Sinopsis
Fermentation Family Eps 4 Part 2
Guru
Jung bicara bertdua dengan Eun Bi, ia senang melihat Eun Bi sehat dan bahagia,
Eun Bi tanya kapan ia akan pergi, ia ingin pergi dari sini.
“Kenapa?
Apa kau tak mau tinggal disini?” tanya guru Jung bingung. Eun Bi menggeleng,
“Jika aku tinggal lebih lama maka aku takkan mau pergi lagi ke tempat lain itu
akan membuatku semakin sedih, Kang San unni bilang aku akan tinggal disini tapi
aku tahu tak semudah itu” ucap Eun Bi.
“Situasinya
sangat rumit, aku sungguh juga ingin memberikan apa yang kau inginkan tapi
bukan aku yang memutuskan” jelas guru Jung, ia lalu melihat sepatu baru Eun Bi,
“Kau tak memakai sepatu bot hujan mu?”
Eun
Bi bilang Ahjussi (Ho Tae) yang membelikannya dan Ho Tae juga tak punya ibu. “Ahjussi
bilang padaku jangan takut tak akan terjadi apa-apa”
guru Jung kelihatannya
merasa tersentuh mendengar hal itu.
Kang San bersama Ho Tae di ladang, ia menyuruh Ho Tae memetik selada. Ho Tae menolak
namun Kang San menyuruhnya berhenti mengeluh dan mulai bekerja ia bahkan tak
peduli saat Ho Tae mengingatkan ia lebih tua darinya.
Ho
Tae pun melakukannya sesukanya, Kang San langsung menceramahi cara memetiknya yang salah sambil mencontohkan cara yang benar.
“Darimana aku tahu” elak Ho Tae
Kang
San menasehatinya untuk terus belajar dan menyuruhnya melakukannya lagi. Ho Tae
masih salah cara memetiknya, Kang San yang kesal langsung memegang tangan Ho
Tae untuk mengajarinya. Ho Tae lantas menarik tangannya karena kaget, “Kenapa
kau memegang tanganku?”
Kang San berdiri, ia tanya apa Ho Tae
melihatnya sebagai wanita. Ho Tae tentu tak setuju,
”Lalu kenapa kau terlihat
malu” goda Kang San.
Ho Tae menyuruhnya pergi saja ia akan melakukannya. Kang
San kembali marah-marah saat Ho Tae memetik daun yang masih muda ia bilang
petik daun yang agak lebar dan menunjuk daun yang mana harus dipetik. Ho Tae
tak tahan lagi, ia bangkit dengan kesa dan berdiri tepat di hadapan Kang San
dengan wajah yang amat dekat.
Ho Tae jadi canggung begitu juga dengan Kang San
keduanya lantas memisahkan diri. Kang San pura-pura marah dan mendorong Ho Tae
yang menghalangi jalannya untuk pergi. Ia memperingatkan Ho Tae untuk
melakukannya dengan benar.
“Lakukan saja sesukamu!” teriak Ho Tae kesal, namun
setelahnya ia terlihat bingung akan perasaan yang dirasakannya tadi dan
mengatai dirinya pasti sudah gila sesaat.
Ho
Tae melihat seorang wanita yang berdiri di depan Chun Ji In dengan gelisah.
Wanita itu lalu pulang dan melewati Ho Tae begitu saja.
Guru
Jung terlihat pergi mengunjungi sebuah tempat (rumah sakit atau panti jompo?)
sambil membawa makanan, perawat membawanya menemui orang yang ingin
ia kunjungi. Ternyata orang itu adalah ibu dari guru jung, ibunya tengah berada
di ruang makan namun kata perawat ibunya ibunya guru Jung baru ini makan karena sebelumya tak punya nafsu makan, perawat lalu meninggalkan mereka berdua.
Guru Jung terlihat sedih
menatap ibunya makan sendirian sementara yang ia lihat kemarin Kang San dan
kelaurganya makan dengan bahagia bersama-sama. Ibunya pun menatapnya, Guru Jung
memberikan senyum manisnya langkahnya terhenti dan wajahnya menahan tangis saat
sang ibu tercinta memanggil-manggil putrinya untuk segera mendekat padanya.
Guru Jung akhirnya menangis dan
memanggil ibunya pelan sambil memberi anggukan.
Wanita
yang kemarin di lihat Ho tae kini tengah makan direstauran atau lebih tepatnya
hanya memandangi makanannya saja dengan ragu, ia terlihat sudah memantapkan
diri dan mengambil kamera untuk memfoto makanan, Kang San melihat hal itu, si
wanita beralasan ini adalah hobinya dan Kang San tanpa curiga membiarkannya.
Kakek Guk Hwan minta Nuringji (Beras yang hangus) Woo Joo heran apa ia sedang tak
selera makan? Kakek hanya minta dibuatkan saja Woo Joo pun minta ia tunggu sebentar.
Pyung man memberitahu jika yang lain sudah cukup sibuk hari ini namun kakek Guk
Hwan tak terima karena ia sudah membayar, Pyung Man berusaha
menenangkannya “Nurungji sangat enak lebih enak dari nasi” ucap Pyung Man
“Apa
yang kau katakan bagaimana bisa Nurungji lebih enak dari nasi “ ucap kakek sambil menyentil dahi Pyung Man.
Ho Tae dan yang lain di dapur juga protes karena kakek terlalu
banyak pilih-pilih. Tiba-tiba tamu wanita tadi teriak marah-marah karena menemukan
serpihan logam dari alat penggosok piring di makanannya. Kang San terlihat
bingung si wanita menuduh makanan disitu kurang sehat, ia tetap tak terima
meski Kang San sudah meminta maaf. Woo Joo
bilang itu tidak mungkin,
“Apa kau menuduhku berbohong?” tanya si tamu
wanita, ia menyindir sikap mereka. Kang San kembali minta maaf dan akan
menggantinya si tamu wanita protes menganggap semua makanan disitu sama saja. “Apa
kau sungguh menggunakan tumbuhan organik yang kau tanam sendiri?” tanya si tamu wanita.
“Tentu
saja” ucap kang San berusaha bersabar.
“Jangan
main-main dengan makanan” bantah si wanita.
Ho
Tae datang “Apa kau yakin benda itu berasal dari kimchi kami?” ucapnya
Wanita
itu kesal karena Ho Tae curiga padanya, Ho Tae menyatakan bahwa ia yang
bertugas mencuci piring dan mereka tak menggunakan sabut cuci piring seperti
itu. Wanita itu teriak kesal, Kang San kembali meminta maaf.
Pyung Man juga
ikutan ia bilang sudah makan disitu selama 10 tahun dan tak pernah ada kejadian
seperti tu mungkin angin yang menerbangkannya atau apalah. Wanita itu bilang
Pyung Man menyebalkan, Pyung Man hampir terpancing emosinya jika kang
san tak menahannya. Si wanita lantas kembali menyindir tempat itu.
Malamnya
mereka berkumpul, Ho Tae yakin benda itu tak ada sebelumnya karena ia sendiri
yang memotong kimchinya. Woo Joo pikir juga begitu ia tanya ke Kang San dan paman apa tak merasa ini aneh karena
mereka tak memakai sabut gosok logam. Kang San bilang semuanya sudah terjadi mulai sekarang mereka harus lebih teliti akan kebersihan dan lebih berhati-hati
ketika mencuci, ia baru sadar Ho Tae sudah tak ada disana.
Ho
Tae mengikuti tamu wanita tadi, seorang pria keluar dari dalam mobil dan si
wanita menemuinya. Ho Tae terkejut melihat pria itu yang satu geng dengannya dan langsung bersembunyi,
keduanya tampak berbicara. Ho Tae terlihat curiga.
Ia
langsung menarik Dong Su yang sedang berjalan dan menariknya ke tempat sepi. Ho
Tae mengepalkan tangannya hendak memukul Dong Su langsung ketakutan namun Ho
Tae berhenti dan hanya memukulnya pelan sambil menyuruh Dong Su untuk jujur.
“Kenapa kau mengirim wanita itu ke Chun Ji In?’
“Chun
Ji In ? tempat seperti apa itu?” tanya Dong Su bingung, ia juga tak tahu siapa wanita itu.
Ho Tae
jelas tak percaya begitu saja. Dong Su kecewa ia mengingatkan turut andil dalam
membantu kebebasan Ho Tae, Ho Tae lalu menyuruhnya mencari tahu tentang wanita
itu.
Ia
pun pulang dan melihat Kang San tengah minum sendirian. Ho Tae mendekat dan
tanya apa yang dilakukannya. Kang San senang melihat Ho Tae dan mengajaknya
ikut minum, ia memaksa Ho Tae duduk dan menuangkan semangkuk minuman. Kang San
bilang bulan dan anginnya sangat bagus, Ho Tae jelas heran karena bahkan tak
ada bulan dan angin malam itu, “Pura-pura saja, dasar kau tak punya imajinasi!”
gerutu Kang San.
Ho
Tae menyuruh Kang San berhenti minum karena sudah mulai mabuk. “Apa kau tahu
Marco?” tanya Kang San
Marco
orang yang pergi ke 3000 negara untuk mencari ibunya namun ia malah menemukan
ibunya telah tiada. Kang San terus mengoceh tentang cerita lain yang pada
akhirnya hanya sad ending ia tanya bagaimana menurut Ho Tae.
Ho Tae menyuruhnya
berhenti minum.
“Kita bahkan tak menggunakan logam itu tapi itu malah ada di
makanan, ia juga bilang makanannya tak
enak dan kita tak memiliki ketulusan, apa kimchi di keluarga kita tak memiliki
ketulusan? Kimchi itu diisi ketulusan dari ibuku itu juga menyebalkan” ucap Kang San.
Ho Tae
menahan Kang San yang hendak minum lagi dan menyuruhnya pergi tidur.
“Ayah
bahkan menemukan kimchi yang cocok dengan masakan itali harga diriku telah
habis diinjak injak “ Kang San seakan kehilangan kepercayaan dirinya.
Ho Tae
bilang Kang San punya gaya. “Kau sangat keren ketika kau berbicara dengan ketua
Handol Food jadi jangan kehilangan kepercayaan dirimu, teruslah dengan gaya itu
di dunia ini hanya ada 2 tipe kekhawatiran, jenis kekhawatiran yang tak
berpengaruh pada hidupmu mau kau khawatir atau tidak dan jenis yang bisa kau
tangani meski kau khawatir, singkatnya hanya ada kekalahan jika kau khawatir”
“Apa
kau sadar betapa pengecutnya ucapan itu? Jika kau tak bisa menghadapi sesuatu
kau memilih menghindar, bukan begitu? Jika ada masalah maka selesaikan!” ucap Kang San tak setuju.
“Sepertinya
kau telah memulihkan kepercayaan dirimu” sindir Ho Tae dan menyruhnya tidur,
Kang San memanggil Ho Tae yang hendak pergi “Aku...kurasa aku mulai menyukaimu
sedikit’ ucapnya sambil tersenyum. Ho Tae terlihat kaget.
“Ketika aku melihatmu aku
merasa kau tak seperti orang asing, bagaimana kukatakan? Mungkin darah itu ada
seikit padamu tapi sayang kau bukan tipeku” ucap Kang San dan segera pergi
tidur.
Ho Tae yang dari tadi terdiam lalu memanggilnya, “Apa?” tanya Kang San .
Ho Tae mendekat dan memperhatikan
wajah Kang san lekat-lekat. “Kau memanggil namaku jadi katakan sesuatu?” tanya Kang San bingung karena Ho Tae terus memperhatikan wajahnya.
Ho Tae tiba-tiba memegang kedua
bahunya erat, Kang San melotot kaget Ho Tae terus mendekatkan wajahnya ke Kang
San membuat Kang San terlihat gugup. Ho Tae lalu bilang jika ia tak paham “AKu
sungguh tak bisa bilang kita ini keluarga atau bukan” ucapnya.
Kang San kesal
dan menyuruhnya jangan salah paham, Ho Tae terlihat bingung “Apa kau tahu
bedanya antara hubungan manusia dan daya tarik? Yang kumaksud tadi aku merasa
kau baik itu saja aku tak bilang tertarik padamu” jelas Kang San. Ho Tae rasa Kang San lah yang
salah paham, kang San bilang bukankah tadi Ho Tae coba untuk menciumnya.
“Apa! AKu? Kapan?” ucap Ho Tae tak
terima. “Ya sudah kalau bukan” balas Kang San. Ho Tae memperingatkan Kang San
untuk tak jatuh cinta padanya karena mereka berdua tak bisa bersatu “Kau akan
terluka apa kau mengerti?” ucapnya.
“Itu urusanku!" balas Kang San
“AKu bilang jangan sukai aku”
“Aku bilang itu urusanku”
Ho Tae
memperingatkannya lagi, Kang San pun mengiyakan ia bilang Ho Tae tak perlu
khawatir ia takkan pernah melihat Ho Tae
sebagai seorang pria. Ho Tae pun mengiyakan dengan nada agak kecewa. Kang San
pun pergi dari sana dan Ho Tae Cuma terbengong.
Sampai di kamar Kang San
meruntuk kesal mengatai dirinya pasti sudah gila dan menyalahkan dirinya karena
kebanyakan minum. Sementara Ho Tae berbaring namun matanya tak juga terpejam,
ia terbayang wajah Kang San yang ia lihat dengan dekat tadi dan juga bibirnya.
Ho Tae berbalik kesal dengan menghentakkan tubuhnya ia lalu berbalik lagi.
Hae Joon mengintipnya Ho Tae tiba-tiba bangkit dan Hae Joon langsung berbalik tak melihatnya. Ho Tae lantas ingat ucapan Kang San yang takkan menganggapnya sebagai pria. Ho Tae menjerit pada dirinya sendiri untuk melupakannya ia kembali tidur dengan menghentakkan tubuhnya. Hae Joon kembali mengintip dan dengan takut-takut ia pun menggeser kasur dengan tubuhnya agar menjauh dari Ho Tae. Hahaha....
Pagi itu Woo Joo menyiapkan sarapan,
paman masuk dan melihat Woo Joo memuji masakannya sendiri, ia pun tersenyum
namun begitu Woo Joo melihatnya paman langsung pura-pura sibuk. Woo Joo memasak
sup tauge kimchi untuk menghilangkan mabuk Kang San semalam. Kang San datang
dan tanya apa kakaknya melihat sikat giginya. “Itu masih bagus apa kau
membuangnya?”
“Jadi itu hilang?” ucap Woo joo. Kang
San tanya apa maksudnya, ternyata sikat gigi Woo Joo juga tidak ada.
Dan kedua
sikat gigi itu ternyata sudah ada pada Ho Tae yang ingin melakukan tes DNA
dengan itu.
Saat makan Ho Tae dan Kang San tak
sengaja mengambil daging yang sama sehingga sumpit mereka beradu, keduanya
kaget dan terlihat canggung lalu sama-sama tak mengambil. Woo Joo mengingatkan
Kang San tak baik untuk minum setiap ia sedih “Bukankah ayah sudah bilang
alkohol akan menjadi racun” ucapnya.
“Kenapa aku harus sedih” bantah Kang
San.
“Tentu saja, itu karena insiden sabut
gosok logam itu”
Kang San menyuruh Woo Joo tak
membiacarakan itu selagi makan, ia tanya ke Eun Bi apa sup nya enak. Eun Bi
mengiyakan. Woo Joo mengajak Eun Bi ke sekolah bersamanya, Kang San tanya untuk
apa?
“Setelah Eun Bi keluar dari sekolah
aku akan membawanya pulang ini akan sulit jika guru Eun Bi akan membawanya” ucap Woo Joo.
“kau tak bisa menyelesaikannya dengan
begitu, kita akan bicara nanti”
Woo Joo tetap akan membawa Eun Bi pulang ke
rumah ia akan menunggu Eun Bi di gerbang sekolah.
“AKu cuma tak perlu takut aku
bisa memukul bola seperti apapun yang datang padaku, benarkan Ahjussi” ucap Eun
Bi. Woo Joo tak paham bola apa, Ho Tae menyuruh Eun Bi banyak makan agar ia
kuat memukul bola, Eun Bi mengiyakan. Kang San, Woo Joo dan Hae Joon menatap Ho
Tae dengan bingung.
Guru Jung berada di luar Chun Ji In
terlihat ragu akan jadi masuk atau tidak. Ia pun membulatkan tekadnya untuk
masuk dan mendorong kedua pintu dengan yakin namun pada saat itu paman juga
membuka pintunya dari dalam, alhasil Guru Jung terjatuh dan ditangkap oleh
Paman.
Guru Jung sudah berkumpul dengan yang
lain ia coba menerangkan maksud kedatangannya. “Aku tahu kau datang untuk
menjemput Eun Bi tapi apakah ini tidak keterlaluan kau datang sepagi ini?” ucap
Woo Joo.
“Bukan seperti itu” ucap Guru Jang namun Woo joo terus nyerocos ini
itu. Kang San minta Woo Joo membiarkan guru Jung bicara dulu. Woo Joo menolak
ia tak mau mendengar apapun dan menutup telinganya, “Kau tak bisa membawanya
dari kami”
“Aku takkan membawanya” potong Guru
Jung.
“Kenapa kau tak membawanya” ucap Woo
Joo masih ketus ia lalu sadar “Apa?” ucapnya bingung.
Guru Jung memutuskan untuk melanjutkan
observasi terhadap situasi dalam jangka pendek. Paman tanya apa maksudnya.
“Sampai saat ini aku adalah orang yang takkan pernah mengabaikan lampu lalu
lintas, tapi setelah mempertimbangkan dari berbagai aspek aku memutuskan
sekarang lampu lalu lintasnya sedang tak berfungsi, begitulah aku mencapai
keputusanku” ucap Guru Jung.
“Kenapa itu tak berfungsi?” tanya Woo
joo bingung, Hae Joon menjelaskan jika itu hanya perumpamaan. Ho Tae menyuruh
mereka berhenti bicara perumpaan dan tanya apa keputusan guru Jung kalau
begitu. Guru Jung takkan melapor pada sekolah dan berencana mengobservasi
kehidupan Eun Bi disini, ia berharap selama masa itu ibu Eun Bi muncul jika
tidak ia harus melaporkan hal ini ke sekolah dan memulai proses resmi. “Berapa
lama” tanya Kang San
“Dua bulan, selama 2 bulan itu aku
akan rutin memperhatikan situasi hidup Eun Bi, ia mint amaaf jika akan
menyusahkan. Woo Joo sama sekali tak merasa begitu, ia membungkuk dan berterima
kasih pada guru, Woo Joo bergegas pergi memberitahu Eun Bi dan sekali lagi
memuji kebaikan Guru Jung. Guru Jung tersenyum malu sambil menutup wajahnya dan
dengan cepat jaim kembali, hehee...
Woo Joo menemui Eun Bi dan langsung
memeluknya, ia bilang Eun Bi tak perlu pergi mereka bisa bersama sampai ibunya
kembali. Eun Bi menyambut kabar itu dengan tawa bahagia.
Kang San dan yang lain mengantar guru
Jung ia agak khawatir dengan guru Jung jika sekolah tahu.
“Itu takkan terlalu buruk” ucap guru Jung
“Apa yang dapat kami lakukan, kami tak
mau meletakkanmu pada posisi yang sulit”
“kalau begitu jangan melakukan sesuatu
yang akan membuatku bermasalah”
Kang San berjanji untuk itu namun ia tetap masih khawatir, “Setelah makan di restaurant kimchimu ibuku bilang
begini padaku, jika orang yang membuat kimchi memikirkan peduli pada kebaikan
orang yang akan memakannya maka orang itu benar-benar tulus" Ucap guru Jung.
Kang San memuji
ibunya guru Jung dan berterima kasih juga pada ibunya. Guru Jung mengatakan ia
tak mengubah pemikirannya hanya karena ibunya tapi Karena ia gurunya Eun Bi.
Guru Jung keluar, Paman memanggil dan menyusulnya, Guru Jung agak kaget Paman lalu membungkuk untuk berterima kasih dan mengundangkan untuk makan di tempat mereka. Guru Jung mengiyakan, paman masuk kedalam, Guru Jung menghela nafas karena menahan rasa gugupnya, ia pun tersenyum sedikit lalu cepat-cepat mengenyahkannya.
Guru Jung keluar, Paman memanggil dan menyusulnya, Guru Jung agak kaget Paman lalu membungkuk untuk berterima kasih dan mengundangkan untuk makan di tempat mereka. Guru Jung mengiyakan, paman masuk kedalam, Guru Jung menghela nafas karena menahan rasa gugupnya, ia pun tersenyum sedikit lalu cepat-cepat mengenyahkannya.
Ia lalu melihat Eun Bi sedang bersama Woo Joo dan Ho Tae ia ingat
Eun Bi pernah bilang Ho Tae juga tak punya ibu. Dan menyuruhnya tak usah takut
takkan terjadi apa-apa.
“Eun Bi apa kau ingin tinggal disini?”
tanya Guru Jung
Eun Bi mengiyakan, “Jika aku disini
aku akan jadi yang seperti Ahjussi katakan, aku takkan berpikir tentang ibu
yang membuangku, ahjussi bilang itu karena ibu terlalu sibuk makanya ia
meninggalkan dirinya dengan yang lain disini, aku tahu itu bohong tapi aku
akan tinggal disini maka akan jadi apa yang ahjussi katakan” ucap Eun Bi.
“Eun Bi apa kau membenciku”
“Tidak aku adalah guruku jadi kau
pasti memikirkan aku pertama”
Guru Jung kembali dari lamunannya tadi, Woo Joo dan Eun Bi juga melihatnya dan menyapanya sambil melambaikan tangan, Guru Jung
tersenyum merasa sudah melakukan hal yang benar.
Komentar:
kayaknya saya gak bisa gak terharu melihat episode ini, rasanya tangan dah gatel kepingin komen padahal jarang banget mau nulis komentar, hehee...
Ho Tae yang awalnya keras ternyata bisa lembut juga di depan Eun Bi yang senasib dengannya, selain itu ia emang dasarnya juga udah baik namun karena lingkungan hidupnya yang keras mendidik ia untuk jadi orang yang keras juga, tentunya agar ia bisa bertahan menjalani hidupnya selama ini. paling haru saat liat guru Jung pergi menemui ibunya, gak tau juga kenapa ibunya bisa tinggal disitu, entah itu rumah sakit atau panti jompo juga saya belum jelas. Bisa jadi guru Jung sudah lama tak menemui ibunya karena kesibukannya, sama seperti kita yang sering lupa bagaimana bahagianya makan bersama ibu kita Karena kesibukan pekerjaan kita, dan setelah melihat Kang San dan yang lain di Chun Ji In guru Jung baru menyadari hal itu, ia juga ingin makan bersama keluarganya T___T
Guru Jung juga akhirnya dapat melihat ketulusan dari mereka yang tinggal di Chun Ji In kepada Eun Bi dan sadar jika ia adalah guru Eun Bi yang harus bisa memahami dan memilih mana yang terbaik buat anak didiknya. Buat next episode semga cepat saya kelarin yang jelas doain aja semoga saya kuat buat terus nulis sinopsis sambil liatin makanan yang lezat-lezat di drama ini di bulan ramadhan nanti #puasa, hahaa....
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.