu Xin Lei tengah berdiri di dekat mereka, (ughh..drama)
Mobil berjalan, Xin Lei berpaling kesana-kemari, tak ada satupun yang menyadari kedekatan mereka.Akhirnya ketiga teman Qin lang melepas kepergiannya dengan sedih.
Xin Lei tiba di restauran dan kecewa melihat tempat itu ditutup. Xin Lei berjalan dengan lesu, sepanjang jalan ia selalu ingat kenangannya dengan Qin lang dan merasa sangat kehilangan. “Kenapa semuanya meninggalkanku” pikir Xin Lei, ia berhenti, “Bahkan Shan Dong juga telah pergi” Xin Lei merasa sedih karena kembali teringat Shan Dong. 
Xin Lei mulai menangis di depan rumah lamanya. “Ayah, Ibu kenapa kau membuangku? Bagaimana bisa kau membuangku, aku tak mau seperti ini” 
Xin Lei melangkah pergi, ia kaget melihat Xi Xian telah menunggunya, “Ayah Shan Dong sedang menunggumu” 
sekarang gantian Xin Lei yang kaget.

Orang tua Shan Dong marah-marah pada Xin Lei karena kedatangannya ke pesta telah mengubah pemikiran Shan Dong yang hendak membatalkan pernikahannya. Ibu Shan Dong memohon agar Xin Lei menyelesaikan hubungannya dengan Shan Dong. Ayah Shan Dong membentak, ia perlu pernikahan ini untuk menghasilkan investasi yang besar bagi perusahaannya. Xin lei bingung, ia tersudut tak berdaya, ia pun mengambil keputusan.
“Tolong katakan ini pada Shan Dong, mulai hari ini aku akan menghilang dari muka bumi”
Qin lang tiba di Taiwan, ia berjalan kembali ke rumahnya.Qin lang menatap kembali rumahnya hal itu membawanya pada beberapa kenangan pahit
Flashback: Qin lang dimarahi oleh seorang pria yang menganggap hasil karyanya sangat buruk, Qin lang keluar, ia merasa amat sedih. Seorang pria yang tadi ada di samping Qin lang saat dimarahi minta agar Qin lang tak mengambil hati perkataan pria itu. Ia berjanji akan membawa Qin lang ke bos lain. Qin lang bingung karena sebelumnya sang pria berkata bos tersebut sangat tertarik dengan hasil karyanya.End flashback.
Qin lang hendak masuk, tiba-tiba seorang pria bertubuh gemuk keluar. “Ah Da?’ ucap Qin lang. Sang pria kaget dan ketakutan, ia kembali melihat, setelah tahu itu Qin lang ia pun merasa tenang.
“kau bilang kemarin nenekku sakit, apa dia sudah lebih baik?” tanya Qin lang
“Sebelumnya dia memang tak bisa bergerak dan hanya bisa berbaring, dokter bahkan mengatakan ia tak boleh melakukan apapun”
“Separah itukah? Lalu apa dia lebih baik sekarang?”
Ah Da mengiyakan, Qin lang merasa lega, Ah Da mengajak Qin lang masuk namun Qin lang merasa ragu karena takut neneknya akan marah padanya. “Kau baru kembali dari Cina dia tak mungkin marah” Qin lang akhirnya menurut.
Hal yang sebaliknya terjadi, Qin lang yang baru sampai langsung dipukul dan ditendang oleh sang nenek yang masih segar bugar. Sang nenek kesal karena Qin lang pergi begitu saja selama 3 bulan.
“Aku ini satu-satunya cucumu bagaimana kau bisa tenang di sisa hidupmu jika aku mati?”
“Masih ada aku” ucap Ah Da, Qin lang langsung memukul kepala Ah Da. 
Nenek kembali hendak memukul, Ah Da menghalanginya. Qin lang bingung neneknya begitu kuat padahal baru saja sembuh. Nenek berkata ia tak pernah sakit dan itu hanya akal-akalan dari Ah Da. 
Qin lang kesal hendak menghajar Ah Da lagi, nenek menghalanginya dan berkata Ah Da lebih banyak membantunya ketimbang Qin lang. Nenek kesal karena Qin lang tak pernah menurutinya untuk tak menjadi pelukis, nenek akhirnya menjewer kuping Qin lang. 
Ah Da kembali melerai, ia bilang kali ini ceritanya berbeda karena ada seorang penerbit di Cina yang berniat memakai lukisan Qin lang.
Qin lang berbohong, ia bilang karyanya diterima dan ia tengah sibuk mengurus tanda tangan kontrak. Nenek curiga karena waktu 3 bulan terlalu lama hanya untuk kontrak. 
Qin lang mengarang cerita, “karena mereka ingin aku tinggal di Shanghai untuk promosi. “Kenapa aku tak pernah melihatmu di TV atau di internet?” ucap Ah Da. Qin Lang beralasan tak semua hal seperti itu ditayangkan di internet. Nenek tanya mana uang yang dihasilkan Qin lang.
Qin lang memberikan seluruh uang yang dimilikinya, nenek curiga karena hanya sedikit. Qin lang bilang dia masih artis baru makanya masih sedikit. Ah Da penasaran ingin melihat copy-an dari karya Qin lang, Qin lang bingung dan bilang ia tak punya copy-annya karena semuanya sudah terjual. 
Ah Da bertanya lagi jika Qin lang memang sudah terkenal disana lalu mengapa Qin lang mau kembali. Qin lang terdiam, ia lalu berkata itu adalah terakhir kalinya dia akan melukis dan akan mendengarkan saran neneknya. 
Nenek tak percaya, Qin lang telah berkali-kali bilang begitu, “kau juga percaya padanya berkali-kali” ucap Ah Da. 
Nenek menatap kesal, ia lalu tanya kesungguhan Qin lang.
Qin lang membenarkan, nenek merasa cukup puas akan hal itu dan menyuruh Qin lang untuk segera mandi. Qin Lang senang merasa terselamatkan, ia dan Ah Da berebut untuk menggunakan kamar mandi. Nenek menghela nafas, ia sepertinya tahu kalau Qin Lang benar-benar sudah berbohong.
Selesai mandi Qin lang membuka buku gambarnya kembali, sketsa yang dibuatnya itu mengingatkannya akan Xin lei.

Xin Lei sendiri tengah bersiap untuk pergi ke rumah lamanya di Taiwan. Xi Xian sedih, ia minta Xin Lei tak pergi kesana karena ia tak mungkin bisa menemani Xin Lei. Xin Lei minta Xi Xian tak khawatir karena ia bisa menjaga dirinya sendiri. 
Xin Lei lebih khawatir pada Xi Xian dan berpesan jika seseorang membully Xi Xian maka ia harus berani melawannya, Xi Xian mengiyakan. Xi Xian berpesan agar Xin Lei segera kembali jika tak betah disana. Xin Lei murung, ia tak mungkin melakukan itu, ia berusaha menenangkan Xi Xian bahwa ia akan senang tinggal disana.
Xin Lei minta Xi Xian menerima sejumlah uang darinya, Xi Xian tak mau, Xin Lei memaksa dan minta agar berhenti memanggilnya nona. Xi Xian memanggil nama Xin lei layaknya seorang teman. Xin lei menangis dan memeluk erat Xi Xian. 
Xin lei akhirnya pergi sendiri ke Taiwan, Xin Lei merasa takut karena hanya berada sendirian disana. Xin Lei keluar bandara, ia tak menyangka bisa bertemu kembali dengan Lian Sheng Quan begitu juga dengan Sheng Quan sendiri. 
Sheng Quan  menawarkan tumpangan untuk Xin Lei. 
Xin Lei merasa kagum saat melihat sebuah menara yang tinggi. Xin Lei meminta maaf karena telah meninggalkan Sheng Quan begitu saja di pesta, Sheng Quan tak mempermasalahkan hal itu, ia bertanya mengapa Xin lei bisa ada di Taiwan. 
Xin Lei berbohong, ia bilang akan berlibur ke resort milik orang tuanya. Sheng Quan berkata kedatangannya kali ini adalah untuk mengecek keadaan pasar di Taiwan, ayahnya berniat untuk membangun pusat jajanan di sepanjang jalan di situ untuk menarik para turis. Xin Lei tanya apa yang dimaksud adalah jajanan khas Taiwan, Sheng Quan membenarkan dan minta pendapat Xin lei soal makanan yang enak.
Xin lei berkata ia tak terlalu tahu tapi ia pernah mencoba Oyster Omelet yang rasanya lezat. Xin lei jadi teringat saat Qin lang masuk dapur dengan menggunakan pakaian wanita. Xin Lei jadi tertawa sendiri, Sheng Quan penasaran dan tanya mengapa Xin Lei tertawa.
“Oyster omelet buatan Qin Lang itu sungguh lezat” ucap Xin Lei sambil tertawa, Sheng Quan tak mengerti namun ia tetap ikut-ikutan tertawa kemudian Sheng Quan berkata,
“Tapi apa boleh aku tanya siapa itu Qin lang?” Xin Lei pun berhenti tertawa.
Qin lang pergi ke sebuah tempat seperti pusat jajanan dan menyapa temannya Dong Ge. Dong Ge merasa senang bisa bertemu dengan Qin lang lagi, ia berteriak memberitahu semua orang kalau Qin lang sudah pulang. Semua pedagang yang tadinya sibuk pada pergi mengerumuni teman mereka Qin lang, Qin lang juga turut menyapa semuanya.
Qin lang lalu ke tempat Ah Da, ia berterima kasih karena Ah Da telah menjaga neneknya selama ia pergi. Ah Da bilang tak perlu karena ia juga berhutang budi pada nenek Qin lang. “Jika bukan nenekmu yang menasehatiku untuk tak bergabung dengan anggota geng mungkin aku lagi berada di penjara sekarang” 

Ah Da tampak kaget melihat di belakang Qin lang. Qin Lang sepertinya tahu, ia langsung berbalik ke belakang. Seorang wanita langsung marah-marah pada Qin lang karena Qin lang pergi tanpa memberi kabar. (Xin Lei rivalmu telah muncul)
“Apa aku perlu memberi kabar padamu kemanapun aku pergi”
“Tentu saja”
“Atas dasar apa?”
“itu benar atas dasar apa?” tambah Ah Da. Sang wanita bingung menjawab, “Biar kuingatkan kau memangnya siapa yang telah meminjamkan kau kios”
“Semua orang tahu bahwa ayahmulah yang menyewakan itu, memangnya apa hubungannya denganmu?”
Wanita bernama Cai Xiao Yang bilang ia merasa malu pada yang lain karena tak tahu Qin lang pergi kemana. Qin lang merasa bosan dan hendak pergi, Xiao Yang menarik tangan Qin lang, “Kenapa kau mengabaikanku?”
Qin lang tampak tak peduli, Xiao Yang lantas memukul pundak Qin Lang sebelum pergi. Qin lang mengaduh kesakitan.
Sheng Quan kelaparan, ia lalu mengajak Xin lei makan dan bertanya makanan apa yang ingin Xin Lei makan sambil menyebut beberapa makanan mewah. 
Xin lei berfikir ia tampak lebih tertarik untuk mencoba jajanan khas Taiwan. Sheng Quan mengajak Xin lei ke pusat jajanan pasar tempat Qin lang tadi berada. 
Saat itu hari hampir malam dan pasar terlihat ramai pengunjung. Xin Lei dan Sheng Quan berkeliling mencari makanan yang pas. Xin Lei melihat tempat yang menjual Oyster omelet yang tak lain adalah tempat nenek Qin lang berjualan. Qin lang sendiri berada disamping neneknya sedang berjongkok mencuci piring sehingga Xin lei tak melihatnya. 
Sheng Quan melihat kemana Xin lei mendekat, ia tanya apa Xin lei mau makan itu. “Tidak usah” ucap Xin lei ia pun mengajak Sheng Quan makan mie saja. Xin Lei mengajak Sheng Quan ke tempat disebelahnya meninggalkan Qin Lang yang saat itu sudah selesai mencuci.
Xin Lei makan di tempat Dong Ge, Sheng Quan sangat bersemangat untuk mulai makan namun ia malah menjatuhkan kontak lens nya. 
Xin lei hendak membantunya mencari, Sheng Quan meraba meja namun ia malah memegang tangan Xin lei. 
Xin lei kaget, Sheng Quan meminta maaf. Xin lei lalu menemukan kontak lens itu terjatuh di samping mangkuk Sheng Quan. Xin lei berdiri untuk membantu Sheng Quan untuk memasangkannya kembali. 
Dong Ge berbalik melihat mereka ia kaget karena posisi Xin lei yang seakan-akan ia sedang berciuman dengan Sheng Quan. Dong ge merasa iri melihat mereka.
Sheng Quan berkata mie nya sangat enak seperti merasakan masakan rumah. Saat hendak membayar kepada Dong Ge, Xin lei kembali berkata kalau Mie buatan Dong Ge sungguh lezat. Dong Ge merasa senang dipuji oleh wanita cantik. Dong Ge membersihkan piring mereka, ia terkejut menemukan Hp Xin Lei tertinggal di atas meja, Dong Ge mencari namun Xin Lei sudah jauh pergi.
Sheng Quan mengajak Xin lei melihat pelabuhan, ia lalu bertanya alamat resort Xin lei. Xin lei bilang sebenarnya ia tak tahu dimana itu, ia hanya punya alamat dan kunci saja. 
Sheng Quan berniat mengantarkannya namun Xin lei dengan cepat menolak dan berkata akan naik taksi saja. Sheng Quan merasa mereka sungguh berjodoh dan berpesan agar Xin lei menghubunginya jika terjadi apa-apa.
Sheng Quan akhirnya pergi, sebelum pergi ia berpesan agar Xin lei tak lupa  menelfonnya. 
Xin Lei teringat pada Hp nya, ia panik saat tak menemukan Hp nya di dalam tas. Xin Lei sadar Hp nya pasti ketinggalan. Ia pun kembali ke pasar dan lagi-lagi kembali melewati kios Qin lang (maaf gak bisa ngasi gambar pas adegan ini, menurutku gambarnya gak fokus jadi percuma). Dong Ge berkata ia yakin Xin Lei pasti kembali lagi, ia pun segera mengembalikan Hp Xin Lei. Xin Lei akhirnya merasa lega.
Seorang wanita datang ke tempat Dong ge dan mengabarkan bahwa sang pemilik Cai Jin Shun berencana menaikkan uang sewa lagi.
Para pedagang berkumpul, mereka berencana mengajukan protes kepada Cai Jin Shun sang pemilik tempat. Nenek menyuruh Qin lang membereskan barang-barang mereka. 
Ah Da mendekati Qin lang, ia merasa hal ini terjadi karena ucapan Qin lang pada Xiao Yang. Qin lang tak setuju, ia menyuruh Ah Da ikut dengan yang lain untuk menjaga neneknya dari Tuan Cai. Ah Da bersemangat, sambil memegang sendok ia pun pergi ikut dengan yang lain.