Sinopsis Fermentation Family Eps 3 Part 2
Ternyata
paman juga tidak bisa mengadopsi Eun Bi karena ia sendiri belum berkeluarga sehingga bu guru tetap bersikukuh jika Eun Bi lebih baik tinggal dipanti asuhan sesuai hukum. Ho Tae tak
peduli akan hukum selama Eun Bi mau tinggal disini dan mereka mau merawat Eun
Bi maka itu sudah cukup. Woo Joo juga setuju ia mencoba menyakinkan bu guru
jika mereka semua orang yang baik tapi kenapa bu guru terus mempersulit mereka.
Bu guru coba menegaskan, Woo Joo tak mau dengar dan
terus membujuk bu guru untuk pura-pura tak tahu keadaan Eun Bi.
Tiba-tiba
Eun Bi keluar dan bilang jika ia tak apa-apa. Ia tak mau mereka jadi bertengkar
karenanya. Bu guru segera meralat jika mereka hanya berdiskusi. Kang San
membenarkan, bu guru hanya khawatir pada Eun Bi. Dengan tersenyum Eun Bi bilang
ia tahu, “Tapi aku tak harus pergi sekarang kan?” tanyanya.
Bu
guru bilang tidak, Eun bi bisa tinggal disini sampai hari Minggu dan ia akan
datang menjemputnya di hari Senin. Eun Bi tersenyum berterima kasih sementara
Ho Tae pergi dengan kesal dari sana.
Pria
muda tadi memeriksa dapur dan meremehkan kualitas barang disana. Ia heran apa
hebatnya tempat ini. Ia lalu melihat timun yang ada di atas meja.
Ho
Tae menghadang bu guru yang akan pulang dan membungkuk dengan sopan untuk
meminta maaf atas tingkahnya sebelumnya. “Seperti kau tahu aku tak punya sopan
santun dan kesabaran” ucapnya.
Bu
guru juga minta maaf, ia juga tak suka begini. Ho Tae minta bu guru memikirkan
jalan lain buat Eun Bi. Ho Tae tetap meminta namun bu guru tetap tak bisa dan
berniat pergi.
“Aku dengar Tuhan begitu sibuk sehingga ia menciptakan ibu” ucap Ho Tae,bu
guru berbalik ingin mendengar lebih lanjut. Ho Tae menjelaskan jika anak telah
dibuang oleh ibunya maka ia juga dibuang oleh Tuhan “Tapi kenapa kita harus
patuh pada surat dari hukum itu?”
“Itu
adalah alasan keras kepala yang tak masuk akal” tegas Bu guru. Ho Tae minta bu
guru bisa membiarkan Eun Bi.
“Aku
tak punya hak untuk itu”
“Kalau
begitu kau juga tak punya hak untuk membawanya” tegas Ho Tae
“Dan
Eun Bi juga tak harus pergi ke tempat yang tak ia suka” ucap Kang San tiba-tiba, ia juga
minta pertimbangan dari bu guru. “Aku sudah katakan semua yang harus aku
katakan” ucap bu guru dan berlalu pergi.
Ho Tae agak kaget mendengar
pernyataan Kang San yang juga membela Eun Bi.
“Apa?”
ucap Kang San kesal melihat Ho Tae yang menatapnya.
“Apa?’ balas Ho Tae.
“Kenapa
kau terang-terangan menatapku begitu?” tanya Kang San
“Kalau
begitu bersihkan kotoran dimatamu” ucap Ho Tae segera pergi.
Kang
San mengucek matanya dan kesal karena sudah ditipu.
Kang
San lalu melihat Pyung Man menyapa bu guru.
Akibat
pertemuan tadi timbullah ide Woo Joo yang menyuruh Kang San segera
menikah. “Bagaimana mungkin aku bisa menikah dan punya anak dalam waktu cepat”
ucap Kang San. Woo Joo membenarkan karena mereka harus punya anak juga. Pyung
man minta mereka jangan menyerah “dikatakan bahwa surga menolong mereka yang
menolong mereka sendiri” ucapnya.
“Lalu
apa ini salahku karena aku tak menolong diriku sendiri?” tanya Woo Joo. “Bukan
itu yang kumaksud” ucap Pyung Man.
Kang
San tetap mengingatkan jika tak menemukan jalan lain maka mereka tak bisa
berbuat apa-apa.
Woo Joo tanya apa itu berarti Kang San tak peduli pada Eun Bi.
Pyung Man langsung membantah. Ho Tae menyuruh untuk mengabaikan hukum dan
melakukan keinginan mereka. Pyung Man menolak ide itu. Kang San tiba-tiba ingat
ada hal yang sepertinya mereka lupakan.
Dan
si pria muda tadi sudah siap dengan pakaian chefnya dan mengeluarkan pisaunya
sendiri yang kelihatan mewah, ia pun memotong sayur mencampurnya dengan tahu dan
dimasak menjadi dim sum, ia terlihat bangga dengan hasil masakannya, hal itu
juga disaksikan oleh Kang San dan yang lainnya dengan kagumnya, kecuali Ho Tae tentunya.
Paman
menatap sertifikat master masakan korea dari CIA di Amerika milik pria itu. Woo
Joo bingung apa itu CIA, Ho Tae tanya apa benar ia dari sana. Pria itu
membenarkan, Ho Tae merasa itu omong kosong.
Saat Woo Joo tanya apa itu CIA ke
Ho tae ia bilang itu adalah organisasi mata-mata. Kang San tak percaya
mendengar kebodohan Ho Tae, pria itu tersenyum remeh sambil memberitahu jika CIA
adalah Culinary institute di Amerika.
Woo
Joo merasa kagum karena pria itu pasti juga bisa bahasa inggris. Ho Tae tak terima dan bilang bahkan sekarang ini sapi saja bisa bahasa inggris.
Woo joo mengeluh ia tak bisa tapi Kang San pasti bisa. Sementara yang ditanya
sedang berpikir, ia pun ingat pria adalah pria yang pernah ia perhatikan makan
di restaurant.
Kang San lalu tanya kenaa dari sekian banyak restaurant ia
memilih ke Chun Ji In.
“Aku
ingin bekerja di restaurant korea yang tetap menjaga rasa tradisionalnya dan
aku juga suka karena kau menyewakan kamar” ucap pria itu
Woo
Joo merasa senang dengan kedatangannya. “Apa ini berarti aku diterima” ucap si
pria.
Woo
Joo bilang mereka tak perlu chef karena punya Kang San.
“Kami tak bisa
membayarmu banyak apa kau tak apa-apa?” tanya Kang San, ia bilang tetap
keputusan ada pada paman. Pria itu tak mempermasalahkannya. Woo Joo bingung
bukankah sudah ada Kang San. Kang San terlihat gugup ia beralasan pekerjaannya
cukup banyak mulai dari menangani menu, bahan-bahan dan siapa tahu dia harus
kembali lagi ke restaurant.
Ho
Tae protes karena Kang San asal saja membicarakan gaji padahal ia menangani
keuangan. Kang San bilang ingin memecat Ho Tae, Woo Joo langsung protes.
Paman
menyuruh Woo joo dan Kang San memegang bagian penting yaitu membuat kimchi
“Mengatur persediaan dan membuat menu juga penting”
Woo Joo tanya apa pria itu
diterima ia tanya bagaimana menurut Ho Tae. Ho Tae tak peduli, kini tinggal
paman dan paman menyuruhnya tinggal untuk makan malam nanti. Woo joo dengan
ramah memperkenalkan dirinya begitu juga dengan si pria yang bernama Oh Hae
Joon (dari sekarang kita panggil Hae Joon)
Ho Tae melihat resumenya dan tahu
jika Hae Joon lebih muda darinya. “Dalam dunia sosial umur tidak penting’ jawab
Hae Joon. Ho Tae menegaskan itu penting disini dan ia pun segera pergi. Hae
Joon bergumam apa Ho Tae itu seorang chef. “kami kira dulu begitu tapi ternyata
tidak” ucap Woo Joo.
“Apa
maksudnya?”
“ia
bukan chef tapi ia mengaku sebagai chef dan ia datang untuk membalas budi, apa
kau mengerti?’
“tidak”
ucap Hae Joon bingung.
Paman
mengambil bumbu kimchi dari kendi, Kang San datang, ia merasa paman pasti tahu
jika ia tak yakin bisa menggantikan posisi ayahnya di dapur. “Jika aku memasuki
dapur ayah aku merasa takkan bisa keluar lagi, Chun Ji In juga penting bagiku
tapi aku tak ingin terjebak di dalamnya, maafkan aku” ucap Kang san
“Ayahmu pernah mengatakan ini, apa yang terpenting di
dunia adalah apa yang kau rasakan di hatimu, tak ada yang lebih penting dari
itu” jelas Paman
“Tetap
saja aku minta maaf” ucap Kang San tak enak karena hanya mengikuti perasaannya
di situasi sulit seperti ini.
Paman
bilang tidak perlu, “Bukan kapan Chun Ji In membutuhkanmu tapi
ketika kau membutuhkan Chun Ji In disitulah dapur Chun Ji In bisa menerimamu
masuk ke dalamnya”
Woo
Joo membawa Hae Joon ke kamarnya yang juga kamarnya Ho Tae. Hae Joon mengira kamar
itu cukup bagus untuk ia tempati sendiri.ia lantas kaget saat Woo Joo bilang ia
akan menempatinya bersama Ho Tae dan langsung minta kamar lain. Woo Joo bilang
tidak ada,
“Sebenarnya kau juga perlu mengosongkan ruangan ini sesekali ketika
ada tamu yang memesan” ucap Woo joo
Hae Joon pun setuju untuk tinggal disitu. Woo Joo rasa
akan lebih baik jika mereka berdua jadi malam tidak akan menakutkan, ia lalu
bilang Hae Joon itu tampan dan segera keluar dari ruangan.
Hae
Joon mengelap lemari kayu dan mencium bau kasur yang akan ia gunakan, ia
menghela nafas berat dan mengingatkan dirinya untuk bertahan paling tidak
selama seminggu.
Kang
San menghampiri Eun Bi yang tengah belajar, ia bilang bagi anak kecil bermain
di luar itu juga belajar, sambil menutup buku Eun Bi ia pun mengajaknya bermain
bersamanya. Eun Bi menolak, ia membuka bukunya lagi dan ingin belajar saja.
“Apa kau sangat suka belajar?” tanya Kang San.
“Orang
miskin harus belajar dengan rajin” ucap Eun Bi.
Kang San tanya apa ibunya yang
mengatakannya. Eun Bi mengangguk. “Baik kau kaya ataupun miskin kau tetap harus
belajar dengan rajin, tapi kau juga harus semangat bermain seperti layaknya
anak-anak” nasehat Kang San.
Eun Bi bilang ibunya meninggalkannya karena ia
jahat. Kang San tak mengerti, Eun Bi mulai menangis ia merasa ditinggal karena
tidak patuh dan jadi anak yang buruk. Kang San berusasa menjelaskan jika ia
tidak bersalah justru ini semua kesalahan ibunya. Ho Tae ternyata berdiri tak jauh dari sana dan mendengarkan pembicaraan mereka diam-diam.
Kang
San bilang Eun Bi tidak dibuang hanya saja ibunya tengah membuat kesalahan
sementara, “Orang dewasa kadang membuat kesalahan, Eun Bi kau juga pernah
berbuat salah kan? " tanya Kang San,Eun Bi mengangguk.
“Tapi
jika kau minta maaf kau akan dimaafkan, jadi kau perlu memaafkan ibunya jika ia
pulang nanti” ucap Kang San.
Eun Bi takut jika ibunya nanti tak bsisa menemukannya jika ia tak disini,Kang San bilang Eun Bi akan disini. “Tapi bu guru bilang aku tak bisa
disini’ ucapnya polos.
Kang San menyeka air matanya “Percayalah padaku kau
tetap akan tnggal disini, itulah yang akan terjadi” Eun Bi bilang ia tak mau
melihat unnie nya bertengkar seperti kemarin. Kang San mengejeknya pasti bukan
anak 8 tahun tapi orang dewasa. Eun Bi bilang dia 8 tahun.
“Kalau
begitu jadilah seperti anak-anak dan jangan khawatirkan segalanya, lebih baik
jadi anak-anak ketika kau masih anak-anak kan?”
“Baiklah
Unni Kang San” ucap Eun Bi.
“Kau
tahu namaku?” ucap Kang San senang, Eun Bi bilang kakek (Ayah Lee) yang
memberitahunya. “Woo Joo unni seperti langit yang luas dan Kang San kami yang
cantik seperti pegunungan yang hijau” Kang San tersenyum mendengarnya, begitu
pula dengan Ho Tae yang seakan tak setuju Kang San dibilang cantik, ia jadi
penasaran apa sebutan untuknya.
Ayah
Le menunjukkan foto pada seorang wanita, foto itu ternyata adalah foto Ho Tae saat kecil, ia tanya apa anak difoto itu pernah
ada disitu sebelumnya,
Ketika
Kang San lewat Ho Tae memanggilnya dengan Kang San cantik sambil mengejek
standard kecantikan sekarang benar-benar sudah turun.
“jadi
sekarang kau juga menguping?” ucap Kang San ketus. Ho Tae mengelak, dasar suara
Kang San saja yang kuat. Ho Tae melompat dan mendarat tepat di hadapan Kang
San, “Katakan bagaimana kau bisa percaya dengan percaya diri, bukankah kau yang
bilang jika tak ada jalan maka tak ada pilihan lain?” tanyanya.
Kang
San tanya apa Ho Tae ini punya anak yang ia sembuyikan di suatu tempat, Ho Tae
tertawa kesal ia bilang tidak ingat mungkin jumlahnya lebih dari 20. Kang San
merasa percuma saja bicara. Ho Tae tanya apa Kang San yakin jika Eun Bi harus
memaafkan ibunya meski ibunya tak kembali.
“Itu
terserah pada Eun Bi” ucap Kang San
“Memaafkan
hal seperti itu bukanlah hal yang mudah” ucap Ho Tae.
Kang
San mulai heran mengapa Ho Tae bisa begitu mengerti perasaan Eun Bi, ia pikir
Ho Tae punya daya imajinasi yang luar biasa atau mungkin kekuatan untuk
memahami pikiran atau sejarah keluarga yang disembunyikan.
“Tentu
saja, apa kau ingin tau” tanya Ho Tae. Kang San pura-pura tak tertarik tapi
jika Ho Tae memang mau cerita ia mau dengar, “Apa itu?” ucapnya penasaran.
Ho
Tae memasang wajah serius dan mendekat ke Kang San ia bilang ini adalah rahasia
dan bilang lagi tentang Dangun. Ia pun tertawa puas sudah mengerjai Kang San.
Kang San tak mau kalah ia pura-pura kaget dan bilang kalau begitu mereka juga bersaudara. Mendengar kata saudara membuat Ho Tae terdiam, Kang San lalu mengejek selera humor Ho Tae yang payah. Ho Tae menatap Kang San dengan serius, Kang San merasa heran. Ho Tae pikir mungkin saja itu benar, mungkin mereka benar-benar saudara.
Kang San tak mau kalah ia pura-pura kaget dan bilang kalau begitu mereka juga bersaudara. Mendengar kata saudara membuat Ho Tae terdiam, Kang San lalu mengejek selera humor Ho Tae yang payah. Ho Tae menatap Kang San dengan serius, Kang San merasa heran. Ho Tae pikir mungkin saja itu benar, mungkin mereka benar-benar saudara.
Ayah
lee menunjukkan foto itu lagi di panti asuhan lain namun si wanita yang ia
datangi yakin anak itu tak pernah datang kesana. Ketika direkturnya lewat
wanita itu memanggilnya dan menunjukkan foto anak yang sedang Ayah Lee cari.
Wanita itu tampak kaget seperti kenal dengan Ho Tae kecil namun ia malah bilang
ia tak pernah melihatnya.
Ayah Lee memohon agar ia coba mengingat lagi karena
ini sudah 22 tahun sejak anak itu hilang. Direktur Panti Asuhan itu bersikeras mengingat semua
anak yang ada walaupun seudah lama. Ayah Lee pun paham. “Apa kau ayahnya?”
tanya direktur namun ayah lee tak menjawab dan permisi pulang, ia terlihat ling
lung sesaat sampai ibu direktur tanya ada apa, ayah Lee tanya dimana pintu
keluarnya. Ibu direktur menunjukkan yang ternyata ada di hadapannya.
Diluar
ayah Lee menatapa anak-anak panti yang tengah bermain. Direktur panti asuhan
terlihat menelfon seseorang dengan panik, ia mengabarkan kedatangan Ayah Lee
mencari Ho Tae padahal sudah 22 tahun berlalu. Ayah Lee tiba-tiba menerobos
masuk membuat Direktur Panti Asuhan kaget, wanita tadi minta maaf karena tak
sempat menahan Ayah Lee. Ayah Lee minta maaf karena tadi tak melihat ada orang
dikantor, ia minta agar diijinkan membuat kimchi untuk anak-anak sebelum pergi.
Direktur Panti Asuhan menolak karena tak punya bahan namun Ayah Lee bilang ia
bisa menyiapkannya.
Ho
Tae bekerja dengan Hae Joon di dapur, ia yang sedang mencuci piring melirik Hae
Joon tengah memasak dengan mahirnya Ho Tae sepertinya agak iri melihatnya, ia
jadi mencuci piring lebih keras dari yang tadi.
Hae
Joon menyerahkan masakannya ke Kang San untuk diantar ke tamu dan minta
diambilkan piring pada Ho Tae.
“Apa kau tak lihat aku sedang mencuci piring”
ucap Ho Tae dengan jutek. “Apa kerjamu hanya mencuci piring saja?” balas Hae
Joon. Ho Tae berbalik kesal tapi Hae Joon mengingatkan pekerjaan Ho Tae adalah
sebagai asisten chef termasuk dirinya.
Segan karena ada paman disitu Ho
Tae akhirnya melakukannya dan memberikan piring dengan malas, Hae Joon
menyuruhnya letakkan saja, Ho Tae tambah kesal seakan piring itu mau
dilemparkannya saja ke Hae Joon.
Kang San meminta 2 pesanan lagi. Kakek Guk
Hwan melihat kang San menyajikan makanan dan tanya apa ia sudah dipecat. Kang
San dengan sewot menegaskan dia sedang liburan. Kakek tanya kemana perginya Woo Joo, Kang
San juga bingung. Pyung Man bilang Woo Joo tadi menanyakan apartemen tempat
guru Eun Bi tinggal padanya, “Apa?” ucap Kang San kaget.
Woo
Joo ternyata memang menemui guru Eun Bi. Ibu guru merasa kaget dengan
kedatangannya, Woo Joo langsung masuk ia tanya apa bu guru belum makan.
“Kudengar kau tinggal sendiri jadi aku membawakanmu makanan” ucapnya
Ia
membawa dim sum isi timun yang baru dikukus dan nasi isi kimchi dan bakso nasi
krispi tak lupa ia mengingatkan untuk menghangatkan terlebih dahulu jika mau
dimakan beso, juga ada kimchi lobak dan kol.
“kau
tahu kau tak bisa merubah pikiranku dengan melakukan hal seperti ini” tegas Bu
guru, ia yakin Woo Joo melakukan ini karena Eun Bi. Woo Joo bilang tidak ia
hanya dengar jika bu guru tinggal sendiri dan khawatir bagaimana bu guru makan. Bu
guru heran kenapa Woo Joo mesti khawatir “Aku bukan wanita lanjut usia yang
tinggal sendiri ataupun anak yatim” ucapnya
Woo Joo tanya dimana orangtuanya bu guru tinggal
“Apa
aku perlu memberitahumu hal itu?” tanya Bu Guru, Woo Joo bilang tidak, ia lalu mengundang bu
guru untuk makan bersama mereka karena makanan enak pun jika makan sendiri akan
kurang enak. Bu guru bilang ia lebih suka sendiri.
“Ayahku bilang penting apa
yang akan kau makan tapi lebih penting dengan siapa kau makan, meski kau hanya
makan kimchi dan nasi jika kau makan dengan seseorang yang kau sukai rasanya
benar-benar bahagia dan jika kau makan makanan mewah sendirian rasanya dingin
dan sepi’ ucap Woo Joo.
Bu
guru bilang itu untuk orang tertentu. “Benarkah? Eun Bi bilang masakan kami adalah
yang terbaik di dunia, tak bisakah kau pura-pura tak tahu apa-apa?” pinta Woo
Joo lagi.
“AKu sudah menjelaskan semuanya siang tadi”
ucap bu Guru
“Semakin banyak aku mendenagr penjelasan semakin aku tak mengerti” ucap Woo Joo.
Bu
guru menarik nafas menahan kesal.
Kan
Sang mengajak Pyung man bicara, ia minta Pyung Man mau mengadoosi Eun Bi karena
hanya ia yang sudah menikah dan punya anak. Pyung man bilang itu penipuan
namanya namun Kang San rasa tak masalah selama itu untuk tujuan baik namun Pyun
Man mengingatkan alasan seperti itu justru akan mendatangkan kebohongan lainnya
terlebih istrinya takkan setuju dan keluarganya semua ada di Kanada jadi ia
tetap tak memenuhi syarat.
Kang San menyuruh Pyung Man mengajak mereka kembali.
Pyung Man tanya kenapa tak bicarakan ini ke Woo Joo saja, Kang San rasa hanya
ini jalan satu-satunya ia minta Pyung Man mempertimbangkan hal ini karena orang
baik pasti akan sukses. Pyung Man tersenyum meremehkan ungkapan tersebut.
Bu
guru menatap hidangan di atas mejanya itu, meski agak ragu namun ia tak bisa
untuk tidak merasakan hidangan yang terlihat lezat itu. Ia pun mencoba satu dan
mulai makan lalu makan satu dan satu lagi hingga akhirnya mencicipi semuanya. Bu
guru terlihat senang namun ia teringat ucapan Woo joo sebelumnya
“Meskipun kau hanya makan kimchi dan nasi jika kau makan dengan seseorang yang kau sukai rasanya benar-benar bahagia dan jika kau makan makanan mewah sendirian rasanya dingin dan sepi’
“Meskipun kau hanya makan kimchi dan nasi jika kau makan dengan seseorang yang kau sukai rasanya benar-benar bahagia dan jika kau makan makanan mewah sendirian rasanya dingin dan sepi’
ia pun memandang ke sekeliling dan mulai menyadari kesepian
itu.
Ho
Tae menatap foto itu lagi sambil mencoba mengingat sesuatu tentang masa
kecilnya. Ia kembali ingat saat berjalan bersama ayahnya di taman hiburan,
Ho Tae kecil menarik ayahnya untuk cepat berjalan namun ayah Ho Tae terjatuh ia pun menitipkan arloji kuno yang selalu disimpan Ho Tae itu, namun kali ini Ho Tae mengingat ada sosok seorang pria di atas kereta bermain yang mengulurkan tangannya,dan seseorang berkata “Jangan katakan apapun, jangan ingat apapun”
Ho Tae pun tersadar dari ingatannya dan menatap tajam ke depan (Apakah ia sudah ingat sekarang?).
Ho Tae kecil menarik ayahnya untuk cepat berjalan namun ayah Ho Tae terjatuh ia pun menitipkan arloji kuno yang selalu disimpan Ho Tae itu, namun kali ini Ho Tae mengingat ada sosok seorang pria di atas kereta bermain yang mengulurkan tangannya,dan seseorang berkata “Jangan katakan apapun, jangan ingat apapun”
Ho Tae pun tersadar dari ingatannya dan menatap tajam ke depan (Apakah ia sudah ingat sekarang?).
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.