SINOPSIS

Tuesday 2 July 2013

Corner With Love Eps 4 Part 1

Perhatian!!!
Mohon untuk tidak meng-COPAS Tulisan di Blog ini!!!
Bagi yang ingin mengambil Tulisan dari Blog ini harap menyertakan LINK HIDUP
Di bawah postingan yang diambil dari Blog ini!
Baik itu nantinya di ubah atau Dirapikan
Mohon hargai penulis dan sesama Blogger!!Terima Kasih ^^


Corner With Love Eps 4 Part 1
Sambil masih terjepit pintu Qin lang menjerit melihat Xin Lei tanpa handuk. Xin Lei juga menjerit, ia segera menutup mata Qin Lang.
Setelahnya, Qin lang memegangi lehernya, Xin Lei yang telah selesai mandi keluar dan bertanya apa Qin lang baik-baik saja. Qin Lang hanya berkata rumahnya itu sudah tua dan berpesan jika lain kali pancuran airnya tak terlalu besar Xin Lei bisa memanggilnya. Xin Lei  mengerti ia pun pergi dan tak mengindahkan Qin lang yang kembali kesakitan memegangi lehernya dan mengharapkan ada sedikit perhatian untuknya.
Qin lang melukis di kamarnya sambil sesekali tersenyum, di kamarnya Xin Lei bingung memikirkan bagaimana rumah orang tuanya bisa menjadi milik keluarga Qin lang.

Esok paginya, Qin lang dan keluarganya sedang sarapan, tak lama Xin Lei masuk dan berdiri di hadapan mereka semua, nenek terlihat tak suka.
suasana menajdi kaku, Qin lang lalu berdiri menyapa Xin Lei bertanya apa tidurnya baik semalam, Xin lei mengiyakan hanya saja ia bilang tempat tidur Qin lang agak bau dan menyuruhnya mengganti seprai sering-sering. Qin lang terdiam.

Xin Lei melirik makanan yang dihidangkan berupa bubur dan dan daging. Sikap manjanya kembali muncul, “Tidak apa-apa aku tak pernah makan makanan seperti ini sebelumnya, antarkan ke kamarku oke”
“Hey” ucap Qin lang, “Tuan putri, ini bukan rumahmu juga bukan hotel kami tak punya jasa pelayanan, jika kau mau makan duduklah disini dan makan”
Qin Lang kembali duduk ke kursinya, Xin Lei masih jual mahal namun perutnya berbunyi mau tak mau ia pun mendekat ke meja. 
Nenek memukul tangan Xin lei saat ia hendak mengambil mangkuk, Xin lei tanya kenapa nenek memukul tangannya, Ah Da bilang kedua mangkuk itu milik nenek karena ia selalu makan 2 bubur mangkuk setiap pagi.
“Apa bedanya? Kau bisa memberikan yang ini untukku dan mengambilnya lagi” ucap Xin Lei. 
Qin lang menjelaskan peraturan di rumah mereka jika kau mau makan kau harus ambil makananmu sendiri, Qin lang berbaik hati hendak mengambilkan bubur untuk Xin Lei namun ia langsung dipelototi oleh nenek dan Ah Da. Qin Lang pun mengurungkan niatnya.
Nenek memberi koran pada Xin Lei ia menyuruh Xin Lei menemukan pekerjaan, nenek berkata Xin lei tak bisa tinggal dengan gratis di rumahnya ia menganggap Xin Lei penyewa dan telah menghitung biaya tinggal dan makan yang harus dibayar Xin lei. 

Xin lei marah dan segera mengambil uang dari tas nya dan memberikannya, “Aku takkan tinggal dan makan dengan gratis meskipun aku tak bisa membuktikan sekarang bahwa ini adalah rumahku aku akan membuktikannya nanti”

“kau lah yang tiba-tiba menerobos masuk ke rumah orang dan sekarang kau bicara sangat tidak sopan, nona bagaimana orangtuamu mengajarkanmu?” ucap nenek.
Xin Lei tambah marah karena nama orang tuanya dibawa-bawa, ia segera mengambil koran itu dan segera pergi ke luar. Qin lang juga ikut bergegas keluar sebelumnya ia berpesan pada mereka agar tak menyinggung orang tua di depan Xin lei.
Qin lang mengayuh sepedanya dengan cepat untuk mengejar Xin Lei, Xin Lei terus berjalan dengan kesal ia melihat kebelakang dan tetap berjalan meski ia tahu ada Qin lang yang mengikutinya.
Qin lang menyetop jalannya dan meminta maaf atas ucapan neneknya. Xin Lei menyuruh Qin lang pergi, Qin lang bertanya apa Xin Lei akan mencari pekerjaan. 
Xin Lei tak peduli ia terus berjalan dan mengacuhkan Qin lang. Xin Lei berbalik lagi dan meminta Qin lang benar-benar pergi. Qin lang terdiam, “kau pikir aku benar-benar mau mengikutimu?!” Xin lei tak peduli, “Aku itu hanya takut kalau kau kecelakaan”
Qin lang tetap di tempatnya dan melihat Xin Lei menghentikan taksi, Xin lei melirik Qin lang seakan berkata “jangan ikuti aku” ia pun segera pergi dan meminta sang supir mengantarnya ke hotel yang paling mahal.
Qin lang berusaha untuk tak khawatir namun pada akhirnya ia tak mampu dan memutuskan untuk mengejar Xin lei.

Qin lang mengayuh sepeda sekencang-kencangnya sambil berteriak memanggil Xin lei. Qin lang berhasil mengejar, Xin Lei kaget melihat Qin lang berada di samping mobilnya ia pun minta sang supir menambah kecepatan. 
Akhirnya Qin Lang tertinggal namun ia tak menyerah dan mengambil jalan lain yang melewati taman dan beberapa tangga untuk bisa menyurul Xin Lei.
Qin lang menenteng sepedanya menuruni bukit, alhasil Qin lang malah kepeleset dan terjatuh. 
Qin lang tak menyerah ia terus berusaha menyusul Xin lei dengan mengerahkan seluruh kemampuannya. Qin lang berhasil menemukannya dan berdiri tepat di depan taksi Xin lei, Xin lei kembali kaget dan menyuruh taksinya untuk melewati Qin Lang. Qin lang benar-benar kesal melihat Xin lei melewatinya begitu saja.
Xin lei masuk ke sebuah hotel, Qin lang melihatnya dan ikut masuk meski kakinya terasa sakit. Qin lang menghampiri Xin lei yang tengah menimati sarapannya.
“Untuk apa kau datang kesini?” tanya Qin lang
“Untuk sarapan”
“bukankah kau akan pergi mencari kerja?”
“Setelah aku selesai makan aku akan akan ke atas tempat pusat bisnis dan mencari pekerjaan dari internet, apa aku tak boleh makan dulu?”
“makanan disini sangat mahal” ucap Qin Lang sambil berbisik.
“Aku tak minta kau yang bayar”
Keduanya saling menatap dan berfikir. 
Qin lang :  ”Tuan Puteri yangs selalu menghambur-hamburkan uangnya ini masih juga berpura-pura kaya setelah dia bangkkrut”
Xin Lei    :”Dasar orang susah dan menjengkelkan, kenapa dia harus membesar-besarkan masalah hanya untuk sarapan pagi?”
Tiba-tiba seseorang yang dikenal Xin Lei memanggilnya. Sheng Quan bertanya bukankah Xin lei menginap di resort milik orang tuanya. Xin lei beralasan ia datang untuk sarapan dan tanya apa Sheng Quan menginap disini.
Sheng Quan mengiyakan ia lalu bertanya apakah pria disamping Xin Lei adalah supirnya yang kemarin, “Tapi kenapa ia tak menjemputmu kemarin?”
“Supir keluarga kami, Xiao Qin tak terlalu pandai, kemarin dia bahkan tak ingat jadwal tibaku dan juga tersesat makanya dia tak bisa menjemput”
Qin lang sudah kesal, ia hendak pergi dari sana. Sheng Quan malah tanya apa Qin lang mau mengambil mobil, ia menawarkan bagaimana jika mereka berjalan-jalan dengan menggunakan mobil Xin lei.
Xin lei tak habis akal, ia bilang Qin lang akan membawa mobil itu untuk perawatan dan menganjurkan naik mobil Sheng Quan saja, ia lalu berkata sambil memberi kode agar Qin lang segera pergi. Qin lang akhirnya pergi sambil merasa kesal pada sikap kepura-puraan Xin Lei.
Qin lang mengayuh sepedanya, namun ia berhenti karena kakinya sakit. Sheng Quan dan Xin lei akhirnya berkeliling bersama, Sheng Quan menunjukkan gedung besar milik perusahaan keluarganya. Sheng Quan melihat Qin lang sedang mengayuh sepeda, ia bingung mengapa Qin lang malah naik sepeda.
Xin lei juga kaget, ia beralasan Qin lang sedang berlatih menguatkan kakinya.
“Bukankah kau menyuruhnya men-servis mobilmu? Kenapa dia tiba-tiba ada ditepi jalan menguatkan kakinya?”
“Dia mengidap penyakit langka yang disebut Degenerasi otot (muscular degeneration)" ucap Xin Lei berbohong lagi.
“Bagaimana bisa begitu?”
“Tak ada yang tahu mengapa, mereka tak bisa temukan penyebabnya, tapi dokter berkata itu bisa saja dari faktor keturunan”
“Benarkah?’
Qin lang masih terlihat kepayahan mengayuh sepeda, Xin lei pun melanjutkan ceritanya kembali.
“Setelah ia didiagnosa memiliki degenerasi otot, pikirannya juga mulai tak jernih bahkan kemampuan mengemudinya juga memburuk” (jiiiaaahhh....tegaaa...)
Sheng Quan mengagumi kebaikan Xin lei yang masih mau memperkerjakan orang seperti Qin lang. Qin lang masih belum menyadari kehadiran keduanya, ia  memegangi kakinya yang sakit.
Sheng Quan merasa kasihan, ia minta supirnya berhenti, Xin lei panik, ia terlihat cemas melihat Sheng Quan menghampiri Qin lang, Sheng Quan meminta Qin lang naik ke mobilnya. Qin lang yang tak mengerti melongo selebar-lebarnya.
Sheng Quan membawa Qin lang ke rumah sakit  untuk mendapat perawatan atau lebih tepatnya merasakan penyiksaan dari sang dokter yang meluruskan kaki Qin lang dengan menarik-nariknya  (padahal kakinya kan lebam karena jatuh eh malah ditekan kuat-kuat gitu, wkkk...) Sheng Quan bilang kalau Qin lang itukan sedang sakit.
alhasil Qin lang menjerit dan berkali-kali teriak kalau ia tak sakit. Sheng Quan tak menanggapi, ia bilang Xin Lei telah memberitahunya kalau Qin lang punya penyakit degenerasi otot.  Xin Lei sendiri merasa ngeri melihat perlakuan yang didapat Qin lang.

“kaulah yang sakit mental!” teriak Qin lang pada Sheng Quan. Qin lang kembali berteriak saat sang dokter menarik kakinya kembali, Qin lang tak tahan lagi, ia meraih tangan Sheng Quan dan menggigitnya, Sheng Quan kesakitan dan minta si dokter segera menyelesaikan kerjanya.
Xin lei dan Sheng Quan bicara berdua sementara Qin lang duduk dengan wajah kesal. Xin lei berterima kasih karena Sheng Quan mau membiayai pengobatan Qin lang. Sheng Quan berkata itu bukan masalah buatnya. Ia pun pergi dan  mengingatkan Xin lei untuk menelfonnya. Xin lei lalu melirik Qin lang. 
Keduanya bicara di taman Qin lang meminta penjelasan,
“Siapa suruh kau bersepeda di pinggir jalan sehingga terlihat oleh Sheng Quan” ucap Xin Lei
“Jadi maksudmu aku tak boleh mengendarai sepedaku lagi?” Qin lang menghampiri Xin lei, “kau bilang aku tak boleh naik sepeda, baik ayo kita beli Benz biar aku bisa langsung jadi supirmu”

Xin Lei berkata ia tak punya niat buruk, Qin lang marah karena Xin Lei memulai semuanya dengan kebohongan, “Sekali kau berbohong maka kau perlu kebohongan lain untuk menutupi yang pertama, apa kau tak pernah dengar itu sebelumnya?”
Xin Lei tak terima ia mengingatkan kalau Qin lang juga telah berbohong pada neneknya dengan berpura-pura menjadi orang yang sukses di Cina. Qin lang kelabakan dan tanya darimana Xin lei tau itu.
Xin lei merasa puas, ia mengancam bagaimana seandainya ia memberitahu nenek hal yang sebenarnya, Xin Lei juga menunjukkan foto Qin lang saat memakai pakaian wanita (saat membantu Xin lei memasak kemarin), “Apa kau pikir nenekmu akan percaya padamu? Atau percaya padaku?”

Qin lang bertambah kesal, ia juga mengancam akan menceritakan hal yang buruk tentang Xin Lei agar neneknya tak mengijinkannya tinggal di rumah kecuali Xin lei mau meminta maaf dan menghapus fotonya. 
Qin lang heran tak ada jawaban dari Xin lei, Qin lang berbalik dan panik melihat Xin lei sudah tak ada disana. 
Qin lang kembali mencari Xin lei kesana kemari, Xin lei sendiri tampak santai duduk di sebuah tempat yang mewah sambil membolak-balik korannya. 
Xin lei melihat ada pekerjaan yang cocok untuknya dan bergegas menelfon. Xin lei terlihat senang, ia lalu ingat kalau Qin lang pasti akan menelfonnya dan segera mematikan telfonnya.Qin lang marah karena tak dapat menelfon Xin Lei. 
Xin Lei kembali berjalan dan posisinya berdekatan dengan Qin lang namun keduanya tak menyadarinya.
Qin lang buru-buru masuk kerumah bertanya pada Ah Da dan nenek. Nenek kesal mendengarnya dan berharap Xin Lei tak kembali lagi. nenek juga melarang Qin lang mencari Xin Lei lagi dan bersiap untuk jualan.

Qin lang akhirnya menurut, ia kembali mencuci piring di pasar, air cuciannya tak sengaja mengenai sepatu Xiao Yang. Wanita itu menyuruh Qin Lang meminta maaf, Qin lang berkata ia tak sengaja melakukannya dan meminta maaf dengan malas.
Xiao Yang menyuruh Qin lang berterima kasih padanya karena hanya sewa tempat Qin lang saja yang tak dinaikkan. Ah Da dan Nenek menjadi tertarik mendengarnya.
Ah Da segera maju dan memanas-manasi kalau Xiao Yang itu suka pada Qin lang. Xiao Yang dengan malu menyangkalnya. Ah Da menyuruhnya mengakui saja. 
Nenek merasa penasaran dan berniat pergi untuk menemui Cai Jin Shun untuk menolak keistimewaan itu. 
Hal itu membuat Xiao Yang kecewa, Ah Da menyindir sepertinya ia tak disukai nenek untuk dijadikan menantu, Xiao Yang kesal, ia lalu pergi menghalangi nenek yang akan bertemu dengan ayahnya.
Xin Lei berhenti di sebuah toko yang menjual perabotan mahal, ia terkagum-kagum melihat isi toko tersebut.
Ah Yi menelfon Qin lang memintanya untuk segera datang, ia berkata Jiu Ba Dao sedang stres (oh jadi si kacamata itu namanya Jiu Ba Dao?) Qin Lang mengiyakan untuk datang.

Jiu Ba Dao membentur-benturkan kepalanya ke dinding bertingkah seperti orang gila dan berkata ia tak mau hidup lagi. Qin Lang menariknya, Jiu Ba Dao memohon agar Qin lang membunuhnya saja.
“bukankah namamu Jiu Ba Dao (sembilan pisau) kau gunakan saja salah satunya untuk membunuhmu” jawab Qin lang. Ah Yi berkata kata-kata Qin lang amat kejam, Qin lang sedikit nyengir.
Jiu Ba Dao kembali merengek. Ah Yi bilang temannya itu tak bisa melanjutkan novelnya. Jiu Ba Dao (haduh panjangnya, panggil Ba Dao aj deh) frustasi karena tak bisa memikirkan gambar apa yang menarik untuk dibuat disampul bukunya. 
Ah Yi berbisik mmeberitahu Qin lang kalau Ba Dao baru diputusin pacarnya.
Ba Dao lalu berkata tanpa cinta ia tak bisa hidup, ia lalu mengeluarkan gunting. Ah Yi dan Qinlang panik, Ah Yi memegang tangannya dan Qin lang memukul kepalanya. 
Keduanya lalu mencengkram erat Ba Dao. Qin lang menarik kaki Ba Dao seperti yang dilakukan dokter padanya,”Bukankah kau bilang meskipun terjatuh haru stetap tersenyum, kau harus senyum sekarang senyum” 
Ba Dao tak terlihat kesakitan, ia  tak peduli, ia sedang sedih sekarang dan hanya ingin bunuh diri. Qin lang berkata orang akan tertawa kalau si sembilan pisau bunuh diri dengan gunting, ia pun menarik kaki Ba Dao lagi dan menyuruhnya tersenyum.
Ba Dao masih terlihat tenang, Ah Yi menjerit kesakitan, rupanya dari tadi kaki Ah Yi lah yang ditarik sama Qin lang (gubraakk...)
Qin lang kaget dan langsung melepasnya. 
Ba Dao akhirnya meminta maaf dan Qin lang segera menarik guntingnya.
Ba Dao mencurahkan kesedihannya karena ditinggal oleh pacarnya, Ah Yi menyuruhnya mencari pacar baru namun Ba Dao merasa itu hal yang sulit baginya.
Qin lang memberi semangat, ia bilang Ba Dao berbakat dan pasti banyak gadis yang tergila-gila padanya. Ba Dao masih tampak sedih ia berkata tak bisa menulis sebelum luka hatinya sembuh. Ah Yi gantian frustasi sekarang karena deadline untuk menyerahkan novel pada penerbit sebentar lagi, Ba Dao hanya menangisi kepedihannya.
Di luar Ah Yi dan Qin lang kembali bicara, Ah Yi panik ia bilang kalau novel tak selesai mereka bertiga akan dijebloskan ke penjara. Qin lang bingung apa hubungannya dengannya. 
Ah Yi menyuruhnya berhenti bicara dan segera mencarikan pacar baru untuk Ba Dao. Qin lang menolak namun Ah Yi tetap merengek akhirnya Qin lang bilang akan coba membantunya. 
Qin lang bertemu Ah Da dan neneknya di depan rumah, nenek bertanya darimana Qin lang. Qin lang terdiam ia sudah berjanji untuk tak menggambar lagi, ia pun mengaku baru pulang dari super market. 
Ah Da melihat lampu rumah masih mati, ia senang dan berfikir mungkinkah Xin Lei menyerah untuk kembali kesana, nenek juga ikut senang mendengarnya. 
Qin lang buru-buru masuk untuk memeriksa. Mereka kaget saat melihat sebuah piano di dalam rumah, Ah Da mencoba memainkan, nenek menyuruhnya berhenti, dengan panik ia pun memeriksa sesuatu di atas lemari.
Xin lei muncul dan menyapa mereka dengan ramah, nenek menghampiri dan bertanya dimana Xin Lei meletakkan botol sodanya. Xin Lei berkata ia membuangnya. Nenek marah karena di dalamnya ada uang koin NT$300.
“Itu hanya 3 koin aku akan menggantinya” nenek kembali marah, Qin lang berusaha menenangkan dengan berkata akan mencarinya. 

Nenek lalu tanya apa maksud barang-barang ini. Xin lei bilang ia hanya ingin menatanya tempatnya tinggal, ia mengingatkan telah membayar uang sewanya. Nenek mengembalikan uangnya dan menyuruh Xin lei segera pergi.
Qin lang kembali melarang, Nenek kesal karena Qin lang melindunginya. Xin lei juga kesal karena telah disepelekan oleh nenek dan berkata akan pergi.
Qin lang menatap Xin Lei yang menarik kopernya keluar dari kamar. Xin lei berpesan pada nenek kalau ia akan kembali begitu bisa membuktikan kalau itu rumahnya. 
Ah Da menakut-nakutinya kalau sekarang banyak kejahatan yang meinmpa wanita yang sendirian.
Qin lang kembali mencoba menahan Xin Lei, ia berkata nenek tak bisa mengusir Xin Lei begitu saja. Nenek tanya alasannya, Qin lang kebingungan, ia coba memikirkan alasan dan akhirnya ia berkata, “Karena Xin Lei adalah pacarnya?” semuanya kaget termasuk Xin Lei sendiri. 
Qin lang meminta Xin Lei untuk mengakui hubungan mereka, Xin Lei tampak bingung, Qin lang menariknya berbalik dan berbisik mengajaknya kerjasama. 
Qin lang lalu merangkul Xin Lei agar nenek percaya, nenek berkata Qin lang telah buta. Xin Lei hendak berontak, Qin lang tersenyum sambil mempererat rangkulannya.
Ah Da tanya sampai dimana jenjang hubungan mereka, Qin lang kembali berfikir, tingg..gambar lampu muncul,Qin lang  berkata, “Aku tahu (i got it)”
“Hamil?” ucap semuanya, mereka salah mengartikan pengucapan Qin lang yang ternyata pengucapannya sama seperti kaata hamil. Ah Da menejrit senang dan menyalami nenek.nenek berseru ia akan menjadi nenek buyut.
Xin Lei menyikut Qin lang dan memarahinya, “Jelaskan sekarang siapa yang hamil? Kau mau menodai reputasiku?”
Qin lang minta Xin lei mendengarnya dulu, Qin lang pun berkata pada nenek dan Ah Da kalau ia hanya berfirasat kalau kelak ia akan menikah dengan Xin Lei. 
Xin Lei tertawa habis-habisan melihat Qin Lang, nenek dan Ah Da merasa bingung, Qin lang bilang Xin Lei merasa senang karena ia tak pernah bilang seperti itu sebelumnya. Xin Lei tak juga bisa berhenti tertawa, Qin lang lalu menarik Xin lei untuk menyingkir.
Qin lang menyuruh Xin lei berhenti tertawa, “Memangnya apa yang lucu?’
“kau adalah orang paling lucu yang pernah kutemui, bagaimana bisa kau mengatakan kebohongan yang menjijikkan seperti itu?”
“kau pikir aku mau? Ini semua untukmu”
Xin lei tanya mengapa Qin lang tak membiarkan saja dirinya pergi, Qin lang tanya memangnya Xin lei mau pergi kemana.
“Aku bisa tinggal di hotel”
Qin lang tanya memangnya Xin Lei punya sisa uang berapa. Xin Lei minta Qin lang menyingkirkan tangannya dari pundaknya, ia lalu berkata punya uang NT$8000. 
"Uang segitu hanya cukup untuk menginap 2 hari" ucap Qin lang.
 Xin Lei bilang ia akan mengikuti wawancara kerja besok sebagai pramugari dan merasa yakin akan diterima. Qin lang menyindir kalau gajinya takkan cukup buat tinggal dihotel, Xin lei menambahkan sebagai pramugari ia bisa terbang ke berbagai negara dan menginap dengan gratis di hotel.
“Baiklah, meskipun yang kau katakan itu benar kau tetap harus menunggu sampai kau mendapatkan pekerjaan bahkan setelah mendapatkannya kau harus menunggu selama satu bulan untuk mendapatkan gaji bukan?”
Xin lei terdiam dalam hati ia mengakui kalau Qin lang benar. 
Nenek memanggil keduanya keluar, rapat keluarga pun dimulai Ah Da memilih sedikit menyingkir sambil menikmati cemilan.
Nenek mulai bertanya apa yang sebenarnya terjadi, “Awalnya kalian mengaku tak saling mengenal lalu kalian mengaku telah mengenal dan sekarang kalian berpelukan dan bilang saling mencintai sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kalian tak bicara saja dari awal?”

Xin lei menatap Qin lang berharap agar Qin lang mengatakan saja yang sebenarnya.
“Aku berencana untuk memberitahumu nanti tapi aku tak percaya dia datang dari jauh hanya untuk diriku” Xin Lei kaget dan menatap Qin lang.
“Lalu kenapa dia bilang kalau ini rumahnya?”
Qin lang kebingungan, nenek dengan kesal menyuruh Qin lang menjelaskan kebenarannya.
“karena ketika kami berkencan aku bilang rumahku juga adalah rumahnya”
Nenek merasa paham, ia membolehkan Xin lei tinggal namun karena mereka belum menikah nenek memberikan 3 peraturan yang harus dipatuhi.
“Pertama kau harus tinggal sebagai penyewa dan harus membayar sewa”. Nenek menawarkan untuk bekerja di tempatnya kalau Xin Lei butuh uang, Xin Lei menolak ia bilang sudah menemukan pekerjaan
“Kedua, kau harus berbagi pekerjaan rumah tangga di rumah ini”.
 “Tak bisakah pembantu yang melakukan?” nenek terdiam sambil merengut, Qin lang langsung berseru kalau Xin lei akan melakukannya dan menyuruh nenek lanjut yang ketiga 
Nenek agak kesulitan menyebut yang ketiga, “kalian berdua tak boleh tidur bersama” ucap Ah Da akhirnya.
“kami tentu tidak akan” ucap keduanya lalu berpandangan dengan sinis. Nenek terlihat lega, ia lalu menyuruh Ah Da memberi kamarnya untuk Xin Lei dan berbagi kamar dengan Qin lang. 
Nenek menambahkan yang keempat kalau keduanya tak boleh berkata bohong lagi. Xin Lei dan Qin lang saling menatap dan sama-sama menganggukkan kepala dengan pelan.


No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.