Mohon untuk tidak meng-COPAS Tulisan di Blog ini!!!
Bagi yang ingin mengambil Tulisan dari Blog ini harap menyertakan LINK HIDUP
Di bawah postingan yang diambil dari Blog ini!
Baik itu nantinya di ubah atau Dirapikan
Mohon hargai penulis dan sesama Blogger!!Terima Kasih ^^
Corner
With Love Eps 3 Part 2
Xin
Lei mendorong kopernya seorang diri dan
merasa terasing. Xin Lei menatap alamatnya, “Jalan Wu Xin nomer 69” ucapnya
pada supir taksi. Xin
Lei ahirnya kebingungan mencari alamat itu seorang diri di malam hari.
Qin
lang mengayuh sepedanya pulang, ia berbelok dan tepat setelahnya ia pun berpapasan
dengan Xin Lei. Qin Lang terdiam menatap Xin Lei penuh kebingungan begitu juga
dengan Xin Lei.
Keduanya sama-sama tak percaya kalau orang yang ada di depannya
itu adalah nyata.
Qin
lang :” Mataku pasti kabur, bagaimana bisa aku melihat Tuan puteri yang
berkilauan itu disini?”
Xin
Lei :”Tak mungkin ada kebetulan seperti ini, aku bahkan bertemu dengannya
disini, (Qin lang mengayuh sepedanya mendekat) Apa aku sedang bermimpi?
Mungkinkah ini halusinasi?”
Qin
lang berada disamping Xin Lei.
“Yu
Xin Lei?” Ucap Qin lang
“Qin
lang?” ucap Xin Lei
“Hahh!!”
ucap keduanya.
Xin
Lei senang bertemu Qin lang, ia mengaku pada Qin lang kalau kedatangannya kesana
adalah untuk liburan ke Resort milik ayahnya. Qin lang melihat sekeliling, ia
heran karena merasa tak pernah ada Resort disana.
“Berhentilah
bercanda, mana ada Resort di dekat sini, hanya ada beberapa rumah penduduk
biasa disini”
Xin Lei balik bertanya apa yang dilakukan Qin lang, Qin lang
mengatakan rumahnya berada di dekat sana.
Dalam
hati Xin Lei sudah pasrah ia tak dapat menemukan alamat yang dicari, Qin lang
curiga pada alasan Xin Lei.
Qin
lang merasa Xin Lei telah tersesat dan menawarkan rumahnya untuk menginap, Xin Lei kesal dikatakan telah
tersesat dan tak mau ditolong Qin lang.
“lalu
kenapa aku tak boleh menolongmu?”
“Aku
hanya tak mau berhutang padamu” ucap Xin Lei.
Qin
lang kesal, “Terserah kau saja! Semoga kau beruntung menemukan Resort mu itu!”
Xin
Lei : “Terima kasih!”
Qin
lang : “Sama-sama!”
Xin
Lei : “Selamat tinggal!”
Qin
Lang : “Bye bye!”
Qin
Lang pun pergi meninggalkan Xin Lei sambil menakut-nakutinya kalau disana ada
banyak anjing liar yang berkeliaran. Xin Lei bersiap pergi namun ia kaget saat mendengar gonggongan anjing, ia pun ketakutan dan akhirnya lari mengejar Qin lang.
Qin
Lang tersenyum, ia tahu Xin Lei mengejarnya namun ia pura-pura tak tahu.
Qin
lang membawa Xin Lei masuk ke rumahnya, Qin lang memberitahu bahwa ia tinggal
bersama nenek dan pembantu rumahnya. Xin Lei bilangvrumah Qin lang begitu kecil untuk ditinggali banyak orang.
Qin
lang berhenti menuang teh, ia menatap Xin Lei sebentar dengan kesal, “Tidak
juga, kami sudah cukup beruntung, apa kau pikir semua orang suka tinggal di
rumah besar sepertimu?” lanjut Qin lang.
“Lebih
nyaman tinggal di rumah besar”
“Memangnya
kenapa, pada akhirnya kau juga ditendang” ucapn Qin lang sambil memberikan teh
pada Xin Lei.
Xin
Lei marah dan menyuruh Qin lang menarik kata-katanya kembali. Qin lang bilang
pura-pura saja ia tak pernah mengatakannya.
Xin
Lei masih dengan gaya sombong berkata rumah mereka hanya disita sementara,
selain itu ia masih punya Resort yang ditinggalkan ayahnya yang menurutnya
pasti lebih nyaman dibanding rumah Qin Lang.
Mereka
kembali berdebat, Qin lang bilang Xin lei akan mati karena terlalu lelah
membersihkan rumah, Xin Lei menyombongkan diri dengan berkata ia tentu akan
punya pembantu dan tukang kebun.
Qin lang menatap tajam Xin Lei, dalam hati ia
mulai kesal mendengar Xin Lei menyombongkan kekayaannya sementara Xin Lei juga
menatap tajam Qin lang dan dalam hati berkata ia takkan kalah bicara dari Qin
lang.
Keduanya saling menatap tajam, seakan bertarung dengan mengeluarkan
energi listrik yang memancar keluar dan menyetrum, Qin lang biru dan Xin lei warna pink.
Xin
Lei pun berhasil mengalahkan Qin lang dengan tatapan mautnya. si kalah berpaling pura-pura meminum teh nya.
Xin
Lei menanyakan keberadaan nenek Qin lang, ia bertanya apakah nenek Qin Lang
orang yang mengajarkan membuat Oyster omelet. Qin lang membenarkan.
Xin
Lei kagum, ia bertanya haruskah menyebut nenek Qin lang dengan sebutan
Grandmaster.
Qin lang membenarkan, ia lalu kaget saat mendengar suara neneknya
dan Ah Da di luar. Qin lang panik, ia ingat Xin Lei mungkin akan memberitahu neneknya
kalau ia ke Shanghai untuk berjualan Oyster omelet.
Ah Da menekan bel, ia
melompat untuk melihat ke dalam namun Qin lang tak juga keluar sehingga Ah Da
merasa bingung, nenek lalu mengeluarkan kunci yang ia bawa. Mata Qin lang
semakin melebar karena panik. Tiba-tiba Qin lang menyekap mulut Xin lei dan menariknya
untuk keluar dari pintu belakang.
Nenek
memasukkan kuncinya namun pintu itu ternyata bisa dibuka begitu saja. Ah Da
panik, ia takut jangan-jangan ada pencuri di dalam. Nenek sepertinya
terpengaruh, ia minta Ah Da untuk masuk duluan. Ah Da terlihat takut.
Ah
Da dan nenek masuk, terlihat Qin lang masih bersusah payah menarik Xin lei
mencari tempat sembunyi, Xin Lei meronta dan mengucek-ngucek kepala Qin lang.
Nenek
dan Ah Da memperhatikan setiap ruangan dengan hati-hati, Qin lang terus menarik
Xin Lei tiba-tiba ia terjatuh karena lantai yang tak rata, Xin Lei terlepas
sejenak, Ah Da muncul membelakangi Xin Lei dengan gaya bertarung, Qin lang
secepat kilat menarik Xin Lei untuk masuk.
Ah
Da berbalik tepat setelah Xin Lei ditarik, nenek bergabung dan keduanya kembali
berjalan dengan siaga.
Qin lang berkali-kali menarik Xin Lei yang tetap
membandel, Qin lang menariknya lagi dengan keras dan kali ini Xin Lei jatuh tepat
di atas tubuh Qin lang.
Wajah keduanya berdekatan, Xin Lei kaget, keduanya
terdiam sejenak dan saling memandang dengan tatapan yang dalam.
Ah
Da membuka pintu tempat Qin lang bersembunyi, Qin lang segera merapatkan wajah
Xin Lei ke tubuhnya. Keduanya akhirnya terselamatkan karena Ah Da hanya tidak
melihat mereka yang berada tepat di bawahnya.
Xin
Lei berontak dan melepaskan diri dari Qin lang, Qin lang hendak membungkan
mulut Xin Lei agar tak berisik tapi Xin lei langsung menggigit tangan Qin lang.
Qin lang tak bisa menjerit, ia terpaksa menahan rasa sakitnya dengan menggigit
jari telunjuknya juga.
Qin lang berhasil membawa Xin lei keluar, Xin lei kesal karena Qin Lang baru
saja mengundangnya ke rumahnya dan sekarang ia malah ditendang keluar.
Qin
lang bilang ia tak ingin neneknya tahu tentang ia menjual Oyster omelet, Xin
Lei tanya kenapa, Qin lang bilang masalahnya rumit dan akan menjelaskannya lain
kali. Qin lang berkata akan membantu Xin lei menemukan alamat Resortnya, ia
menaiki sepedanya dan menyuruh Xin lei mengucapkan alamatnya.
“Jalan
Wu Xin nomer 69”
Qin
lang gak ngeh, ia pikir Xin Lei main-main dengannya karena yang disebut tadi
adalah alamat rumahnya. Keduanya terdiam, baik Qin lang dan Xin lei sama-sama bingung.
Mereka kembali ke rumah Qin lang dan menatap nomor rumahnya. “Apa kau pernah mengganti nomor
rumahmu?” tanya Xin Lei, Qin lang berkata tidak.
Xin
Lei mendekati lubang kunci berniat untuk mencocokkan dengan kunci yang
dimilikinya. Kuncinya ternyata pas, Xin Lei tersenyum merasa telah menang dan memamerkannya ke Qin Lang, ia mengambil tas nya dan mengangkatnya dengan santai ke
dalam.
Qin lang masih terpaku bingung mengapa bisa seperti ini. Qin lang baru ingat di dalam masih ada neneknya ia pun berteriak histeris.
Qin lang masih terpaku bingung mengapa bisa seperti ini. Qin lang baru ingat di dalam masih ada neneknya ia pun berteriak histeris.
Qin
lang telat, Xin Lei sudah masuk ke dalam
dan berdiri di hadapan nenek dan Ah Da. Xin Lei dengan sombong langsung menyuruh nenek dan Ah
Da keluar dari rumahnya begitu saja. Nenek dan Ah Da kebingungan.
Tak lama Qin lang masuk, Ah Da bertanya apa Xin lei itu pacarnya Qin lang, nenek juga bertanya mengapa pacar Qin lang sangat kasar pada mereka.
Tak lama Qin lang masuk, Ah Da bertanya apa Xin lei itu pacarnya Qin lang, nenek juga bertanya mengapa pacar Qin lang sangat kasar pada mereka.
Qin
lang tak mengaku, ia pura-pura baru mengenal Xin Lei di luar. Xin lei tak
peduli, ia kembali menyuruh mereka pergi dan berkata itu adalah rumahnya sambil
menunjukkan kuncinya.
Nenek
menuduh Xin lei mencuri kunci rumah mereka dan berniat melaporkannya ke polisi.
Xin Lei tak takut, ia malah senang agar polisi bisa menendang mereka semua
keluar.
Ah Da dan nenek merasa kesal, nenek minta Xin lei menunjukkan sertifikat rumahnya jika benar ini memang rumahnya. Xin Lei terdiam, ia memgaku bahwa ia tak punya.
Ah Da menertawai Xin Lei yang berani-beraninya mengaku kalau rumah ini miliknya. Xin Lei balik menantang mereka menunjukkan sertifikatnya. Nenek segera masuk untuk mengambilnya.
Qin Lang mendekati Xin lei dan berbisik memintanya menghentikan aksinya dan segera pergi, Xin Lei tak terima dan tetap ngotot untuk tinggal.
Ah Da dan nenek merasa kesal, nenek minta Xin lei menunjukkan sertifikat rumahnya jika benar ini memang rumahnya. Xin Lei terdiam, ia memgaku bahwa ia tak punya.
Ah Da menertawai Xin Lei yang berani-beraninya mengaku kalau rumah ini miliknya. Xin Lei balik menantang mereka menunjukkan sertifikatnya. Nenek segera masuk untuk mengambilnya.
Qin Lang mendekati Xin lei dan berbisik memintanya menghentikan aksinya dan segera pergi, Xin Lei tak terima dan tetap ngotot untuk tinggal.
Nenek
keluar dan menunjukkan sertifikat rumah itu, Ah Da minta Xin Lei untuk segera
keluar dari rumah mereka. Ah Da menghentakkan kakinya ke meja untuk
menakut-nakuti Xin Lei. Qin lang menatap Xin Lei dengan cemas.
Xin Lei sendiri akhirnya malah menangis tersedu-sedu membuat Ah Da menjadi tak tega dan meminta maaf atas sikapnya. Qin lang menarik Xin Lei sedikit menjauh dan bertanya mungkinkah alamat yang diberikan ke Xin lei itu salah.
Xin Lei sendiri akhirnya malah menangis tersedu-sedu membuat Ah Da menjadi tak tega dan meminta maaf atas sikapnya. Qin lang menarik Xin Lei sedikit menjauh dan bertanya mungkinkah alamat yang diberikan ke Xin lei itu salah.
“Memangnya
siapa lagi yang bisa kutanya? Orang tuaku bangkrut aku bahkan tak tahu mereka
ada dimana sekarang, mereka bilang meninggalkanResort buatku tapi ternyata hanyalah rumah tua, aku tak punay uang juga tak punya tempat dan
sekarang aku diganggu olehmu (sambil menatap tajam ke Ah Da)” ucap Xin Lei
Ah
Da merasa bersalah, ia mendekat ke nenek dan menjewer kupingnya sendiri, “Siapa
yang kau maksud? Aku tidak menganggumu” ucap Ah Da.
“Nona
ada banyak hal di dunia ini yang tak akan selesai dengan air mata, karena ini
memang bukan rumahmu maka tentu kau harus pergi” ucap nenek, ia juga mengancam
akan memanggil polisi jika Xin Lei tak juga mau pergi.
Xin Lei terdiam, Qin lang merasa kasihan padanya namun tak bisa berbuat apa-apa.
Xin lei tak punya pilihan, dengan lemah ia hendak mengambil tas nya, tiba-tiba ia teringat ucapan Qin Lang untuk tak memberitahu jika ia berjualan Oyster omelet di Shanghai. Xin lei mendapat ide, ia mengurungkan untuk pergi, Xin Lei mengucapkan kata “Oyster omelet” dengan keras dihadapan semuanya.
Qin lang menjerit kaget, nenek dan Ah Da sama-sama heran.
Qin lang mendekat hendak melarang Xin lei, “Memangnya kenapa?’ ucap Xin Lei pura-pura bingung. Ah Da malah nyambung bilang kalau mereka Oyster omelet mereka sudah habis dan menyuruh Xin Lei datang lagi besok, Qin Lang merasa lega.
Xin Lei kembali mengancam Qin lang dengan menyebutkan Oyster omelet, Qin lang semakin panik, ia memohon pada neneknya untuk membiarkan Xin Lei tinggal untuk malam ini. Nenek kembali bingung.
Xin Lei terdiam, Qin lang merasa kasihan padanya namun tak bisa berbuat apa-apa.
Xin lei tak punya pilihan, dengan lemah ia hendak mengambil tas nya, tiba-tiba ia teringat ucapan Qin Lang untuk tak memberitahu jika ia berjualan Oyster omelet di Shanghai. Xin lei mendapat ide, ia mengurungkan untuk pergi, Xin Lei mengucapkan kata “Oyster omelet” dengan keras dihadapan semuanya.
Qin lang menjerit kaget, nenek dan Ah Da sama-sama heran.
Qin lang mendekat hendak melarang Xin lei, “Memangnya kenapa?’ ucap Xin Lei pura-pura bingung. Ah Da malah nyambung bilang kalau mereka Oyster omelet mereka sudah habis dan menyuruh Xin Lei datang lagi besok, Qin Lang merasa lega.
Xin Lei kembali mengancam Qin lang dengan menyebutkan Oyster omelet, Qin lang semakin panik, ia memohon pada neneknya untuk membiarkan Xin Lei tinggal untuk malam ini. Nenek kembali bingung.
HP Qin lang tiba-tiba berbunyi, Qin lang menjawab ia tak punya waktu sekarang namun si penelfon tetap
memaksa agar Qin lang datang ke kantor kalau tidak seseorang akan mati.
Qin lang kembali memohon agar neneknya tidak mengusir Xin lei dulu, paling tidak menunggu ia kembali, Qin lang pun segera ngacir pergi tanpa memberikan penjelasan. Xin Lei memandang keduanya dengan sikap cueknya.
Qin lang kembali memohon agar neneknya tidak mengusir Xin lei dulu, paling tidak menunggu ia kembali, Qin lang pun segera ngacir pergi tanpa memberikan penjelasan. Xin Lei memandang keduanya dengan sikap cueknya.
Qin
lang mengayuh kencang sepedanya, ia kesal karena begitu banyak masalah yang
menimpanya malam ini. Seseorang bernama Ah Yi menyambut Qin lang, Qin lang
langsung bertanya apa masalahnya.
Ah Yi ternyata hanya meminta Qin lang menjadi ilustrator mereka dengan menambahkan gambar ilustrasi pada novelnya untuk minggu depan.
Qin lang langsung mencengkram kerah baju Ah Yi karena kesal. Ia ingin pulang dan peduli dengan Ah Yi.
Ah Yi mencoba menahan Qin lang dengan mengatakan bahwa penerbit meminta Qin lang membuat ilustrasi serta sampulnya, itu bisa membuat Qin lang menjadi terkenal.
Ah Yi ternyata hanya meminta Qin lang menjadi ilustrator mereka dengan menambahkan gambar ilustrasi pada novelnya untuk minggu depan.
Qin lang langsung mencengkram kerah baju Ah Yi karena kesal. Ia ingin pulang dan peduli dengan Ah Yi.
Ah Yi mencoba menahan Qin lang dengan mengatakan bahwa penerbit meminta Qin lang membuat ilustrasi serta sampulnya, itu bisa membuat Qin lang menjadi terkenal.
Qin
lang tetap tak peduli dan hendak pergi, seseorang menarik kakinya, Qin Lang
pikir itu Ah Yi. ia berbalik dan melihat Ah Yi mengangkat kedua tangannya.
Qin Lang kaget ternyata temannya yang berkacamata yang menahannya. Temannya itu memohon agar Qin Lang membuat mereka juga terkenal sepertinya dirinya di Shanghai. Qin Lang akhirnya terpaksa mengaku bahwa ia telah ditipu.
Qin Lang kaget ternyata temannya yang berkacamata yang menahannya. Temannya itu memohon agar Qin Lang membuat mereka juga terkenal sepertinya dirinya di Shanghai. Qin Lang akhirnya terpaksa mengaku bahwa ia telah ditipu.
Di
rumah, Nenek dan Ah Da menginterogasi Xin Lei. Mereka mencurigai Xin Lei adalah anggota dari organisasi penipuan yang marak terjadi sekarang ini. Xin Lei jelas
membantah, ia menjelaskan kalau keluarganya berasa dari keluarga terpandang.
Xin Lei keceplosan bilang kalau nenek bisa bertanya langsung ke Qin Lang kalau tak percaya. Nenek pun heran dan bertanya darimana Xin Lei tahu nama cucunya.
Xin Lei mencari alasan, ia bilang nenek sendiri yang telah mengatakan tadi. Nenek tak percaya, Xin Lei jadi salah tingkah. Nenek tanya apa ini berarti Xin Lei dan Qin lang saling mengenal.
Xin Lei keceplosan bilang kalau nenek bisa bertanya langsung ke Qin Lang kalau tak percaya. Nenek pun heran dan bertanya darimana Xin Lei tahu nama cucunya.
Xin Lei mencari alasan, ia bilang nenek sendiri yang telah mengatakan tadi. Nenek tak percaya, Xin Lei jadi salah tingkah. Nenek tanya apa ini berarti Xin Lei dan Qin lang saling mengenal.
“kami
tak sungguh-sungguh kenal, kami hanya tahu satu sama lain, temannya di Cina
adalah keponakan dari bibi sepupuku, guru dari adik supirku” (oke cukup Xin Lei saya angkat
tangan gak ngerti maksudnya)
Ah
Da juga kebingungan, Nenek tanya apa mereka berdua bertemu di Cina.
“kapan
aku bilang kami bertemu disana?” ucap XinLei,
Nenek menerangkan kembali ucapan Xin Lei dan menyimpulkan bahwa itu
berarti mereka pernah bertemu di Cina.
Xin Lei kelabakan, ia mengakui nenek Qin lang sangat pintar. Nenek semakin kesal pada Qin lang yang setelah lama menghilang demi sebuah kontrak kerja sekarang justru pulang dengan membawa seorang gadis.
Ah Da minta nenek untuk tenang dan menunggu jawaban yang pasti dari Qin lang. Xin Lei dengan heran bertanya apa maksudnya Qin lang pergi untuk menandatangani kontrak.
Ah Da pun menjelaskan bahwa seseorang bernama Zhang Dong Min membawanya ke Cina untuk menandatangani kontrak.
Xin Lei kelabakan, ia mengakui nenek Qin lang sangat pintar. Nenek semakin kesal pada Qin lang yang setelah lama menghilang demi sebuah kontrak kerja sekarang justru pulang dengan membawa seorang gadis.
Ah Da minta nenek untuk tenang dan menunggu jawaban yang pasti dari Qin lang. Xin Lei dengan heran bertanya apa maksudnya Qin lang pergi untuk menandatangani kontrak.
Ah Da pun menjelaskan bahwa seseorang bernama Zhang Dong Min membawanya ke Cina untuk menandatangani kontrak.
Qin
lang bercerita hal yang sama pada temannya, ia bercerita bahwa ia telah ditipu
bahkan uang dan tiket pesawatnya juga diambil. Si kacamata coba menenangkan “Jangan khawatir aku akan
membuatnya mati dengan tragis di novelku”.
Ah Yi tanya mengapa Qin lang tak meminta pertolongan mereka untuk mentranferkan uang padanya, Qin Lang mengingatkan kalau keduanya justru hidup lebih kekurangan darinya.
Si kacamata (untuk sementara sebut begitu dulu) tanya lagi mengapa Qin lang bertahan disana, Qin lang bilang ia tak ingin mengecewakan neneknya dan ingin menghasilkan uang untuk dibawa pada neneknya.
Ah Yi tanya mengapa Qin lang tak meminta pertolongan mereka untuk mentranferkan uang padanya, Qin Lang mengingatkan kalau keduanya justru hidup lebih kekurangan darinya.
Si kacamata (untuk sementara sebut begitu dulu) tanya lagi mengapa Qin lang bertahan disana, Qin lang bilang ia tak ingin mengecewakan neneknya dan ingin menghasilkan uang untuk dibawa pada neneknya.
Nenek
berkata sebenarnya ia justru berharap Qin Lang gagal dalam kontraknya sehingga
ia jera untuk tak melukis lagi namun pada kenyataannya Qin lang justru bisa
mendapatkan kontraknya bahkan sibuk mmeberikan tanda tangan di semua tempat.
Xin Lei terlihat berfikir, nenek dengan senang menunjukkan pada Xin Lei uang yang dihasilkan Qin lang untuknya.
Xin Lei terlihat berfikir, nenek dengan senang menunjukkan pada Xin Lei uang yang dihasilkan Qin lang untuknya.
sementara itu Ah
Yi kembali tanya bagaimana Qin lang mengumpulkan uang disana, Qin lang bilang
ia bekerja, Ah Yi kembali tanya pekerjaan apa.
Nenek juga bertanya dimana Xin lei bertemu dengan Qin lang saat di Cina.
“Oyster
omelet” ucap Xin Lei dan Qin lang bersamaan tapi tentunya dengan lokasi yang
berbeda.
Qin
lang mengaku kalau ia menjadi koki disebuah restoran, sementara Xin Lei dengan
canggung berkata ia bertemu dengan Qin lang disebuah restauran yang menjual
Oyster omelet.
“Kau
lihat dia itu paling perhatian padamu, kau bahkan menyebutnya tak punya
perasaan karena meninggalkanmu selama 3 bulan ternyata dia itu paling peduli
padamu” ucap Ah Da pada Nenek.
“Memangnya
darimana kau tahu?”
Ah
Da tanya pada Xin lei apakah Qin Lang makan Oyster omelet tiap hari, “Bisa
dibilang begitu” jawab Xin Lei.
“kau
lihat kan, Qin lang itu begitu merindukan dirimu dan Oyster omelet itu
membuatnya selalu mengingatmu, kau lah Oyster omelet itu” Ucap Ah Da. Nenek
menyuruh Ah Da berhenti bicara tapi ia sendiri bahagia mendengar hal itu.
Qin
lang menceritakan dengan lengkap seluruh ceritanya, Ah Yi merasa itu sudah cukup
dan minta Qin lang kembali fokus ke Novel Jiu Da Bao’s yang kesembilan.
Qin lang teringat Xin Lei masih dirumahnya dan hendak bergegas pulang namun si kacamata kembali menariknya untuk tinggal. Qin lang meminta mereka menggunakan ilustrator yang sebelumnya saja, temannya menolak. Qin lang mengerti dan akan menyanggupinya ia segera bergegas pulang ke rumah.
Qin lang teringat Xin Lei masih dirumahnya dan hendak bergegas pulang namun si kacamata kembali menariknya untuk tinggal. Qin lang meminta mereka menggunakan ilustrator yang sebelumnya saja, temannya menolak. Qin lang mengerti dan akan menyanggupinya ia segera bergegas pulang ke rumah.
Xin
Lei tetap bersikeras
untuk tetap tinggal di rumah itu. Nenek menegaskan kembali bahwa rumah itu adalah miliknya dan putrinyalah yang
telah membeli rumah itu untuknya.
Xin Lei berkata ia punya kuncin dan nenek menjawab bahwa kunci itu tak membuktikan apapun. Nenek meminta koper Xin Lei, Xin Lei senang ia pikir nenek telah menerimanya tinggal disana dan memberikannya.
Nenek merasa puas sekarang ia meminta Ah Da menendang Xin Lei keluar. Xin Lei mendelik pada Ah Da, Ah Da ciut, ia pura-pura tak bisa dengan alasan tak mau ikut campur dalam pertarungan wanita.
Xin Lei teriak meminta kopernya kembali keduanya jadi tarik-tarikan tas hingga keluar pagar. Xin Lei tetap berusaha sekuat tenaga menarik tas nya sambil bilang bahwa itu rumahnya
Xin Lei berhasil ditendang keluar, tas nya melayang tepat di tangkap oleh Qin Lang.
Xin Lei berkata ia punya kuncin dan nenek menjawab bahwa kunci itu tak membuktikan apapun. Nenek meminta koper Xin Lei, Xin Lei senang ia pikir nenek telah menerimanya tinggal disana dan memberikannya.
Nenek merasa puas sekarang ia meminta Ah Da menendang Xin Lei keluar. Xin Lei mendelik pada Ah Da, Ah Da ciut, ia pura-pura tak bisa dengan alasan tak mau ikut campur dalam pertarungan wanita.
Xin Lei teriak meminta kopernya kembali keduanya jadi tarik-tarikan tas hingga keluar pagar. Xin Lei tetap berusaha sekuat tenaga menarik tas nya sambil bilang bahwa itu rumahnya
Xin Lei berhasil ditendang keluar, tas nya melayang tepat di tangkap oleh Qin Lang.
“Ini
Rumahku!” teriak Xin Lei lagi, mereka saling bertatapan seakan ada pertarungan
sengit.
Qin Lang berada ditengah coba menengahi,”Meskipun aku tak kenal dia tapi...”
Qin Lang berada ditengah coba menengahi,”Meskipun aku tak kenal dia tapi...”
“Kita
sudah saling kenal” ucap Xin Lei. Qin Lang bingung, Xin Lei kembali menyebutkan
silsilah pertemanannya yang membingungkan itu. Qin Lang bingung, nenek tanya
bukankah memang begitu.
Qin
lang akhirnya mengiyakan dan berdiri
disamping Xin Lei. Qin Lang bilang mereka berteman dan minta nenek
membiarkan Xin Lei menginap dulu disana.
Nenek tak setuju, Qin Lang coba merayu, “Bukankah kau pernah bilang menolong orang adalah suatu kebahagiaan?’ Ah Da ikut-ikutan memihak Qin Lang, nenek menyerah ia minta mereka berdua mengurus Xin Lei.
Permasalahan selesai namun Xin Lei masih tampak tak senang, Qin lang hendak membantu membawakan koper namun Xin Lei malah mengulurkan tas nya juga untuk dibawa. Qin lang membawa keduanya dengan kesal.
Nenek tak setuju, Qin Lang coba merayu, “Bukankah kau pernah bilang menolong orang adalah suatu kebahagiaan?’ Ah Da ikut-ikutan memihak Qin Lang, nenek menyerah ia minta mereka berdua mengurus Xin Lei.
Permasalahan selesai namun Xin Lei masih tampak tak senang, Qin lang hendak membantu membawakan koper namun Xin Lei malah mengulurkan tas nya juga untuk dibawa. Qin lang membawa keduanya dengan kesal.
Qin
lang menasehati Xin Lei, kunci yang ia bawa tak bisa menjadikan bahwa ini
rumahnya, Xin Lei bersikeras akan membuktikannya nanti, Qin Lang tak takut dan
berkata akan menunggu.
Qin lang membawa Xin Lei ke kamarnya dan langsung menutup pintu, tiba-tiba dari belakang Xin Lei menggetok kepala Qin Lang dengan toples kaca? (maaf kalau salah), Qin lang menjerit kesakitan. Xin Lei berfikir Qin lang akan berbuat kurang ajar di kamarnya.
Qin lang membawa Xin Lei ke kamarnya dan langsung menutup pintu, tiba-tiba dari belakang Xin Lei menggetok kepala Qin Lang dengan toples kaca? (maaf kalau salah), Qin lang menjerit kesakitan. Xin Lei berfikir Qin lang akan berbuat kurang ajar di kamarnya.
“Apa
yang kau pikirkan? Aku memberimu kamarku dan aku akan tidur di ruang tamu, atau
kau yang mau tidur di ruang tamu?” ucap Qin lang.
Xin Lei tak percaya, ia curiga karena begitu masuk Qin Lang langsung menutup rapat pintunya. Qin Lang menerangkan kalau ia hanya ingin memeriksa apakah pintu kamarnya masih bisa ditutup apa tidak karena biasanya Qin lang tak pernah menutup pintunya.
Xin Lei sedikit menyesal, ia menurunkan kembali toples itu, Qin lang kembali memegangi kepalanya yang pastinya berdenyut, gambar air mata memancar juga muncul di wajah Qin Lang. (Wkkkk...kasian banget Qin lang)
Xin Lei tak percaya, ia curiga karena begitu masuk Qin Lang langsung menutup rapat pintunya. Qin Lang menerangkan kalau ia hanya ingin memeriksa apakah pintu kamarnya masih bisa ditutup apa tidak karena biasanya Qin lang tak pernah menutup pintunya.
Xin Lei sedikit menyesal, ia menurunkan kembali toples itu, Qin lang kembali memegangi kepalanya yang pastinya berdenyut, gambar air mata memancar juga muncul di wajah Qin Lang. (Wkkkk...kasian banget Qin lang)
Xin
Lei ke kamar mandi dan menatap ruangan yang tentunya sangat berbeda dari tempatnya dulu, sementara Qin
lang tinggal untuk membersihkan kamar Xin Lei. Tiba-tiba Qin lang mendengar
suara teriakan dari kamar mandi, Qin lang panik dan bertanya apa yang terjadi.
Xin Lei menjerit karena tak ada air panas di kamar mandi (kamar mandi Qin lang tak pakai bak tapi shower)
Xin Lei menjerit karena tak ada air panas di kamar mandi (kamar mandi Qin lang tak pakai bak tapi shower)
Xin
Lei memanggil Qin lang lagi tapi tak ada jawaban, Xin Lei pikir Qin lang
sengaja meninggalkannya padahal Qin lang keluar untuk mencari air buat Xin Lei.
Qin lang balik dan meminta Xin lei membuka pintunya. Xin Lei tentu saja menolak karena ia hanya mengenakan handuk. Xin Lei lalu minta Qin Lang meninggalkan air panas di depan pintu saja dan segera berbalik badan jangan melihatnya (kenapa harus balik badan?kenapa gak disuruh pergi? hehe..)
Qin lang balik dan meminta Xin lei membuka pintunya. Xin Lei tentu saja menolak karena ia hanya mengenakan handuk. Xin Lei lalu minta Qin Lang meninggalkan air panas di depan pintu saja dan segera berbalik badan jangan melihatnya (kenapa harus balik badan?kenapa gak disuruh pergi? hehe..)
Xin
Lei merasa aman, ia membuka pintu sambil tetap mengawasi Qin lang, Xin Lei
kaget karena kepanasan, Qin lang reflek berbalik badan, Xin Lei menjerit dan
segera kembali ke kamar mandi.
Qin lang juga kaget hingga mulutnya membuat huruf O dengan lebar. Xin lei menuduhnya hidung belang, Qin lang menepuk-nepuk pipi kananya dan berkata ia tidak seperti itu.
Qin lang juga kaget hingga mulutnya membuat huruf O dengan lebar. Xin lei menuduhnya hidung belang, Qin lang menepuk-nepuk pipi kananya dan berkata ia tidak seperti itu.
“Sungguh”
ucap Qin Lang
“ya
kau seperti itu”
“Tidak,
bagaimana kalau seperti ini, aku membawa air panas ini ke dalam sambil menutup
mataku “
“jika
kau berani membuka matamu aku akan membunuhmu!”
Xin
Lei kembali membuka pintu, Qin lang masuk sambil menutup matanya dan menunduk
membawa teko yang berat itu. kepala Qin lang kejedot pintu dan matanya terbuka
lebar, Xin Lei menjerita dan segera menutup pintunya namun kepala Qin lang
masih di dalam dan kejepit pintu. Qin lang menjerit kesakitan dan Xin lei
menjerit ketakutan hingga tak sengaja melepas handuknya. Qin Lang kaget
terkejut mati melihat Xin Lei tanpa handuk.
“Kemungkinan
untuk bisa saling bertemu lagi sangatlah tipis
namun tidak ada salahnya untuk
berjalan lebih lama lagi”
Sedikit
Komentar:
Ini
adalah malam terpanjang bagi para tokoh kita, bagaimana tidak, hampir seluruh
bagian ini semua kejadiannya terjadi dalam satu malam saja, semuanya pasti merasa
lelah termasuk juga saya, huff...
Melihat tingkah Xin Lei, sebenarnya aku yakin ia sadar kalau ia telah salah karena Xin Lei itu kan pintar. Namun mau bagaimana lagi ia sudah tak punya tempat tinggal dan tak tahu harus pergi kemana, jadi aku pikir ia sengaja ngotot kalau itu rumahnya agar ada alasan untuk tinggal.
Qin Lang selalu mengalah kalau sudah sama Xin Lei, ia sangat pengertian padanya alhasil ia malah selalu sial. Btw Wajah Qin lang saat kejepit pintu itu jelek banget menurutku, hahaha...
Qin Lang selalu mengalah kalau sudah sama Xin Lei, ia sangat pengertian padanya alhasil ia malah selalu sial. Btw Wajah Qin lang saat kejepit pintu itu jelek banget menurutku, hahaha...